BAB 25 : Another Point of View

829 131 12
                                    

Lupakan lautan kelopak bunga mawar merah, balon-balon dengan foto-foto kebersamaan Adipati dan Serafina dari kecil hingga sekarang, apalagi lamaran romantis di depan kolam renang. Sekarang keduanya sudah berada di kamar lain yang tidak jauh dari kamar mereka. Keduanya sengaja membuka satu kamar lain untuk Alex dan pertunjukan apa yang pria itu bawa bersama CCTV.

Tidak sampai setengah jam dari telepon Alex itu, pria yang pernah bertugas menjadi asisten pribadi Adipati dan segera menjadi asisten pribadi Serafina muncul. Langkahnya tegas menuruni golf cart yang hotel sediakan sebagai alat transportasi menuju setiap sudut hotel dan resort ini. Tampilan standarnya dikenakan dengan baik; kaus putih polos yang dibalut dengan jaket kulit hitam, celana hitam, topi dan sepatu hitam. Ada tas kerja yang dia tenteng.

"Kita langsung saja, Pak, Bu," ucap Alex. Tidak ada senyum, selain anggukan kepalanya yang kaku.

Sikap penuh misteri Alex ini membuat Adipati agak berdebar. Namun, dia mencoba untuk berpikir positif. Lagi pula rekan yang dia temukan di sudut Inggris ini memang seperti ini apalagi jika sedang serius bekerja menyelidiki sesuatu.

Pintu kamar terbuka, Alex mulai celingukan. Tiba-tiba saja dia bergerak cepat menduduki salah satu kursi di meja makan. Ada sebuah laptop dan hardisk eksternal yang dia keluarkan dari tas.

"Bekti?" tebak Adipati. Dia mencoba menunggu dengan sabar Alex yang sedang sibuk mengotak-atik laptopnya.

"Bukan."

Jawaban cepat, pendek, dan penuh rahasia Alex itu membuat Adipati berkerut. Refleks, dia menoleh ke arah Serafina. Istrinya itu menatapnya dengan kernyitan serupa.

Segera saja Adipati merangkul Serafina. Fakta baru apa pun yang mereka temukan sebentar lagi akan mereka hadapi bersama-sama.

Bunyi kursi digeser mengembalikan fokus Adipati dan Serafina. Tahu-tahu saja Alex sudah berdiri. Dia menepuk kedua kepala kursi di hadapan laptop. "Duduk."

Dengan bingung Adipati dan Serafina menurut. Begitu mereka duduk dan menghadap laptop, di sana ternyata sudah ada sebuah video yang siap berputar. Sudut pengambilan dan latarnya adalah hal yang cukup familier untuk mereka.

"Ini ...." Adipati menunjuk video. "CCTV di gerbang masuk villa?"

Alex mengangguk. Sudut pengambilan CCTV itu berada tepat di atas gerbang dengan jarak yang cukup tinggi. Ada pos satpam, beberapa meter jarak di luar dan di dalam gerbang.

"Sayangnya ini bukan CCTV yang bergerak 360 derajat, jadi sudut pengambilannya hanya ini saja," terang Alex.

Video mulai dijalankan. Di sudut video terlihat jam pengambilan gambar, 21.05. Walau sudah lama, tapi karena menggunakan kamera khusus membuat sekitaran seperti terang. Bahkan terlihat ada dua satpam yang sedang berjaga di dalam pos. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu di sana.

Selang beberapa menit obrolan serius, tiba-tiba saja dua orang itu keluar dari pos. Mereka membuka gerbang lebar-lebar. Bukannya kembali, kedua orang itu malah melambaikan tangan dan pergi begitu saja meninggalkan pos jaga dan rumah.

"Jadi ... mereka benar-benar pergi?" gumam Serafina. Tangannya meraih tangan Adipati untuk dia remas kuat.

Alex mulai mempercepat video. Jam di sudut video sudah berubah menjadi 21.37 sekarang. Tiba-tiba saja ada dua orang dengan kaus berjaket serta mengenakan masker memasuki area rumah.

"Siapa itu?" tanya Adipati. Nada suaranya terdengar tidak senang.

"Maaf, Pak. Belum bisa dipastikan. Tidak banyak CCTV di sekitar villa."

Jawaban Alex yang tidak memuaskan itu membuat Adipati meremas tangan Serafina agak kuat. Napasnya mendengkus keras. Namun, dia juga sadar karena kenyataannya mereka memang kurang petunjuk dan minim data.

Till The Death Do Us Apart [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang