Seusai berhasil membantu Karna menjadi murid dari Resi Parasurama tanpa adanya sandiwara kebohongan seperti di sejarah aslinya.Dursita dan dewa Shani kini berpisah namun seringkali mereka tetap bertemu sekedar bertukar cerita.
Bahkan dewa Shani juga kerap kali menemui Karna di tempat tinggal Resi Parasurama. Karna terkadang heran sebab gurunya itu sangat tidak senang bila ada orang lain yang datang ke kediamannya.
Namun memangnya siapa Shani dia adalah Dewa karma dan keadilan, bukannya takut pada Resi Parasurama justru sang Resi lah yang takut padanya.
Akibatnya Shani dengan bebas keluar masuk ke tempat tersebut. Namun meski begitu dia tetap menghargai dan menghormati Resi Parasurama mengingat dia adalah salah satu inkarnasi dewa Wisnu.
Selain itu juga karena mengingat umurnya yang sudah tua serta status nya yang merupakan guru dari adik bungsunya itu.
Sementara itu Dursita, dia kini disibukkan dengan saudara dan sepupunya yang telah ditinggal semasa dia membantu Karna.
Jadilah untuk mengganti waktu tersebut dia bersedia menemani mereka sepanjang waktu. Bahkan Dursala kini malah ikut tidur dengannya dikamar.
Takut takut jika keesokan harinya Dursita kembali menghilang keluar istana kembali seperti sebelumnya.
Adapun para orang tua justru malah merasa geli akan kedekatan mereka, terutama Kunti. Dia begitu bahagia melihat anaknya kini tidak lagi dipenuhi duka atas kepergian Pandu dan Madri.
Namun melihat kebahagiaan mereka justru mengingatkan dirinya akan dosa besar yang telah dilakukan dimasa lalu.
Bagaimana dia telah menghanyutkan anaknya sendiri hanya untuk menjaga nama baiknya, ntah saat ini bagaimana nasib anaknya itu.
~~~~~~
Selama beberapa hari terakhir para Kurawa dan Pandawa semakin lengket kepada Dursita dan Dursala.
Terutama setelah keluarnya pengumuman bahwa mereka akan berguru kepada guru Drona selama beberapa tahun ke depan.
Berita ini sukses membuat mereka terkejut setengah mati bahkan ada yang sampai menangis mengingat mereka akan berpisah dengan adik adik kesayangannya.
Seperti misalnya Durdarsa yang saat ini memeluk Dursita yang berada di sisi kanannya sangat erat dengan kepala yang diletakkan di bahu adiknya itu.
Sementara tangannya juga memeluk Dursala yang berada di samping kirinya. Menang banyak ente ini.
Air mata milik Durdarsa tidak henti hentinya terjatuh. Ini pertama kalinya dia merasa menyesal terlahir sebagai laki laki. Jika saja dia perempuan bukankah dia tidak perlu berguru dan bisa dengan tenang tinggal dengan kedua adiknya.
Namun dibalik kesedihan Durdarsa ada wajah wajah kesal dan marah dari para pangeran Hastinapura yang lain.
Sejak tadi mereka sudah menunggu giliran memeluk Dursita namun tokek-Durdarsa ini justru terus menempel dengan dalih menangis dan sedih akan berpisah.
Apa dia pikir hanya dirinya yang sedih akan berpisah dengan mereka cih. Otak para pangeran kurawa dan Pandawa tersebut saat ini dipenuhi rencana licik.
Dan semuanya hanya ditujukan kepada satu orang di depan sana, rasa rasanya ingin mereka sembelih saja saudara mereka itu.
"Hei Durdarsa menyingkirlah kami juga juga ingin memeluk Dursita dan Dursala" ujar Citraksa yang diangguki oleh yang lain.
"Apa kau pikir hanya kau yang sedih hah" teriak Nakula.
"Cepat menyingkir atau aku akan menarik sekarang juga" kali ini yang berbicara adalah Wikarna yang kepalang kesal.
"DURDARSA CEPAT PINDAH ATAU AKAN KU LEMPAR KAU KE KANDANG KUDA" teriakan membahana milik Dursasana akhirnya keluar.
Sejujurnya diantara semuanya yang paling kesal ada Dursala dan Dursita. Kedua Putri Hastinapura itu lelah dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya ini.
