Kini Dursita dan Dewa Shani telah sampai ditempat Karna berada. Didepan sana dapat mereka lihat Karna sedang berlatih memanah.Dewa Shani setuju untuk menyamar serta menghilangkan hawa dewanya agar Karna tidak mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Keduanya berjalan mendekati Karna, mungkin akibat terlalu fokus sehingga Karna sendiri tidak menyadari kedatangan keduanya.
"Seperti biasa kau sangat senang berlatih ya Karna" kata Dursita begitu mereka berada di dekat Karna.
Karna yang mendengar suara Dursita sontak berbalik dengan bahagia, namun tiba tiba wajahnya mengerut begitu melihat sosok asing juga berada disana.
"Sita siapa orang ini" tanya Karna dengan tatapan heran sekaligus marah?
"Ah perkenalkan dia adalah kak Shuni, dia sangat baik dan pandai bertarung. Makanya ku ajak kemari untuk menjadi teman bermain kita sekaligus teman latihanmu" jawab Dursita.
Namun Karna masih tampak waspada, mengingat sifat Dursita yang bisa dibilang terlalu bodoh-baik.
Adapun dewa Shani justru menatap Dursita dengan tatapan tidak percaya. Bagaiman mungkin ada orang memilih nama samaran yang hanya berbeda satu huruf dengan nama aslinya.
Gadis ini sejujurnya bodoh atau bagaimana, jika tidak mengingat bahwa dia telah membantunya menemukan adiknya serta status nya sebagai putri Hastinapura tentu Shani akan berpikir dia adalah orang gila yang berkeliaran.
"Hust hentikan tatapan mu itu Karna, sekarang ayo lihat hasil latihanmu dengan melawan kak Shani" ajak Dursita kepada dua orang tersebut.
Berakhir mereka benar benar berlatih yang lebih mirip bertarung secara terbuka. Keduanya saling menyerang dan menangkis.
Hal tersebut terus terjadi dalam waktu yang lama, akan tetapi tidak ada tanda tanda ada yang menang membuat Dursita jadi kesal menunggu.
"Apa kalian tidak lelah, aku yang duduk menatap saja sudah lelah aih" kata Dursita dengan suara yang sedikit lebih besar agar keduanya mendengar.
Sontak kedua orang yang sedang terlibat pertempuran itu berhenti menatap Dursita.
"Maaf Sita hanya saja ini pertama kalinya aku bisa bertarung dengan puas" jawab Karna, lalu kemudian kembali menatap kearah Shuni yang telah hilang ntah kemana.
"Kau kalah" jawab Shuni yang ntah sejak kapan telah menodongkan pedang kayunya pada leher Karna.
"Heh apa apaan itu tidak terbilang menang" protes Karna yang merasa tidak adil.
"Aturan pertama saat bertarung, jangan pernah mengalihkan perhatian dari musuhmu sendiri atau kau akan tiada" jawab Shuni dengan ekspresi seakan akan tidak ada masalah yang terjadi.
"Yang benar saja, mana bisa begitu" shh Karna nampaknya cukup kesal sekarang.
"Hei hentikan itu, kemari kita makan manisan ini. Aku membawanya tadi" ajak Dursita yang lelah menatap dua orang yang sebenarnya saudara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Bergeser
Historical FictionAnindita rahayu, mahasiswi sejarah dari salah satu universitas ternama yang begitu mencintai sejarah terutama mengenai perwayangan. Rasa cintanya ini membawa anin mengalami hal yang tidak akan pernah bisa dipercaya. Anindita yang malam itu seharusny...