Kapan pernikahan Serafina bisa setenang air danau? Tidak penuh gejolak dan bisa dinikmati keindahannya?
Bulan madu yang seharusnya membahagiakan malah berakhir menjadi kekhawatiran yang berkepanjangan. Takut ada hal buruk apa lagi yang terjadi saat Serafina dan Adipati sedang jauh di Bali. Namun, keduanya tidak bisa buru-buru pulang. Mereka sepakat untuk tetap melanjutkan bulan madu sesuai rencana demi tidak dicurigai siapa pun termasuk Andri.
Pernyataan cinta Adipati pun terasa seperti kebahagiaan super singkat. Serafina sedih. Dalam banyak momen berdua dengan suaminya, dia bahkan belum sempat untuk membalas pernyataan cinta itu. Apalagi mereka jadi fokus merencanakan banyak hal sekembalinya pulang ke Jakarta.
Seketika Serafina mendesah napas panjang. Kepalanya menggeleng pelan. Daripada dia berfokus pada pertanyaan-pertanyaan di kepalanya, lebih baik dia fokus pada hal-hal yang bisa dia lakukan. Jika dia ingin hidupnya tenang dan bahagia, hal yang harus dia lakukan adalah menyingkirkan semua masalah sampai ke akar-akarnya.
Bunyi pintu dibuka memaksa Serafina mengambil dengan cepat dasi warna abu-abu milik Adipati. Dia segera berbalik. Suaminya itu sudah mengenakan kemeja putih dan celana kain abu-abu yang senada dengan dasinya.
Saat Serafina mendekat dan bersiap untuk memasangkan dasi Adipati, pria itu mengusap sisi wajahnya.
"Kamu kenapa, Ra? Kok tadi ngelamun di depan wardrobe?" tanya Adipati. Suaranya yang lembut. Aroma parfum bergamot favorit pria itu. Dua hal itu membuat Serafina merasa nyaman. Ada ketenangan singkat di dalam jangkauan suaminya.
"Ra ...." Adipati memanggil sekali lagi.
Serafina mendongak. Kepalanya menggeleng sambil memasang senyum. "Aku nggak ngelamun, Didi. Itu diem karena lagi mikir mau pilih dasi yang mana."
Adipati manggut-manggut. Walaupun Serafina tahu prianya itu tidak percaya dengan alasannya yang sangat basi, untungnya Adipati tidak menuntut jawaban yang sebenarnya.
Dengan segera Serafina mulai menyimpulkan dasi Adipati. Sebenarnya tidak butuh ketelitian tinggi apalagi dia juga sudah sangat terlatih melakukannya untuk sang suami. Hanya dia ingin merapatkan diri saja pada Adipati dan itu sah-sah saja.
"Ra." Adipati kembali memanggil. Tangannya memeluk pinggang Serafina dengan erat. "Kamu kangen nggak sih bulan madu kita?"
"Penuh rasa was-was? Nggak makasih." Serafina menggeleng.
Adipati tergelak pelan. "Kalau gitu aku ubah pertanyaannya. Kamu kangen nggak masa-masa kita berdua di London?"
Ingatan Serafina berputar ke beberapa bulan lalu, tidak beberapa tahun lalu. Tanpa sadar dia memejam. Dalam kepalanya ada adegan Dia dan Adipati hanya berdua saja di London. Mereka menghabiskan banyak hal bersama-sama mulai dari ke kampus, makan, ke bar, bahkan sekadar ke toko buku.
Saat-saat itu harus Serafina akui sebagai salah satu momen terbaik dia dan Adipati. Keduanya seolah tidak ada beban. Hanya menjalani hidup untuk hari ini. Terpenting mereka juga tahu saat pulang ke Indonesia sudah ada keluarga mereka yang menunggu.
"Ya," bisik Serafina lirih. "Aku kangen, Didi."
Adipati langsung memeluk Serafina erat-erat. Dia menyandarkan dagunya di puncak kepala Serafina.
"Sabar ya, Ra." Adipati ikut berbicara lirih. "Bentar lagi semua berakhir. Bentar lagi kita bisa bener-bener bulan madu dan ... kita bisa ke London lagi."
Serafina mengaminkan ucapan Adipati. Air matanya sedikit menitik. Namun, buru-buru dia hapus agar prianya itu tidak khawatir.
"Udah, udah." Serafina menarik diri. Sekali lagi dia memaksa senyum sambil mengusap area dada Adipati yang diselimuti kemeja. "Sekarang kita harus fokus sama penyelidikan. Kamu berangkat kerja. Temui Andri. Cari tahu kebenarannya. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Till The Death Do Us Apart [COMPLETE]
Romance"Mari menikah, Serafina." Ini lamaran pernikahan pertama Serafina. Harusnya lamaran ini membahagiakan. Sayangnya, tidak. Lamaran Adipati kepada Serafina di sebuah pemakaman di tengah-tengah hujan yang baru turun. Orang gila mana yang akan menerima...