BAB 24 : Honeymoon is Over

1K 145 14
                                    

Kata orang hal paling membuat frustrasi seorang suami adalah melihat istri berbelanja, tidak lihat harga, asal tunjuk, dan tahu-tahu tas belanjaan sudah tidak sanggup dibawa oleh dua tangan. Sepertinya itu tidak berlaku untuk Adipati sekarang. Pria itu justru suka melihat Serafina menariknya ke sana-kemari memasuki toko, membelikan apa saja yang wanitanya suka, dan membayarnya dengan senyum merekah.

Apalagi Canggu-Bali saat siang menjelang sore ini terlihat begitu menenangkan. Matahari memang masih ada di atas kepala, tapi teriknya sedikit berkurang dan sudah sangat nyaman untuk berjalan-jalan di bawahnya. Sementara itu, jalanan terlihat sepi dari kendaraan mungkin karena ini hari rabu dan masih jam kerja. Pejalan kaki seperti mereka pun bisa dihitung dengan jari.

Sempurna. Adipati melirik Serafina, lalu menggandeng erat tangan istrinya itu. Dia berusaha untuk tidak protes saat tangan kirinya terasa mulai kebas karena membawa belasan tas belanjaan. Selama orang yang dia cintai bahagia, maka dia akan ikut bahagia.

"Didi, masuk ke toko itu lagi ya?" ajak Serafina. Bibirnya cemberut. "Tadi ada sepatu bagus."

Adipati mengangguk. "You can buy everything you want, Ra, especially on our honeymoon."

Senyum Serafina tiba-tiba merekah. Kata-kata Adipati memang terdengar gombal, tapi itulah kenyataannya.

Apalagi Adipati dan Serafina baru saja melewati rentetan kesedihan panjang. Mereka bahkan tidak bisa berbulan madu ke luar negeri karena proses penyelidikan Bekti masih berjalan. Jadi, melihat kebahagiaan di wajah istrinya adalah kesenangan pribadi Adipati saat ini.

Bunyi tring terdengar, Adipati kembali ke dunia. Serafina segera menarik tangan Adipati menuju salah satu deretan heels yang berderet di etalase.

"Didi, sepatunya bagus, kan?" tanya Serafina. Dia memamerkan sepatu heels berwarna kuning mustard, warna yang Adipati yakin tidak akan pernah istrinya itu kenakan di acara mana pun. "Eh, atau warna oranye aja ya? Aku nggak punya pakaian warna kuning. Menurut kamu mana yang lebih bagus?"

Adipati menatap dua sepatu itu bergantian, lalu menatap Serafina. Sebenarnya dia berpura-pura memilih. Karena pada akhirnya, istrinya akan berkata, "Kuning deh nggak punya."

"Kuningnya bagus kok." Adipati mengangguk. Senyum gelinya terpasang. Pada akhirnya, Serafina hanya meminta dukungan atas pilihan pertamanya.

Setelah obrolan itu Serafina mengambil heels kuningnya serta beberapa kaus lucu. Barulah istrinya itu menarik lengan Adipati menuju kasir untuk membayar.

Begitu mereka di luar, Serafina langsung memeluk lengan Adipati. Sambil menyandarkan kepalanya di lengan Adipati, wanita itu berbicara, "Nggak biasanya kamu nggak banyak komen lihat aku belanja. Padahal ini banyak, Didi. Dulu kayaknya kamu bakal menggerutu panjang banget kalau misal dua tangan kamu penuh karena bawain belanjaan aku."

Mata Adipati membulat. Ingatan masa lalu berputar saat dirinya dan Serafina masih jauh dari kata romantis dulu. Bagaimana dia dulu hobi sekali mengomeli wanitanya karena berbelanja banyak sekali sampai susah dibawa.

Sebenarnya kalau boleh jujur, omelan dulu hanya kata-kata saja. Karena pada akhirnya Adipati tetap akan maju ke kasir untuk membayar apa saja yang Serafina mau. Bahkan rela menenteng lebih dari 20 tas belanjaan mengelilingi pusat perbelanjaan di Inggris.

"Dulu, Ra, dulu." Adipati meringis sambil membela diri. "Sekarang kan beda dong. Aku suka lihat kamu belanja apalagi pas lihat kamu pilih-pilih barang, jujur kamu kayak bersinar banget. Cantik."

"Oh ...." Serafina mengangguk lambat-lambat. Dia berdehem seraya membuang muka. "Sering-sering deh muji. Aku suka."

Senyum geli Adipati lagi-lagi tersungging. Dia tidak membalas gumaman Serafina itu dengan kata-kata. Pria itu memilih merangkul wanitanya. Perlahan dia menarik Serafina semakin rapat dengannya, lalu memberikan sebuah kecupan di pelipis sang istri lama setelahnya.

Till The Death Do Us Apart [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang