BAB 21 : The Corporate Conspiracy

978 157 9
                                    

Adipati dan Serafina seperti tengah bertarung dengan waktu dan kemacetan Jakarta saat makan siang. Ketika kembali sampai ke Ibu kota, waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Belum lagi rencana baru dan menandak mereka memaksa keduanya bergerak menuju salah satu apartemen di Jakarta Selatan.

Dengan segera mobil memasuki area basement apartemen, lalu berhenti di salah satu area parkir di sana. Keduanya menoleh bersamaan saat mendapati Mercedes-Benz model sedan mereka berdampingan dengan Mercedes-Benz G-Class hitam yang tinggi, gagah, dan besar. Jika ini adalah mobil orang lain, Adipati dan Serafina akan mengabaikannya. Sayangnya, ini bukan mobil orang lain, bukan mobil mereka juga, tapi mobil pesanan Theo yang baru datang beberapa hari yang lalu.

Perlahan Serafina menuruni mobil. Dia bergerak mendekati Mercedes-Benz G-Class itu. Jari-jari lentiknya bergerak menyentuh setiap jengkal mobil, mulai dari kap mesin, spion, gagang pintu, jendela, dan segala detailnya dengan mata berkaca-kaca.

Serafina ingat bagaimana dia dihubungi pihak apartemen Theo apabila ada sebuah mobil datang atas nama Theo. Siapa sangka mobil ini sudah dipesan tiga bulan lalu, tapi baru sampai sekarang.

"Didi, kamu tau apa yang paling menyedihkan dari mobil ini?" tanya Serafina. Air matanya sempat menitik ketika dia berhenti kembali tepat di depan kap mobil.

Adipati menggeleng memberikan jawaban. Sementara Serafina langsung memasang senyum getirnya.

"Hal yang paling menyedihkan dari mobil ini bukan hanya karena Theo nggak bisa mengendarainya. Mobil ini adalah hasil jerih payah Theo kerja siang malam di perusahaan Papi, lalu lanjut jadi streamer game, tapi dia nggak bisa merasakan kerja kerasnya karena seseorang dengan sengaja membakarnya hidup-hidup bersama orang tua kita."

Tiba-tiba saja Serafina menundukkan kepala. Isakan lirihnya lolos dari bibir. Tangannya terkepal kuat. Dia sedih, tapi kemarahan jauh lebih menguasai.

Ingatan Serafina berputar ke dua tahun lalu. Dia menegur Theo yang seperti orang gila dalam bekerja padahal dia sendiri masih kuliah. Pagi sampai siang di kampus, siang sampai sore bekerja paruh waktu di kantor Papi. Dan saat malam datang, setelah tugas-tugas kuliah selesai, dia akan sibuk bersama komputer dan konsol, lalu memulai menjadi seorang streamer game. Semua kerja keras dan dedikasi itu hancur karena seseorang yang tidak bertanggung jawab.

Tiba-tiba saja Serafina merasakan tubuhnya dipeluk erat. Aroma tubuh yang khas bercampur dengan parfum aquatic ini tanpa sadar membuatnya menghirup banyak-banyak. Kesedihan, kegundahan, amarah pelan-pelan berkurang. Rasa aman dan tenang juga mulai memenuhi dirinya.

Tidak ada kata apa pun yang keluar dari bibir Adipati. Suaminya itu paham Serafina hanya membutuhkan pelukan, bukan kata-kata yang menenangkan.

Bermenit-menit berlalu, Serafina berhasil sedikit lebih tenang. Akal sehatnya juga sudah kembali. Segera dia menguraikan pelukan Adipati. Air matanya juga buru-buru dia hapus. Sudah waktunya kembali beraksi.

"Didi," panggil Serafina. Dia merogoh tas bahunya, lalu mengeluarkan sebuah kunci mobil untuk dia berikan pada Adipati. "Seperti yang udah kita bahas, kita bakal datang ke tempat musuh, jadi jangan sampai kita datang dengan pakaian yang biasa kita kenakan. Sekarang satu-satunya barang baru dan yang nggak pernah enam orang itu lihat cuma mobil Theo. Semua kelayakan berangkatnya juga udah diurus sama Alex. Jadi, kita tinggal berangkat."

"Oke." Adipati mengangguk. Tangan pria itu mengusap puncak kepala Serafina sambil tersenyum. "Kita berangkat sekarang."

Serafina sudah akan bergerak menuju pintu mobil, tahu-tahu saja Adipati mencekal lengannya. Pria itu menariknya sedikit, lalu sebuah pelukan kembali diberikan.

Till The Death Do Us Apart [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang