Disinilah kedua anak perempuan itu berada. Danau istana yang menjadi daerah sekaligus tempat ternyata bagi keduanya terutama ketika ingin bermain.
Yah mereka hanya bermain berdua, jikapun ada orang lain itu pastinya pelayan. Dursita dan kakak perempuan nya Dursala tidak pernah sekalipun bertemu sapa atau bahkan menghabiskan waktu dengan ke sembilan puluh sembilan kaka laki laki mereka.
"Kak dursala ayo bermain batu gunting kertas" permainan yang seharusnya tidak ada disini semua muncul akibat Dursita. Salah satunya batu gunting kertas ini.
"Ayo ayo ayo!!!" Dursala sangat menyukai permainan ini terutama karena yang kalah akan mendapat pukulan.
Dia selalu menggunakan permainan ini sebagai bentuk pelampiasan atas kekesalannya kepada Dursita sebab jika memukul nya saja pasti adiknya yang nakal itu akan mengadu kepada sang ibu. Yah walaupun itu hanya bentuk bercanda.
"Nah satu dua tiga.." Sita mulai menghitung sebagai aba aba kemudian "batu gunting kertas" ucap keduanya secara bersamaan.
Awal permainan keduanya selalu mengeluarkan bentuk yang bersamaan ntah itu batu,gunting atau kertas. Namun beberapa saat kemudian akhirnya
"YEEAY AKU MENANG, kakak bersiap siaplah" Dursita tampak menggosok kedua tangannya kemudian...
PLETAK
"AKH YAKKK!!! Sita apa kau punya dendam padaku hah!" Dursala memegang kepalanya yang mendapat pukulan dari sang adik. Memang tidak sesakit itu tapi tetap saja kan ada rasa sakitnya.
"Itu tidak sakit tidak usah berdrama" perkataan Dursita menuai tatapan kesal dari Dursala
"Ck iya iya ayo lanjut"
Begitulah hingga keduanya bermain terus menerus tanpa memedulikan area disekitar mereka.
Pukulan dan teriakan bersahut sahutan namun tak ayal suara tawa juga muncul diantara keduanya.
Dursala yang seharusnya memiliki nasib buruk sejak kecil kini justru mendapat kebahagiaan dari sang adik.
~~~~
Sementara itu tidak jauh dari mereka dibalik tembok pembatas antara istana dan danau terdapat anak laki laki yang tidak bisa dibilang sedikit.
Mereka selalu melakukan ini, menatap kedua anak perempuan itu dari kejauhan.
"Aku tidak mendapat tempat oi"
"Hei kak geser sedikit aku juga ingin melihat mereka"
"Diamlah kau sudah mendapat tempat terbaik tidak usah serakah"
"Tidak bisakah kau geser sedikit'
"oi oi oi kita bisa jatuh tahu"
"Kak berhenti bergerak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Ficção HistóricaAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...