Kamar Dursita!
Sudah beberapa waktu ini Dursita tidak menemui para Pandawa sebab menemani kesembilan puluh sembilan saudara laki lakinya.
Para pangeran kurawa tersebut merasa bahwa waktu yang mereka habiskan bersama kedua adik bungsu perempuan mereka kerap kali semakin sedikit.
Hal inilah yang membuat mereka bersatu dan membuat rencana untuk memonopoli sang adik. Terutama setelah hubungan ayah dan adik mereka membaik sehingga waktu yang ada utuk mereka bersama semakin terpotong.
Jadilah setiap kali mereka menyelesaikan pelajaran kerajaan mereka akan berlari menarik kedua putri Hastinapura itu bermain bersama mereka kembali di danau istana.
Sebenarnya Dursita tidak memiliki masalah apapun, malah dia semakin bahagia. Namun ntah mengapa beberapa hari terakhir ini dia merasa tidak nyaman.
Setiap beberapa saat sekali hatinya akan berdenyut sakit, dia cukup yakin bahwa ini bukanlah pertanda baik. Tiba tiba seorang pelayan masuk ke dalam kamar Dursita.
"Salam putri, Yang Mulia Raja meminta semua orang untuk menghadapi aula istana sesegera mungkin" ucap pelayan tersebut.
"Baik aku akan segera kesana" jawab Dursita, sebenarnya dia ingin tahu ada masalah apa akan tetapi dia cukup yakin bahwa pelayan tersebut pun tidak tahu.
~~~~~~~
Aula Istana Hastinapura!"YANG MULIA PUTRI KEDUA DURSITA MEMASUKI AULA" teriak seorang pengawal sebagai bentuk pengumuman atas kedatangan Dursita.
Dapat dilihat didalam aula saat ini semua orang telah tiba, nampaknya hanya dialah yang terlambat.
"Putri, nampaknya kau semakin kesini semakin membutuhkan pelajaran tata kemana yabg lebih banyak" celetuk pria yang saat ini duduk di depan sana, dialah Sangkuni saudara dari ibunya.
"Ayah apa kau keberatan aku terlambat" bukannya menjawab sang paman, Dursita justru mengajukan pertanyaan kepada sang ayah.
"Tidak Sita putriku, cepat duduklah disamping saudarimu"
Begitulah akhirnya Dursita duduk tanpa menghiraukan pamannya diseberang sana. Diantara mereka bersaudara dia dan Dursala yang selalu menjadi sasaran sang paman. Ntah ada apa dengan pria tua itu.
"Aku mengumpulkan kalian disini untuk mengumumkan kabar duka..." Destarastra tampak terdiam, dapat semua orang lihat dipelupuk mata pria dewasa itu air mata yang siap mengalir talah menggenang cukup banyak. "Saudaraku Pandu... telah meninggal dunia bersama dengan istrinya Madri" tepat setelah ucapan itu meluncur Destarastra menundukkan kepalanya.
Air mata yang semua di tahan kini mengalir begitu deras, saudaranya sekaligus sahabatnya yang selalu menjadi tameng baginya kini telah tiada. Apalagi yang lebih sakit dibanding kehilangan satu satunya saudara yang bersama dengan sejak kecil.
Hal ini sontak mendapat tatapan ttidak percaya dari semua orang, bahkan kini Dursita berdiri tegak menatap Bisma seakan akan meminta penjelasan.
Namun diseberang sana Bisma justru enggan menatap sang cucu, dia memilih mengalihkan pandangan kearah lain. Air matanya kian deras mengingat salah seorang putranya telah tiada.
Tidak kuasa mendengar hal tersebut, Dursita jatuh terduduk dilantai dingin itu. Bagaimanapun dia telah melewati banyak masa bersama keluarga Pandu. Meski telah mengetahui hal ini rasanya dia benar benar tidak bisa menerima hal tersebut.
"Sita" teriakan itu berasal dari Duryudana yang lekas menolong sang adik. Para kurawa lainnya pun turut membantu sii sulung. Disisi lain Dursala juga ikut terpukul meski tidak separah Dursita.
