Kakak 19

10 3 0
                                    

Sabella melirik Fikri heran, sedangkan Fikri nampak tengah mengidentifikasi keadaan. Tak disangka Fikri langsung bangkit dan melangkah menuju pintu depan. Tepat setelah ia membuka pintu ia mendapati Saka yang tengah berjalan menuju pintu. “Udah gue duga!,” gumamnya kesal.

“Ngapain lo?!,” bentak Fikri kesal.

“Gue nganterin Amalia, soalnya tadi..,” jawab Saka yang langsung dipotong oleh Fikri. Fikri bilang, “Oh! Yaudah, makasih udah nganter Lea pulang!”

Langkah Saka yang telah mencapai pintu depan pun terhenti, lantaran Fikri dengan tegas melarangnya masuk. Merasa ada hal yang harus ia beri tahukan kepada Fikri, Saka berkata, “Oke, gue gak bakal masuk, tapi..”

Fikri tidak peduli, dengan keras ia membanting pintu padahal Saka belum selesai bicara. Ia sangat berharap Saka segera pergi tanpa banyak bicara.

Suasana tenang seketika, hanya suara motor Saka yang terdengar menjauh dari rumah Fikri. Namun tak selang beberapa menit, terdengar suara sesuatu jatuh dari kamar Amalia. Panik, mereka bertiga segera berlari menuju kamar Amalia.

“Adek! Dek Lea kenapa?,” tanya Mama sambil berlari mengikuti Fikri dan Sabella.

“Gak papa ma!,” jawab Amalia lagi disertai suara grasak-grusuk dari dalam kamarnya.

Fikri mengambil langkah cepat di depan Mama dan Sabella, lalu pintu kamar Amalia pun dibuka olehnya. Tepat saat ia mendapati Amalia yang tengah membongkar lemarinya, kamarnya pun nampak sangat berantakan seperti kapal pecah. Amalia yang mengira hanya Mama yang membuka pitu berkata, “Ma! Obatnya mana?!”

Amalia menoleh dengan cepat kearah pintu dengan hidung dan mulut tertutup telapak tangan kirinya. Seketika Amalia terkejut seakan ia baru saja melihat hantu karena yang berdiri diambang pintu bukan hanya Mama.

“Obat?,” tanya Fikri heran.

Mama nampak kelabakan, lalu dengan terbata-bata berkata, “itu, Fikri anterin aja calon mantu! Biar calon mantu bisa istirahat.. kalo Lea biar Mama yang urus..”

“Tapi Ma..” tukas Fikri tidak terima.

Kemudia Sabella yang sejak tadi memperhatika Amalia terkejut dan berseru, “Lea! Ada darah di tangan lo!”

Fikri dan Mama kaget, dengan cepat mereka menoleh kearah Amalia secara bersamaan. Amalia yang takut akan kekhawatiran mereka berkata, “gak papa kok! Gak papa!!” sedangkan hidung dan mulutnya masih tertutup telapak tangannya.

“Gakpapa gimana sih, dek?!,” tanya Fikri yang hendak melangkah mendekati Amalia.

Dengan sigap, Mama mencegah Fikri mendekati Amalia sambil berkata, “Eits! Udah.. udah.. kan tadi kata Lea gakpapa.. kamu anterin aja calon mantu pilang!”

Fikri menarik napas pasrah, lalu berbalik badan dan menarik tangan Sabella keluar kamar Amalia sambil berkata, “Ayo, Bel!”

Sabella sendiri nampak sangat terpaksa menuruti Langkah Fikri. Saat itu ia merasakan emosi Fikri yang terbaar tidak seperti biasanya. “Tante! Lea beneran gakpapa kan?,” tanyanya sambil menoleh kebelakang sebentar karena khawatir.

“Iya, calon mantu! Gakpapa..,” jawab Mama yang sudah berdiri disisi Amalia.

Setibanya di rumah Sabella, mereka disambut oleh adik laki-laki Sabella yang masih duduk dibangku kelas 6 SD. Namanya Hasan, tapi Sabella memanggilnya Acan. Melihat Acan yang nampak dekil, Sabella bertanya, “Ihh!! Acan! Kamu abis maen Dimana? Dekil banget!! Nanti dimarahin mama loh!”

“Kak Bel kepo banget!,” jawab Acan tidak peduli. “Bang Fikri mau mampir gak? Acan ada game baru didalem..” tawar Acan ramah.

Sabella geram melihat tingkah adiknya itu, sedangkan Fikri tertawa sebentar lalu berkata, “mau sih Can, tapi sayangnya gua lagi buru-buru.. kapan-kapan aja ya?”

Raut kecewa pun terpancar dari wajah Acan, berbeda dengannya, Sabella justru nampak tersenyum tenang. Dia merasa cukup tenang karena Fikri sempat tertawa barusan, padahal di sepanjang jalan saat mengantar Sabella pulang tak ada sepatah katapun yang terlontar dari mulutnya, dan itu jelas membuat Sabella sangat khawatir.

Dia tahu, sekarang Fikri pasti merasa jadi yang paling tidak berguna dikeluarganya. Bagaimana tidak? Selama ini dia tidak tahu kalau Amalia sakit, padahal Fikri adalah orang yang cukup terbuka diantara teman-teman satu gengnya. Disisi lain, Sabella juga merasa tidak berhak mengetahui segalanya tadi, dia pun memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai Fikri sendiri yang kasih tahu.

KAKAK ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang