"Ohh permainan tadi, maksudmu batu gunting kertas kan?" sekarang dia kini tahu apa yang dilakukan saudara saudara laki lakinya itu.
Mereka sebenarnya penasaran dengan permainan antara dia dan Dursala sehingga memanjat tembok untuk melihat atau lebih tepatnya mengintip mereka bermain.
"Ya ya yang itu" bukan Duryudana yang menjawab melainkan salah satu pangeran Kurawa yaitu Durdarsa yang tampak lebih rapi diantara yang lain.
Jika tadi para pangeran kurawa berkelahi, maka Durdarsa yang tidak ingin ikut ikutan memilih kepinggir bersama dengan Yuyutsu dan Wikarna. Mereka masih waras untuk menjaga penampilan mereka.
Para pangeran kurawa sontak menatap tak percaya kepada dua orang dihadapan mereka itu, tidak pernah terpikirkan jika kakak tertua mereka akan bertanya seperti itu ditambah lagi dengan jawaban milik Durdarsa. Mau ditaruh dimana wajah mereka sekarang.
Namun nasi sudah menjadi bubur, mau disembunyikan pun percuma yang ada malah mereka bisa saja semakin malu nantinya.
"Kenapa tidak langsung bertanya, kami bisa menjawabnya dan menjelaskan dengan baik" kata Dursala yang kini paham asal muasal mengapa para saudara laki lakinya berada disini disaat seharusnya mereka sedang latihan berkuda.
"Kami pikir jika melihat kalian bermain maka kami akan tahu cara mainnya juga, jadi kami lebih memilih mengintip kalian bermain" ungkapan Durdarsa sinta mendapat tatapan raja dari para pangeran kurawa. Apa mulut milik saudara mereka yang satu ini perlu di sumpal.
Sementara Durdarsa yang baru saja mengeluarkan perkataan ini menutup mulutnya dengan tangan, dapat dia rasakan hawa dingin mulai menguar di punggung.
"Dasar mulut bodoh, mengapa kau suka sekali mengeluarkan kata tanpa berpikir" ungkapan batin Durdarsa yang kini sedang menerawang keadaanya dalam beberapa waktu kedepan. Dan dapat dia percayai bahwa tubuhnya pasti tidak akan aman.
"Pufftt-"Dursala menutup mulut guna menahan tawa ketika kini alasan sebenarnya mereka berada disini terungkap oleh salah seorang diantara mereka sendiri.
Sedangkan disisi Dursita, kini dia menggeleng tak percaya menatap saudara laki lakinya itu.
Ternyata diantara kekejaman yang mereka miliki terselip tingkat konyol juga.
"Tapi kak, meskipun kalian tahu cara permainan ini. Namun akan sulit dimainkan dengan orang sebanyak ini" ucap Dursita sembari menatap banyaknya jumlah saudara yang dia miliki.
"Hah! Lalu bagaimana, kami juga ingin mencoba permainan itu" timpal seorang diantara pangeran kurawa.
"Benar, kami sangat ingin mencoba permainan baru. Kami sudah bosan dengan permainan lama"
"Huhuhu, ntah kenapa ini pertama kalinya aku menyesal memiliki banyak saudara"
Sahut sahutan itu berbunyi setelah Dursita mengeluarkan pernyataannya. Namun melihat keinginan saudaranya mencoba hal baru kini Dursita tampak berpikir.
"Emm... Ah aku tau. Ada satu permainan yang bisa dimainkan bersama terutama jika banyak orang" ucap Dursita
"Ah benarkah, apa itu adik cepat jelaskan" yang menjawab adalah Wikarna.
Selama ini Wikarna cukup iri menatap kesehatan adik perempuannya dengan pelayan maupun pengawal.
Namun dia bingung bagaimana caranya untuk bisa dekat pula dengan mereka. Selama dia hidup hal yang diajarkan kepadamu hanyalah mengenai bertempur dan perang, sehingga ketika ingin berinteraksi dengan adik perempuannya dia menjadi canggung. Bukan hanya dia, namun saudara saudara nya yang lain pun demikian.
"Nama permainannya adalah penjaga dan penjahat" kata Dursita
"Lalu bagaimana cara bermainnya Sita" pertanyaan itu muncul bukan dari Dursala melainkan Duryudana. Sontak kata terakhir nya menuai perhatian saudara saudarinya.
"Kak, mengapa kau memanggil Dursita seperti itu" tanya Dursasana. Bukan hanya dia yang bingung, Dursala dan Dursita pun heran.
"Oh itu karena aku mendengar Dursala memanggilnya seperti itu, ju pikir itu panggilan khusus makanya aku ikuti" itulah jawaban yang keluar dari mulut Duryudana.
"Eh" seruan kaget itu datang dari Dursala, tidak pernah terpikirkan bahwa singkatan nama yang dibere kepada adiknya malah dianggap sebagai panggilan khusus.
Padahal tanpa Dursala sadari, seluruh istana terutama pelayan menganggu bahwa itu adalah panggilan sayang Dursala kepada adiknya.
"astaga sudah sudah, jika terus membahas hal seperti ini kita tidak akan bisa bermain. Sita ayo jelaskan cara permainannya agar kita bisa langsung bermain" Yuyutsu yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara.
"Ah Iya benar. Nah cara bermainnya adalah kita akan memang kelompok menjadi dua. Yang satu menjadi penjahat yang bertugas lari dan bersembunyi, kalian bisa kemana saja asal tidak meninggalkan danau istana. Kemudian yang terpilih sebagai penjaga akan diminta menutup mata selama beberapa saat agar penjahat bisa bersambunyi. Setelah itu penjaga harus menemukan penjahat dan menangkap semuanya barulah kita bisa bertukar posisi, oh iya penjahat yang terganggu dapat lepas apabila sesama penjahat yang tidak tertangkap menyentuhnya di pos penjaga. Nah kalian mengerti?" penjelasan panjang lebar milik Dursita membuat gadis itu lelah lebuh dulu sebelum bermain.
"baik baik, kami paham. Nah apa yang kalian tunggu ayo mulai membagi kelompok" perintah Duryudana
"Cara pemilik pun tidak boleh sembarangan, sebelumnya ayo pilih dua orang sebagai pemimpin. Um hehe bagaimana jika kak Duryudana dan kak Dursasana" lihatlah tingkah liciknya mulai keluar, mana mau dia membiarkan kedua anak itu bersama sementara bisa dibilang keduanya merupakan. kombo terbaik kurawa.
"Nah lalu apa lagi" tanya Dursasana
"Lakukan batu gunting kertas, setiap sekali menang kalian bisa memilih satu anggota lebih dulu" ucap Dursita
"Jika begitu ayo mulai"
Dan yah ntah ini kesialan atau apa tapi Dursita tidak senang karena harus berpisah dengan saudarinya.
Dia bergabung dengan kelompok Duryudana sementara diseberang sana Dursala bersama Dursasana malah sekelompok.
Dan tampaknya aku harus berlari karena kelompok milik Duryudana malah terpilih sebagai penjaga pertama.
Namun ini justru menjadi awal kebahagiaan mereka, awal terikatnya persaudaraan yang tidak akan terlepas.
Ke seratus tiga kurawa itu bermain bersama, yang mana merupakan pemandangan pertama sekaligus indah bagi pengawal dan pelayan.
Mereka terus bermain tanpa mengingat akan lelah, ini sungguh merupakan impian mereka sejak dulu. Bisa bermain dan menghabiskan waktu bersama saudara-saudarinya tanpa merasakan kecanggungan.
~~~~~~
JANGAN LUPA VOTE YAAAA
KOMEN JUGAAA
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Historical FictionAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...