Berita suram itu menyebar dengan cepat kepada rakyat, tentu seluruh rakyat Hastinapura ikut bersedih mengingat pangeran Pandu begitu hebat dan baik kepada mereka selama ini.
~~~~~~~~
Kamar Dursita!Kini Dursita berada di dalam kamarnya termenung menatap keluar sana. Sekarang dia mengerti maksud dari perkataan Krishna mengenai takdir yang tidak bisa dirubah.
Namun kini sungguh rasanya Sita tidak rela, Pandu sudah seperti ayah kandungan sendiri. Dia masih ingat bagaimana Pandu memanjakannya sebab tidak memiliki anak perempuan.
Lalu Madri yang senantiasa mendandani dan melemparkan berbagi ciuman hangat di pipinya kini telah dia. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Pandawa saat ini, sementara dia yang hanya keponakan dan mengenal mereka selama beberapa saat saja sudah sangat terpukul seperti ini.
"Sita apa kau baik baik saja" pertanyaan itu berasal dari Dursala.
Dursala telah melihat bagaimana baiknya keluarga Pandu kepada mereka berdua, sehingga dia tidak bisa menahan kesedihan seperti Dursita.
Namun jika dia larut dalam kesedihan lantas siapa yang akan menenangkan adiknya ini. Dursala berjalan mendekati sita kemudian memeluk adik kecilnya itu .
"Jangan bersedih Sita, Ayah Pandu dan Ibu Madri akan sedih melihatmu seperti ini diatas sana, cukup kirimkan doa terbaik untuk mereka hm" sikap yang Dursala berikan justru meningkatkan kenangan kenangan masa lalu bersama Pandu dipikiran Dursita.
"Sita dengar, kau tidak boleh larut dalam kesedihan mu. Dibanding itu kau harus manyiapkan dirimu karena ayah telah meminta kakek Bisma untuk menjemput Ibu Kunti dan sepupu kita kemari" jelas Dursala.
Dursita yang mendengarnya tentu sadar, dia tidak bisa terus menerus menangisi kepergian keduanya. Dibanding itu dia harus menyiapkan pundak untuk kelima saudaranya
Ntah bagaimana keadaan mereka saat ini, Dursita maupun Dursala cukup yakin bahwa mereka tidak baik baik saja. Bahkan mungkin justru sedang hancur dan kacau terutama Kunti.
~~~~~~~~~~
Bisma kini telah sampai di tempat pengasingan keluarga Pandu. Dapat dia lihat dengan jelas disana kelima cucu dan menantunya Kunti.
Suara tapak kaki menarik perhatian Kunti dan anak anaknya. Di aana dapat dilihat Bisma berjalan mengarah kepada mereka.
Tangisan yang semula mereda kini mulai pecah. Sadewa bahkan berlari memeluk sang kakek seakan mengadukan segala kesedihannya.
Bisma pun dapat melihat kesedihan menantu dan cucu cucunya. Sungguh perih, dia mampu merasakan perasaan tersebut.
Salah satu putranya telah pergi meninggalkannya, sementara menantu nya lain memilih bunuh diri mengikuti sang suami.
"Kemasi barang barang kalian, mulai saat ini kalian semua akan tinggal di Hastinapura. Bersama dengan kami semua" ucap Bisma.
"Tapi Tuanku Bisma, kini suamiku telah tiada. Tidak mungkin kami ke Hastinapura" balas Kunti.
"Apa yang tidak mungkin Kunti, kalian semua adalah keluarga Kerajaan. Kau adalah istri Pangeran Hastinapura sudah sepatutnya menetap di Hastinapura begitupun para cucuku" jelas Bisma.
Kini Bisma, Kunti dan kelima Pandawa akhirnya berjalan menuju Hastinapura.
Kunti tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan kembali ke kerajaan tersebut selama ini.
Namun kini, dia dan anak anaknya akan kembali tanpa sang suami maupun adik madunya.
Perjalanan mereka berjalan lancar tanpa ada halangan, sehingga mereka dapat mencapai Hastinapura dengan cepat.
~~~~~~
JANGAN LUPA VOTEEE YA BEBEB KU SAYANG!!!!
SEKALIAN KOMENLAH GAPAPA YA DEK YA
SETIA NUNGGU YA AYYYY
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Historical FictionAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...