Apakah harus ku sembelih saja mereka semua untuk memudahkan perang di masa depan ya, isi batin Dursita yang tentunya tidak mungkin terjadi.
"Jika kalian masih ingin bertengkar aku dan kak Dursala akan pergi. Lebih baik bertemu dengan ayah dan ibu dibandingkan disini" kata Dursita yang diangguki Dursala.
"Ehhh bagaimana bisa begitu, adik kami akan pergi berguru selama beberapa tahu. Kau tahu kan apa artinya itu" jawab Yuyutsu.
"Memangnya apa artinya" kali ini Dursala yang berbicara.
"Itu artinya kami tidak akan bertemu kalian selamaaaa ituuuuu" jawab Sadewa, percaya tidak percaya mereka semula yang saling bertengkar dengan kompak malah mengangguk setuju pada Sadewa.
Inilah yang membuat mereka aneh, terkadang bertengkar beberapa saat kemudian malah menjadi sangat kompak aih.
Tiba tiba aku kepikiran bagaimana jika aku juga ikut berguru yah, dibandingkan harus tinggal di istana dan mempelajari rajut merajut yang ujung-ujungnya malah melukai jari jari tersayang nya.
Namun kemudian dia tersadar bahwa itu tidak mungkin mengingat kedua orangtuanya yang terlalu mudah khawatir.
Hidup memang sulit namun jika harus mati sepertinya tidak dulu, dia Dursita cukup yakin pahala kebaikannya masih ada dibawah rata rata.
~~~~~~~~~
Hari ini adalah hari keberangkatan para pangeran Hastinapura tersebut untuk berguru kepada guru Drona.
Mereka telah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih sederhana serta tentu tanpa adanya perhiasan yang melekat di tubuh mereka.
Keberangkatan mereka diiringi rasa tangis, namun tangisan ini bukanlah berasal dari ibu, ayah ataupun kakek mereka. Melainkan tangisan ini sendiri berasal dari para pangeran tersebut.
Seluruh pangeran benar benar tidak ingin berpisah terutama dengan adik mereka, jika memungkinkan mereka akan membawa serta adik adik mereka itu.
Namun mana mungkin itu dapat terjadi dengan adanya kedua orang tua dan kakek mereka Bisma. Orang orang tersebut pasti menolak dengan sangat keras.
Adapun Resi Drona yang semula menatap calon murid muridnya, kini beralih menatap putri Hastinapura terutama Dursita.
Aura agung dari putri tersebut membangkitkan rasa penasaran dari Resi Drona. Sedetik kemudian matanya membulat sebab dapat dilihat adanya perwujudan Dewi besar Kailash, Dewi Parwati pada tubuh gadis tersebut.
Resi Drona berusaha menahan beban tubuhnya agar tidak terjatuh, sementara itu Dursita yang merasa diperhatikan mengalihkan pandanganya dari sauda saudaranya kearah Resi Drona.
Dia sejujurnya heran ada gerangan apa sang Resi menatapnya. Namun kemudian Dursita tampak maju dan menunduk menyentuh kaki sang Resi untuk meminta berkah nya.
Apa yang dilakukan Dursita membuat Dursala yang berada dibelakangnya ikut melakukan hal yang sama. Sementara Resi Drona sendiri masih tertegun, gadis yang merupakan perwujudan Dewi Parwati tersebut membuatnya sangat terguncang.
Terlebih karena putri Hastinapura itu malah meminta berkahnya, ini benar benar sulit dipercaya oleh Resi Drona. Akan tetapi demi menjaga hal tersebut dia berusaha tenang.
"Diberkatilah kalian berdua" ucap Resi Drona meski hatinya masihlah diliputi keterkejutan.
"Jika kalian telah siap mari kita mulai berjalan, perjalanan yang akan kita lalui tidaklah dekat" ajak Resi Drona.
Meski terlihat enggan namun pangeran Kurawa dan Pandawa tersebut tetap berpamitan dan mengikuti langkah Resi Drona.
"Sampai jumpa kakak" aih lihatlah kedua Putri Hastinapura itu malah tampak senang menatap kepergian kakak kakaknya.
Akhirnya hidup mereka berdua akan tenang selama beberapa tahun ke depan, bahagianya.
~~~~~~~~
Double up dulu ga sehhh
Btw vote komen jangan lupaaaa
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Historical FictionAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...