DB. 25

2K 204 4
                                    

Malam yang dingin lantaran hujan turun membasahi tanah dan menyegarkan tumbuhan. Jika kebanyakan orang akan berdiam diri di rumah menunggu hujan berhenti, berbeda dengan gadis satu ini...

Fairley berjalan sendirian di jalan yang sepi, dengan payung baby blue melindungi dirinya dari air hujan.

Ia baru saja dari supermarket membeli keperluan wajib perempuan dan juga sekalin membeli beberapa snack dan minuman chocolate. Setelahnya ia langsung berbalik untuk pulang.

Fairley melihat jam di pergelangan tangannya, masih menunjukan pukul 19.50 Tapi suasana sungguh senyap karna hujan.

Ketika melewati gang sempit yang gelap ia mendengar suara erangan kesakitan dan suara pukulan. Rasa kemanusiaannya yang tinggi ia pun mengintip dengan hati-hati ke gang sempit tsb.

Walau gelap ia bisa sedikit melihat berkat cahaya lampu dari rumah orang walaupun remang-remang.

Di sana. ia melihat seorang pemuda di pukuli oleh lima pria berbadan besar dan berwajah seram. Pemuda itu terlihat tidak bisa melawan karna kalah jumlah juga perbedaan kekuatan.

Takut pemuda itu mati karna terus di pukuli, Fairley mencari cara agar kelima pria jahat itu pergi dengan sendirinya. Menemukan ide ia pun langsung menghidupkan handphone nya dan menyalakan suara sirena polisi dengan volume tinggi.

Kelima pria jahat itu kelimpungan dan terburu-buru kabur dari tempat kejadian. Merasa sudah aman Fairley segera mematikan suara tsb dan membantu pemuda itu.

"Astaga! kamu yang waktu itu... bahkan lukanya lebih parah dari minggu lalu" Terkejut Fairley mendapati orang yang sama ketika ia tolong.

"Be–risik uhuk!" Mata Fairley membola melihat pemuda itu memuntahkan darah dari mulutnya.

"Tu-tunggu sebentar! a-aku bantu kamu" Saking panik nya Fairley sampai bicara gagap.

••••••

Fairley mendudukan pemuda itu di kursi kayu di trotoar. Berkat lampu jalan luka yang di dapat pemuda itu jadi terlihat jelas, dan itu sangat mengerikan.

Bibir sobek. mata kiri bengkak. hidung penuh darah. dan plipis yang berdarah. juga luka-luka di bagian lainnya. Fairley bahkan tidak bisa berkata-kata selain menatap pemuda itu prihatin dan ngerih secara bersamaan.

(Btw hujannya udah berhenti Ya.)

"Kamu tunggu sini. aku mau ke apotik sebentar" Ucapnya lalu pergi dengan berlari.

Pemuda itu hanya menatap atensi Fairley yang berada di apotik tanpa sorot emosional apapun. Beberapa menit setelahnya Fairley kembali dengan kantung berisi obat-obatan yang ia beli di apotik.

"Sebentar" Dengan cekatan namun penuh kehati-hatian Fairley membersihkan noda darah di hidung pemuda tsb, "Ini emang nggak bisa sembuhin semua luka kamu, tapi setidaknya ini bisa sedikit membantu sebelum kamu ke rumahsakit" Katanya.

Beberapa saat kemudian...

"Dimana handphone kamu? aku bantu untuk telfon keluarga atau sahabat kamu buat bawa kamu ke rumahsakit, mana?" Pinta Fairley setelah ia selesai mengobati sedikit luka kecil pemuda itu.

"Tidak ada" Ucap pemuda itu terdengar acuh.

"Kalau begitu pakai handphone aku.. " Tanpa curiga Fairley menyodorkan Hapenya, "Hubungi nomor seseorang yang kamu ingat supaya bisa bantu kamu" Lanjutnya.

Pemuda itu tidak menolak ia mengetik nomor temannya dan sambungan tersambung. setelah berbicara singkat pemuda itu kembali menyerahkan handphone ke pemiliknya.

Devil's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang