Napas Adipati tersengal hebat. Satu tangannya yang masih bisa bergerak bebas terus menggenggam erat tangan Serafina. Matanya mengedar pandang mengelilingi seantero pelataran bandara yang penuh sesak oleh lautan manusia dengan seragam yang sama.
Seketika Adipati menggeleng kuat-kuat. Tidak peduli dia harus mencari jarum kecil di tengah lautan manusia ini ataupun tiba-tiba ada badai menerjang dan memporak-porandakan bandara ini. Bahkan walaupun dia harus membeli tiket penerbangan banyak maskapai demi bisa berkeliling di check-in area dan boarding room, akan Adipati lakukan. Semua demi menemukan Alviano dan Claudia bagaimanapun caranya. Sudah cukup kedua penjahat itu bebas berkeliaran di luar sana setelah menghancurkan hidupnya bahkan terang-terangan ini membunuhnya.
"Pak Adipati, Bu Serafina, saya rasa alasan kenapa tim Pak Riyo melihat Alviano di dekat mobil kalian karena memang dia sengaja untuk merusak rem mobil bapak dan ibu."
Kata-kata Alex saat di mobil menuju rumah sakit tadi berputar di kepala. Benar, Adipati juga berpikiran yang sama. Hanya Alviano tidak menyangka bahwa akan ada tim lain yang muncul mendatanginya ke rumah, makanya dia jadi sembrono dan melakukan pekerjaan kotor itu sendirian.
"Kita harus tetap bergerak, Didi."
Suara Serafina di sebelahnya membuat Adipati mengangguk. Dia menoleh kepada sang istri.
Seketika Adipati mendesah napas panjang. Dengan peluh yang bercucuran dan wajah yang masih pucat, Serafina tetap begitu semangat menangkap Alviano dan Claudia. Tentu saja sebagai suami, pria itu tidak boleh mengecewakan istrinya. Dia juga harus bersemangat walau sekarang pundaknya mulai sedikit nyeri dan berdenyut.
Perhatian Adipati tiba-tiba saja teralihkan pada papan pengumuman pesawat di depannya. Ada sekitar lima pesawat dengan tujuan luar negeri berangkat di waktu yang hampir berdekatan, dari pukul empat hingga lima pagi. Baru setelah itu ada beberapa penerbangan dalam negeri tujuan luar pulau jawa.
Tatapan Adipati jatuh pada tujuan Kalimantan, keberangkatan pukul 6 pagi. Kemudian, matanya jatuh pada jam di sudut layar, sudah pukul 03.19 WIB. Ada sekitar dua jam lebih untuk pesawat tujuan Kalimantan berangkat. Di layar juga belum ada perintah check-in, artinya Alviano dan Claudia masih berkeliaran di pelataran bandara. Seharusnya begitu.
"Didi." Serafina kembali bersuara. Kali ini dia menggoyangkan lengan Adipati untuk menarik perhatian pria itu. "Ada yang salah sama papan pengumumannya?"
Adipati menggeleng seraya menatap Serafina lekat-lekat. "Kayaknya ... kita nggak perlu masuk ke check-in area, Ra."
Kening Serafina berkerut. "Kenapa? Mereka masih ada di sekitar area pelataran ini?"
"Kurasa." Senyum Adipati merekah lebar. "Kalau dugaan kita benar, maka seharusnya mereka masih ada di sini, belum bisa check in. Jadi, mau nggak mau mereka terjebak di sini sama kita."
Tiba-tiba terdengar seseorang meneriakan nama Adipati. Refleks, dia dan Serafina menoleh menuju sumber suara. Dari kejauhan terlihat Riyo tengah berlari diikuti oleh Alex.
Adipati ingat, tadi saat mereka baru turun dari mobil, keempat orang itu berpencar. Tentu saja dia dan Serafina bersama-sama mencari keberadaan Alviano. Sebenarnya Alex sudah agak memaksa agar dia ikut serta. Namun, Adipati berhasil menyakinkan semua orang bahwa di tempat seramai ini tidak mungkin ada korban jiwa termasuk dirinya.
Alhasil, Adipati dan Serafina, disusul Alex seorang diri mencari Alviano di tengah kerumunan manusia dengan seragam yang sama. Sementara Riyo harus bertemu dengan bawahannya.
"Pak Riyo," balas Adipati begitu Riyo dan Alex berdiri di depan mereka. "Ada apa?"
"Ini." Tahu-tahu saja Riyo menyodorkan sebundel kertas kepada Adipati. "Seluruh pihak maskapai sudah mengirimkan semua daftar penumpang hari ini. Saya sudah memeriksa semuanya dan benar, ada nama Alviano dan Claudia yang akan berangkat ke kalimantan pukul enam pagi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Till The Death Do Us Apart [COMPLETE]
Romance"Mari menikah, Serafina." Ini lamaran pernikahan pertama Serafina. Harusnya lamaran ini membahagiakan. Sayangnya, tidak. Lamaran Adipati kepada Serafina di sebuah pemakaman di tengah-tengah hujan yang baru turun. Orang gila mana yang akan menerima...