DB. 20

3.6K 259 1
                                    

Hari ini entah ada apa... kantin tak terlihat padat seperti biasa nya lantaran gerbang di buka dan murid-murid di izinkan untuk membeli makanan di luar. ‘Hanya untuk hari ini’.

Fairley yang sedang makan ceker mercon sendirian—Duduk di meja paling ujung seolah murid terkucilkan. Kedatangan tiga pemuda yang ikut gabung duduk di meja nya membuat nya mengalihkan perhatian ke pemuda di samping nya....

"Mana handphone kamu, berikan pada-ku!" Pinta Dayrlen terdengar memaksa secara halus.

Yaps. ketiga pemuda itu yang tak lain Dayrlen, Felix, & Revan ikut duduk di meja yang sama dengan Fairley, di pojok. Tentu nya posisi nya — Dayrlen di samping Fairley lalu Felix & Revan di depan mereka hanya terhalang meja doang.

Tanpa bantah atau bertanya Fairley menyerahkan benda canggih nya ke tangan Dayrlen, mendapat yang ia mau Dayrlen langsung mengotak-atik handphone Fairley.

"Kita belum pesan nih! Lo berdua mau pesan apa? biar gue pesanin sekalian" Kata Revan berdiri dari duduk nya.

"Samain" Singkat Felix.

Revan beralih ke Dayrlen, "Kalau Lo day, pesan apa?".

"Nasi goreng jangan pedas sama Es teh" Ucap Dayrlen tanpa mengalihkan matanya dari handphone Fairley.

Revan yang sudah tau teman-teman nya mau apa pun beranjak ke stand nasgor meninggalkan ketiga manusia yang kini di landa keheningan.

"Semua kontak di hape kamu udah aku hapus. cuma ada nomor aku sama bunda doang yang nggak aku hapus" Kata nya meletakan hape itu di meja, "Termasuk nomor felix dan revan. kamu gak perlu simpan nomor mereka, yang perlu kamu simpan cuma nomor aku. Only me" Imbuhnya serius.

Felix mengkerut terlihat tidak suka dengan perkataan sahabat nya satu ini, "Itu berlebihan!" Protes nya, "Jika fai dalam bahaya dan Lo gak bisa di hubungi... dia harus nelfon siapa selain gue dan revan. Lo mau buat fai terluka?!".

"Gue selalu angkat telfon fai dalam situasi apapun itu, jadi Lo gak perlu khawatir kalau gue gak akan jawab telfon fai" Jawaban kelewat santai itu membuat Felix jengkel.

"Tapi itu terlalu beresiko, day!" Bantah Felix.

Revan kembali duduk melihat kedua teman nya menatap satu sama lain membuatnya mengkerut kan alis nya bingung.

"Dan juga—Hape kamu aku sadap. jadi semua yang kamu lakuin di hape kamu aku akan tetap tau tanpa kamu beritau" Dengan santai Dayrlen menukar nasgor miliknya dengan ceker mercon milik Fairley, "Kamu gak boleh makan pedas, nanti perut kamu sakit. makan nasgor aja" Lanjut nya seolah mengatur.

"Lo gila!" Desis Felix gak habis pikir dengan sifat teman nya ini.

"Day! fai juga butuh privasi... dengan Lo sadap hape nya Lo malah buat dia tertekan jadinya. sikap Lo terlalu berlebihan!" Ucap Revan juga nggak setuju dengan prilaku Dayrlen.

"Kenapa kalian yang ribut? fai sendiri gak masalah tapi kalian—" Ucapan Dayrlen terpotong lantaran Felix langsung bersuara.

"Kalau Lo kayak gini.... lebih baik kalian putus dari pada Lo ngekang fairley dan buat dia gak bebas!" Ucap Felix berani.

Brak.

Murid-murid yang ada di kantin langsung memusatkan pandangan mereka ke meja pojok, Dayrlen menggeprak meja dan menatap Felix nyelayang.

"Lo nggak ada berhak.. nyuruh gue putus sama cewek gue" Tekan Dayrlen aura di sekitar mereka mulai terasa dingin dan mencekam karna Dayrlen.

Melihat kondisi jika di biarkan akan semangkin liar... Fairley segera menarik tangan Dayrlen dan bersuara lembut.

"Day... ingat janji kamu" Dayrlen melirik Fairley sebentar sebelum mendengus dan kembali duduk.

Revan sendiri sampai gak bisa berkata-kata melihat prilaku Dayrlen yang semangkin menjadi-jadi begitu pun Felix... pemuda itu hanya bisa menghela nafas panjang untuk mengontrol emosi nya.

"Fai... kenapa dengan plipis Lo? kok di perban? kepala day juga di perban? kalian berdua kemarin kenapa sampai gak masuk, apa karna ini?" Pertanyaan yang bertubi-tubi dari Revan hanya di jawab seadanya oleh Fairley.

"Ini cuma luka biasa, besok juga udah sembuh. Lalu kemarin gak masuk itu karna kita terlambat dan berakhir bolos" Kata Fairley tersenyum simpul.

Revan menatap Fairley dengan sorot skeptis.. ia tau betul! luka yang di dapat gadis itu pasti ulah Dayrlen dengan dalih ‘Tidak Sengaja’ selalu seperti itu.

"Fai... Lo baik-baik aja kan?" Fairley terdiam sesaat akan ucapan Revan yang merujuk ke arah lain.

Fairley tersenyum tipis dengen sorot mata kosong ia menjawab seolah semua baik-baik saja, "Tentu. aku tentu baik-baik saja".

•••••

Seperti biasa ketika pulang sekolah Fairley akan di antar oleh Dayrlen.... Setelah pamitan tipis ke Revan & Felix mobil Porsche itu pun melaju meninggalkan area sekolah.

"Gue yakin banget.... " Jeda Revan sebelum melanjutkan, "Fai pasti tertekan banget sama sikap day. Gue jadi kasihan" Imbuhnya.

"Itu resiko dia pacaran dengan day" Ucap Felix terdengar acuh dan gak peduli, "Tapi gue gak suka dia jadi gak bebas" Gumam nya rendah.

"Lo ngomong apa lix? gue gak dengar, suara Lo kecil banget!" Ucap Revan menatap Felix seolah menyuruh laki-laki itu untuk mengulang ucapan nya.

"Bukan apa-apa" Felix segera memakai helm dan melajukan motor nya meninggalkan Revan di belakang.

"Kapr*t. gue di tinggal" Dumel Revan sebelum ikut melegang dari sekolah.


••To be Continued••

Devil's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang