Sebenarnya keluarga Fikri itu bukan tipikal orang-orang yang suka merayakan ulang tahun.
Alasan pertama, hari ultah mereka selalu bertepatan dengan hari sibuk.
Alasan kedua, keluarga Fikri itu tidak jauh beda dengan Fikri, ya, pelupa (pernah Papa ngotot ngasih tau tanggal lahir Lea waktu check up ke dokter itu tanggal 15 Oktober, padahal Lea ingatnya tanggal 13 Oktober, yang salah siapa coba?).
Alasan ketiga, yang paling top, Papa selalu melarang keluarganya untuk merayakan hari ulang tahun, selain boros, Papa selalu bilang, "merayakan ulang tahun itu gak ada ajarannya dari Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam.. kalian muslim bukan?".
Yah, jadi lupakan saja yang namanya ulang tahun di keluarga kecil Elrazak.Eh, tapi sepertinya Fikri sedikit ingat hari itu. Waktu itu, sepulang sekolah, Fikri langsung rebahan di sofa ruang tamu sambil main game. Tiba-tiba ada notifikasi Instagram bertuliskan "@alwiezean_01 menyebut anda dalam ceritanya"
Belum sempat Fikri membuka ceritanya, tiba-tiba Mama menyuruhnya membeli gula merah di warung. Pemuda itu sempat menolak dan melempar perintah mama ke adiknya Amalia. Tapi mama langsung marah dan melarang gadis itu keluar. "Dih, emang dasar anak pingitan!," gerutu Fikri.
Ya, itu salah satu hari ultah yang cukup berkesan bagi Fikri karena gula merah dan anak pingitan. Intinya, sepulangnya dari warung, Fikri lupa membuka aplikasi Instagram karena banyak spam chat dari Sabella, Devano, Randa, dan yang paling nyepam si anak manja pingitan mama, Amalia. Karena nama mereka yang muncul di papan notifikasi, Fikri jadi semakin malas membuka Instagramnya. "Mending nge-game.," pikirnya.
...
"Fik!," panggil Sabella yang langsung disahuti oleh Fikri.
Sambil menepuk-nepuk bahu Fikri dengan tangan kirinya dan menunjuk tepi jalan dengan tangan kanannya Sabella berkata, "Kita mampir kesana yuk, Fik! Itu tuh! Cafe itu!!"
Fikri menoleh mengikuti arah tunjukkan Sabella, lalu bertanya, "Ngapain mampir-mampir?!"
"Gapapa! Biar kita bisa ngobrol-ngobrol, Fik!," jawab Sabella penuh semangat. Lalu kembali menepuk-nepuk pundak pundak Fikri sambil berseru, "Ayo Fik! Ayo!!"
"Iya! Iya!," jawab Fikri sambil membelokkan setang motornya menuju tempat yang Sabella maksud.
Sesampainya didepan kafe yang dimaksud, Sabella langsung turun dengan girangnya. Setelah melepas helmnya dengan susah payah karena terlalu bersemangat, ia memberikan helm itu kepada Fikri. Fikri sendiri masih mengelus-elus pundak kirinya yang tadi terus ditepuk-tepuk oleh Sabella, sambil membatin, "Gila, tuh tangan apa sabuk celana? Sekali sabet aje langsung berasa, nj*r!"
"Sakit kah, Fik?," tanya Sabella yang merasa tidak ditanggapi.
"Gak, perih doang!," jawab Fikri dengan ekspresi datar. Lalu pandangannya teralihkan ke sisi dalam kafe yang nampak dari luar karena dinding akrilik bening. Meja dan kursi yang berderet rapi, serta suasana yang nampak sepi karena sedikitnya pengunjung menarik perhatiannya.
"Kafe nih?," tanya Fikri heran.
"Iyalah! Masa mesjid, Fik?!," sahut Sabella. Lalu ia menarik tangan Fikri sambil berkata, "Ayo, buruan kita masuk?"
Fikri tak dapat menolak ajakan gadis itu dan menurutinya masuk kedalam sana. Karena sepi, Fikri merasa tak ada salahnya mengikuti keinginan Sabella kali ini. Ia menyapu pandangan, memperhatikan setiap detail interior yang sangat menarik. Dan tanpa disengaja, pandangannya jatuh pada satu meja, di sana duduk sekelompok pelajar berseragam sekolah yang sama dengan yang Fikri dan Sabella kenakan. Lebih tepatnya, ada seorang siswa dan 3 orang siswi.
"Gawat, Lea!!," gumam Fikri yang cukup terdengar ditelinga Sabella.
Gadis itu pun mulai mengalihkan pandangannya mengikuti arah pandangan Fikri. "Mana Lea?," tanya Sabella yang merasa belum melihat wajah Amalia.
Fikri bertingkah panik, dan segera menutup mulut Sabella dengan tangannya. Lalu mengajak Sabella duduk ditempat yang jauh dari Amalia sambil berbisik, "Shut.. nanti dia liat kita!!"
Setelah duduk ditempat yang dirasa aman, Fikri menghela nafas lega, dan dengan polosnya bertanya, "emang kenapa kalo Lea liat kita?"
"Lea tuh bac*t!," jawab Fikri cepat.
"Terus? Kenapa emang kalo bac*t? Lu takut diomelin?,"
"Kagak! Gue takutnya dia ngomong ke nyokap!,"
"Ngadu? Biarin aja, kan biasa.."
"Gak lah, Bel.."
"Kenapa?"
"Emang lu Mao dijodohin ama gue?,"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Fiksi RemajaKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri