15.

1.4K 47 1
                                    

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~





***


Perdebatan kecil yang terjadi antara Rayyan dan Dhita sudah selesai, kini keduanya kembali menempel satu sama lain, seakan tidak ingin berjauhan barang sedetik pun.

Ralat. Lebih tepatnya Rayyan lah yang tidak ingin berjauhan dengan istri mungilnya itu.

Namun kenyamanannya harus di ganggu saat salah satu asisten rumah tangga di rumah Papanya itu memberitahu jika dirinya di tunggu tuan besar ditaman belakang.

Tak ingin ribut dengan Dhita lagi, maka Rayyan pun menemui sang Papa, dan berusaha bersikap sesopan mungkin sesuai perintah istrinya.

Cowok tampan itu melihat Papanya sudah duduk di kursi taman belakang, menatap lurus kedepan sambil menikmati nikotin di tangan kanannya.

Tanpa mengeluarkan suara, Rayyan duduk dan tanpa izin mengambil rokok milik Papanya, dan mulai menyalakan benda berbahaya namun sangat amat di cintai oleh orang-orang termasuk kaum lelaki.

"Jangan sering nyebat, bahaya." Rayyan melirik Papanya dengan sinis.

Rayyan hanya berdecih mengabaikan ucapan Papanya, sedangkan Fateh mengulas senyum menatap wajah putranya.

"Apa kamu memperlakukan Dhita dengan baik?" Tanya Pak Fateh mulai bicara serius.

"Seperti yang Papa dengar dari Dhita tadi." Jawab Rayyan singkat masih bernada datar.

Fateh mengangguk-anggukan kepalanya. "Baguslah, kalau memang kamu melakukannya. Udah cinta sama istri kamu?"

Rayyan tanpa pikir panjang dan ragu, cowok itu mengangguk sekali. "Aku mencintai Dhita melebihi cinta ke diri sendiri," Aku Rayyan mantap.

Fateh tersenyum. "Apa kamu yakin? Padahal kalian baru saja kenal, bertemu pun waktu kalian nikah. Atas dasar apa kamu bisa langsung bilang kalau kamu sudah mencintai Dhita?" Jelas pertanyaan Papanya agak sulit dia jawab.

Karena sejatinya, dia pun kadang masih bingung kenapa dirinya begitu mudah menyayangi dan mencitai seorang perempuan, sedangkan selama ini dia belum pernah bahkan sangat menghindari yang namanya wanita.

"Kalau di jelasin aku nggak tau Pa, karena perasaan yang aku rasain muncul gitu aja." Aku Rayyan lagi, ia menarik napas sejenak. "Dhita mengingatkan aku dengan Mama." Ujar Rayyan pelan, seketika Fateh menoleh menatap putranya yang kini sedang menunduk.

"Karena Dhita, aku ngerasain lagi gimana rasanya di perhatikan. Di sayangi bahkan masakan yang Dhita buat, mengingat aku sama Mama." Suara Rayyan kian tercekat, dadanya sesak merindukan Mamanya.

Fateh menepuk pundak Rayyan beberapa kali, mata pria dewasa itu memerah menahan cairan bening yang sudah berkumpul siap untuk tumpah membasahi pipi.

"Nak, apa kamu tau alasan Papa menikahi kamu dengan putri sahabat Papa?" Rayyan menoleh memandangi Papanya sekejap.

𝐑𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐬𝐞𝐬𝐢𝐟 𝐁𝐨𝐲 (Lêê Jêñð) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang