DB. 35

1.5K 184 9
                                    

200 Vote + 15 Komen
Fighting
_____________________________

AS – Washington D.C.
Pukul 08.53 Am

Di dalam ruangan yang tidak bisa lagi di sebut kamar lantaran dalamnya yang berantakan layaknya gudang terbengkalai. Terdapat pemuda yang di borgol di kasur, keadaannya cukup memprihatinkan.

Tubuh yang kurus setiap saat, kantung mata yang hitam, rambut yang mulai panjang, dan terdapat luka di sekujur tubuhnya. membuat penampilannya terlihat suram.

Cklek.

Seorang maid dengan napan makanan masuk perlahan dan hati-hati lantaran terdapat banyak pecahan kaca dimana-mana.

Meletakan napan makanan itu di nakas lalu menatap tuan mudanya dengan sorot prihatin.

"Tuan muda, saya membawakan anda makanan. tolong kali ini di makan jangan di buang, anda bisa mati kelaparan jika anda terus membuang makanan anda" Kata maid tsb dengan Lugas.

".........."

Tak mendapat respon apapun dari anak majikannya maid itu hanya bisa menghela nafas sabar, sebelum ia memilih pamit dari kamar yang suram itu.

••••••••

"Bagaimana keadaannya?" Chrome yang hanya diam mengerjakan tugasnya kini membuka suara.

"Masih tetap sama, Tuan. bahkan tambah parah" Jawab asistennya.

Chrome menghela nafas berat dan melepas kacamatanya. "Ini cukup sulit juga." Gumamnya.

Asistennya yang melihat tuannya cukup kewalahan dengan putranya sendiri membuka suara memberi saran.

"Bagaimana jika ingatan tuan muda di hilangkan? hanya ingatkan tentang gadis itu saja, mungkin dengan begitu tuan muda bisa sembuh, Tuan?" Sarannya.

"Itu tidak boleh. Jika ingatannya hilang, dia jadi nggak akan tau kesalahannya" Ia kembali memakai kacamata. "Biarkan ingatan itu tetap ada, sekalipun itu kenangan buruk." Ucapnya.

••••••••

2 Minggu berlalu begitu cepat. Setelah melakukan pengobatan yang cukup lama Fairley akhirnya di izinkan untuk pulang.

Bersama Bianca dan orangtua di belakang mereka, Fairley masuk ke dalam mansion Aether yang sekarang akan menjadi tempat tinggalnya.

Ruang tamunya terlihat berkelas terdapat barang-barang yang sepertinya mahal di pajang dengan apik.

"Bun. Yah. aku antar fai ke kamarnya Ya!" Suara Bianca yang pertama.

Kaiden tersenyum hangat tangannya mengusap pucuk kepala Bianca. "Iya. bawa fai untuk istirahat, walaupun sudah sembuh fai harus tetap banyak istirahat".

"Kalian ke kamarlah dulu, bunda akan memasak untuk makan siang kita" Ucap bunda Leah ikut mengelus sayang pucuk kepala Fairley.

Bianca dan Fairley mengangguk bersamaan sebelum Bianca menuntun Fairley ke lantai tiga. masalah koper/barang-barang milik Fairley udah di bawakan maid.

••••••••

Bianca memutar knop pintu mendorong pintu bercat baby blue dan membukanya lebar mempersilahkan Fairley masuk.

"Ini kamar Lo. bersebelahan dari kamar gue, jadi kalau Lo mau apa-apa Lo bisa panggil gue" Suara Bianca.

Fairley bergeming menatap kamarnya yang soft dan terdapat boneka hiu yang di susun baik di tempat tidur. interior kamarnya sesuai seperti kamar ke inginannya.

"Lo suka?" Tanyanya Bianca.

Fairley tersenyum dan menjawab dengan bahasa isyarat. "Suka banget!".

Bianca ikut tersenyum mendengar jawaban Fairley. "Besok kita ke Mall, mau nggak?" Ajaknya. "sekalian quality time".

Fairley mengangguk.

"Oke. kalau gitu Lo istirahat gih, gue mau balik ke kamar gue dulu sekalian mandi" Bianca keluar dari kamar tidak lupa menutup kembali kamar tsb.

Kepergian Bianca membuat ekspresi Fairley berubah rumit, kakinya berjalan ke balkon menatap halaman yang luas dengan kebun yang subur.

Kira-kira bagaimana keadaanmu sekarang, Day. __ Batinnya. Menatap lurus ke depan.

••••••••

Ke esokan Harinya.

Satu keluarga berkumpul bersama menyantap sarapan pagi dengan khidmat. Kaiden menghentikan sarapannya dan menatap Fairley sepenuhnya.

"Ekhem. fai.. " Panggilnya.

Fairley yang di panggil menatap Kaiden dengan mimik bertanya yang terlihat polos. sedangkan Bianca menatap kaiden dan Fairley secara bergantian sambil menghabiskan sarapannya.

"Ayah berencana mendaftarkan kamu ke sekolah yang sama seperti Zee, bagaimana dengan kamu? apa kamu mau?" Tanya Kaiden ingin mendengarkan pendapat putri bungsunya.

"Pasti mau Lah!" Sahut Bianca berseru. "Yakan fai?" Fairley tersenyum tipis pada Bianca yang menatapnya berbinar.

"Kalau ada sekolah yang kamu inginkan, katakan saja nak... kamu tidak perlu memaksakan diri" Bicara bunda Leah lembut dan penuh pengertian.

"Maaf... aku ingin pindah ke SMA starhight. Gapapa kan?" Tangannya bergerak membentuk bahasa isyarat.

"Kenapa fai?" Tanya Bianca. "Kenapa nggak sekolah yang sama kayak aku, biar aku bisa jaga kamu" Sambungnya.

Karna disana akan ada dayrlen. aku nggak mungkin mengatakan itu padamu. __ Batin Fairley. Menatap Bianca sayu.

"Zee... " Panggil Kaiden. "Kamu tidak bisa memaksakan fai untuk pindah di sekolah yang sama seperti kamu, mungkin saja... fai ingin mandiri" Ucap Kaiden menjelaskan.

"Apa boleh buat.. kalau itu pilihan kamu" Bianca mengalah walau sedikit tidak terima.

Kaiden tersenyum melihat putri sulungnya lalu beralih ke Fairley. "Kalau begitu Ayah akan mendaftarkan kamu ke SMA starhight, agar kamu bisa segara bersekolah disana".

"Mas, apa lebih baik tunggu fai bisa bicara dulu.. aku takut fai akan di bully disana dalam keadaannya yang seperti ini" Bicara bunda Leah cemas.

"Kamu benar... " Kaiden berfikir. "Baiklah! Ayah akan tetap daftarin kamu ke SMA yang kamu inginkan tapi, setelah oprasi kamu. Ayah sudah mendapatkan pendonor untuk kamu, jadi minggu depan kamu akan di oprasi kembali" Ucapnya panjang.

Fairley mengangguk dengan senyum tipis begitupun Bianca yang senang akhirnya kembarannya bisa bicara lagi.

(Note: kalau di depan ortu mereka akan pakai aku/kamu tapi kalau cuma berdua Lo/Gue)



•••••••••

>Untuk kalian. lope lope. makasih untuk 100 orang yang udah follow author 😊 author senang banget😁💖🌹

To Be Continued...

Devil's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang