- Janji

996 98 3
                                    

№¥

Sepanjang jalan Renjun terus menangis, Ia sendiri tidak tau haechan akan membawanya kemana.

Tentu saja ia tidak berhenti menangis ketika omongan yang haechan bilang ternyata bukan sebuah lelucon belaka, Tapi ia masih menganggap jika semua ini hanya sebuah mimpi. Dan ia berpikir jika haechan sudah merencanakan ini semua untuk membodohinya.

Kini mereka semua sudah berdiri di depan sebuah pintu kamar, Renjun sama sekali belum siap. Tapi samar-samar ia mendengar suara tangisan dari dalam sana. Tangisan yang sangat memilukan, Renjun jadi takut jika yang haechan katakan adalah benar kenyataan.

"Ada aku" Haechan membungkuk lalu mengecup kening Renjun, ia berusaha memantapkan hatinya kali ini.

Pintu pun di buka oleh Mingyu, Sontak orang yang berada di dalam kamar pun langsung melihat ke arah pintu.

Di sana, Di dalam kamar. Renjun melihat kedua kakaknya. Dan juga ada sunghoon. Mereka tengah menangis sembari berusaha berbicara dengan seorang wanita yang sudah cukup tua. Nampak terbaring dengan selang oksigen menutupi sebagian wajahnya.

"Renjun!" Kun sebagai kakak tertua lantas segera berlari menghampiri adik bungsunya, ia menangis di pelukan Renjun. Kun sendiri sudah tau mengapa Renjun bisa ada di sini. Sunghoon sudah menceritakan semuanya.

Karina yang melihat kedatangan adik bungsunya langsung saja ikut menghampiri Renjun lalu memeluknya erat dan kakak beradik itupun berpelukan.

"Bilang padaku jika kalian semua berbohong!" Renjun menangis kencang di pelukan kedua kakaknya. Wajah mereka semua nampak kacau.

"Kakak minta maaf, hiks tidak bisa menjaga ayah dan bunda" Ucap Kun disertai tangis, ia rasanya ingin berteriak kencang meluapkan segala emosinya.

"Cukup! Aku ingin bertemu bunda!" Ucap Renjun dan mendorong kedua kakaknya itu, ia berusaha bangkit dari kursi roda meskipun terus saja terjatuh kembali karena kakinya begitu lemah.

"Ren kakak minta maaf" Kini Karina yang mengucapkan kata maaf pada sang adik, Renjun berusaha tidak mendengarkan dan ia hanya berdoa semoga saja yang sedang terbaring lemah di atas brangkar itu bukan ibunya. Karena Renjun tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"R-renj-renjun" Renjun terdiam dengan tubuh yang kaku, matanya sedikit terbelalak dengan pandangan kosong mengarah pada brangkar di hadapannya.

Itu suara ibunya.

"Bukan! Kalian semua pasti berbohong! Hiks kalian jahat!" Renjun masih berusaha untuk berdiri, ia akhirnya bisa setelah berupaya keras dan berpegangan pada ujung brangkar. Karena sedari tadi mereka ingin membantu tapi selalu Renjun tolak.

Jantungnya terasa berhenti berdetak, Air mata terus saja membasahi pipi besarnya yang memerah. Di brangkar sana ia melihat ibunya dengan kondisi lemah tengah tersenyum kecil padanya, Renjun bisa melihatnya meskipun terhalang alat bantu pernapasan.

"Tidak.. Tidak.. tidak! Bunda jangan seperti ini! Jangan membuatku takut!" Teriak Renjun dan langsung berjalan dengan kesusahan mendekati sang bunda, Ia menangis sembari memeluk tubuh bundanya.

Mereka semua yang berada di ruangan juga ikut menangis. Bahkan Mingyu dan anak buah yang lainnya pun ikut menangis.

"Bunda bangun jangan seperti ini hiks!" Renjun mengguncangkan tubuh Wendy dengan kuat, Haechan berpindah posisi menjadi di samping Renjun dan berusaha memeluk anak itu.

One Night Stand [Hyuckren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang