Dursita bersama kelima Pandawa berjalan kearah kamar milik Kunti dengan Bima yang telah pergi lebih dulu, ketika mereka sampai Bima juga tiba dengan Kunti di gendongannya.Begitu bahagia Pandawa melihat bahwa ibu mereka baik baik saja, Dursita sendiri ikut bahagian. Kedekatan ibu dan anak ini membuatnya terpikir andai dia bisa menghindari kematian Pandu dan Madri mungkin akan terasa lebih lengkap.
Namun Dursita kemudian menggeleng karena hal itu tentu saja tidak mungkin terjadi. Berbincang sebentar bersama mereka setelah itu para Pandawa pamit.
Kepergian para Pandawa membawa kemurungan kembali hinggap di wajah Kunti, pikirannya kembali diingatkan kepada putra sulungnya yang telah muncul, dan Dursita mengetahui hal itu.
"Ibu Kunti..." panggilan Dursita membuat Kunti tersadar bahwa masih ada seorang lagi di dalam kamarnya.
Seketika itu pula dia menghilangkan raut sedihnya dan kembali tersenyum menatap gadis yang selama ini telah memberi kebahagiaan kepadanya dan anak anaknya itu.
"Ada apa Sita" tanya Kunti.
"Apa ada yang membuat mu khawatir ibu" pertanyaan Dursita membuat Kunti kebingungan menjawab apa, sebab dia kenal dengan sifat Dursita yang bisa membaca raut wajah seseorang.
"Jika ibu tidak ingin menceritakannya maka tidak apa, namun ibu sesuatu yang senantiasa dipendam suatu hari nanti akan terkuak pula. Aku harap apa yang saat ini ibu khawatirkan bukanlah sesuatu yang akan merusak kebahagiaan mu ataupun kakak kakakku" ucapan Dursita menyadarkan Kunti akan kebohongan yang selama ini ditutupnya. Sungguh ini membuat dirinya sangatlah dilema.
"Sita bisakah kau menjaga rahasia ibu mu ini nak" tatapan wajah Kunti yang terlihat menanggung beban berat membawa Dursita untuk mengangguk.
Saat itu pula dari mulut Kunti terkuaklah sebuah rahasia besar, rahasia kelahiran sahabatnya Karna yang semula telah dia ketahui lebih dulu.
Namun mendengar dari mulut ibu Karna sendiri membuat hatinya terasa remuk, ingin rasanya Dursita marah namun dia sadar bahwa di masa ini status adalah segalanya.
Adapun Kunti dia tentu memahami perasaan Dursita terutama setelah mengetahui bahwa Dursita adalah sahabat putranya itu semasa mereka dari kecil.
"Sita ibu memohon kepadamu, tolong jagalah Karna. Bila memang kebenaran tentang Karna tidak akan terkuak hing-"
"Tidak ibu tolong, jangan menutup rahasia sebesar ini. Karna adalah sebuah berkah bukanlah aib yang harus ditutupi seumur hidup. Ibu tolong ungkapkan hal ini sebelum terlambat" air mata Dursita jatuh, gadis itu bersimpuh dihadapan Kunti.
Tidak mampu menahan air matanya, Kunti ikut menangis. Memang benar kenyataan ini haruslah diungkapkan namun bagaimana bila justru Karna akan membenci dirinya.
"Ibu dengarkan aku, aku berharap ibu mengungkapkan hal ini bukanlah hanya karena Karna semata, namun juga untuk Kak Yudis dan yang lainnya. Ibu kau tidak ingin melihat mereka saling membenci seperti saat mereka di arena bukan" kali perkataan Dursita semakin membuat Kunti menggeleng keras. Dia tidak ingin anaknya saling membenci, tidak akan pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Historical FictionAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...