Alaya Merendahkan Athar

167 4 2
                                    

Tidak ada satupun teman Alaya yang mengetahui kabar pernikahan perempuan itu. Alaya sengaja karena tidak ingin di ejek karena dia menikah dengan seorang yang alim. Singkat cerita hari sudah sore.

"Sayang, baik-baik di sini ya nak, ingat pesan Amieh Abieh kemarin, Amieh Abieh pulang dulu ya nak." Ujar Asnah sembari menangkup dan mencium pipi Athar.

"Abieh juga pamit ya nak, jangan lupa main-main ke rumah ya." Ahdad memeluk Athar lalu mengusap rambut laki-laki itu.

Alaya yang melihat perlakuan Ahdad dan Asnah kepada Athar pun mencibir suaminya itu di dalam hatinya.

"Dih manja banget sih." Ujar Alaya di dalam hatinya. Padahal dirinya sendiri juga terkadang masih manja.

Ahdad dan Asnah berpamitan kepada Rangga, Riana, Alaya, dan keluarga Alaya yang juga hadir di sana. Setelah itu mereka pun pulang ke rumah. Athar menatap mobil kedua orangtuanya yang semakin menjauh sambil menurunkan lambaian tangannya.

"Dih manja banget sih Lo, nggak usah nangis." Ucap nya sembari meninggalkan Athar.

"Saya nggak nangis." Alaya tidak memperdulikan perkataan Athar.

"Alaya, ajak suami kamu juga ke kamar. Kasian Athar udah gerah banget itu." Ujar Rangga.

"Ya." Jawab nya dengan nada malas.

"Jalan, Lo punya kaki kan." Perkataan Alaya membuat Athar mengusap dada.

"ALAYA." tegur Rangga.

"Iya pah iyaa." Jawab perempuan itu.

Akhirnya Athar mengikuti langkah Alaya menuju ke lantai dua dimana kamar perempuan itu berada. Nara membuka pintu kamarnya kemudian mereka berdua masuk.

"Heh saus tartar sebenarnya gue nggak Sudi ya jadi istri Lo, jadi disini gue bakal buat beberapa peraturan untuk Lo. Pertama lo nggak boleh jatuh cinta sama gue kedua lo nggak boleh tidur bareng gue, yang ketiga lo nggak boleh sentuh gue, dan yang keempat lu catat di dalam pikiran Lo kalau gue nggak akan pernah mencintai lo dan menerima lo sebagai suami gue." Athar hanya diam dengan pandangan tertunduk.

"Dan satu lagi yang mau gue tanya, Lo kenapa manja banget sih, gimana Lo mau jadi pemimpin rumah tangga kalau Lo manja. Tapi gue tetap nggak Sudi sih nikah sama Lo." Athar kemudian menjawab.

"Insyaallah saya tidak seburuk yang kamu pikirkan kok." Alaya memutar bola matanya malas.

"Dih sok baik." Ujar Alaya sembari masuk ke kamar mandi.

Kemudian Alaya masuk ke kamar mandi untuk bebersih sedangkan Athar menunggu di sambil membuka handphone nya. Beberapa menit kemudian Alaya keluar dari kamar mandi.

"Mandi sana, jangan sampe kamar gue bau gara-gara Lo." Athar menghela nafasnya lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit Athar keluar dari kamar mandi. Wangi sabun dan sampo yang digunakan Athar menyeruak ke seluruh kamar Alaya.

"Wangi banget sih ni cowok, nggak kayak devan bau matahari Mulu." Ujar Alaya di dalam hatinya.

Terlihat Athar sudah rapi dengan Koko lengan pendek berwarna biru dan sarung yang berwarna senada. Tampilan nya benar-benar membuat siapapun terkagum-kagum.

"Ayo kita siap-siap shalat Maghrib." Ujar Athar seraya tersenyum. Senyuman Athar sukses membuat Alaya terpesona.

"Lo aja sama gue capek." Tolak Alaya.

"Nggak mau jadi makmum saya?" Tanya Athar.

"Nggak Sudi gue jadi makmum Lo, shalat aja sendiri sana nggak usah ngajak -ngajak."

"Kalau kamu nggak mau jadi makmum saya tidak apa-apa, tapi jangan sampai kamu meninggalkan shalat." Alaya berdecih.

"Iyaa saus tartar entar gue shalat kok." Athar pun turun ke bawah dan ikut bersama Rangga menuju masjid.
Sepulangnya dari masjid merekapun makan malam.

"Aya, ambilkan suami kamu nasi sama lauk nak." Ujar Riana yang ingin memberikan ilmu untuk Alaya.

"Biarin dia ambil sendiri mah, dia juga punya dua tangan." Rangga pun langsung menegur Alaya.

"AYA!" 

"Iya pah ini Aya ambilin." Ujar nya yang terpaksa menurut.

"Lo mau lauk apa?" Tanya Alaya dengan ketus.

"Saya mau itu saja." Ujar Athar sambil menunjuk kearah semangkuk sup ayam.

"Nih, makan." Alaya menyodorkan piring tersebut dengan kasar.

"Terimakasih." Ujar Athar dengan disertai senyuman.

Setelah makan Athar berbincang dengan Rangga dan Riana. Mereka sempat meminta maaf akan sikap Alaya dan dengan senang hati Athar memaafkan.

Singkat cerita waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Alaya dan Athar sama-sama sudah mengantuk tapi tiba-tiba Alaya berkata.

"Lo malam ini tidur di bawah, gue nggak mau tidur sama lo" Athar tar hanya mengganggu menanggapi perkataan istrinya itu.

"Lo tuli apa bisu sih, kalau gue ngomong itu dijawab." Bentak Alaya yang membuat atap sedikit terkejut.

"Iya istriku" dua kata yang keluar dari mulut Athar membuat pipi ala yang bersumber merah, darahnya berdesir dan jantungnya berdetak dengan cepat.

"Apaan sih, nggak sedih gue jadi istri lo." Athar tahu kalau Alaya sedang menyembunyikan saltingnya sehingga Athar hanya tersenyum.

"Gak usah senyum-senyum lo. TIDUR." Athar pun menurut.

Laki-laki itu mulai membaringkan tubuhnya di atas lantai tanpa ada alas apapun. Bahkan bantal dan selimut tidak diberikan sedikitpun oleh Alaya.
20 menit berlalu, Atha merasa tubuhnya kedinginan dan tulang-tulangnya terasa sakit.

Athar memutuskan untuk membuat segelas susu supaya tubuhnya kembali hangat.

Cinta Tulus Athar Untuk AlayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang