20.

925 50 9
                                    


~•~

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tak membutuhkan waktu lama, Dhita pun keluar dari walk in closet sudah terlihat rapi, Rayyan yang melihatnya sempat tertegun sejenak.

Malam ini Dhita menggunakan kaos crop top putih di balut jaket blondy jeans hitam, bawahannya memakai celana jeans hitam dengan aksen garis sobek-sobek dan tak lupa sepatu sneaker putih dengan garis hitam.

Siapapun yang melihatnya akan mengatakan jika gadis tersebut terlihat cewek badass sekaligus imut. Hal itu membuat Rayyan menggeram tak suka, di arena balapan nanti pastinya banyak sekali cowoknya ketimbang para cewek, dia yakin pusat perhatian mereka tertuju kepadanya terlebih pada Sadhita apalagi ini pertama kali dirinya membawa seorang wanita, baru membayangkan saja sudah membuat darahnya mendidih sungguh ia sangat tak suka miliknya menjadi pusat perhatian orang banyak.

"Ayo." Dhita sudah berdiri di hadapan Rayyan yang justru bengong.

Rayyan yang juga terlihat tampan dengan kaos putih di tambah jaket kulit hitam berlambang geng motornya pun tak kalah tampan di mata Dhita, gadis itu selalu suka dengan style suaminya yang seperti itu. Makanya dia pun mengikuti style Rayyan, agar mereka terlihat serasi.

"Kalau batal aja gimana? Kita nggak usah pergi!" Dhita mengerutkan kening.

"Oke, berarti batal juga yang tadi." Jawabnya enteng tanpa beban.

"Shit!" Rayyan mengumpat dalam hati, ia menarik napas panjang lalu dibuangnya dengan kasar, sungguh dia sangat frustasi.

Mana mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan yang sudah di depan mata, apalagi selama ini momen itu yang dia tunggu.

Namun kenapa harus ada syarat dan tidak bisa di tolak, sungguh istri cantiknya ini bisa membuatnya gila dalam sekejap.

"Oke berangkat, tapi tunggu." Rayyan mengancingkan beberapa kancing jaket Dhita agar menutupi perutnya.

"Jangan sampai, punya aku dilihat orang." Ujarnya dengan datar.

Dhita mengulum senyum, jujur dia suka sifat Rayyan yang satu ini, itu berarti Rayyan benar-benar menyayangi dirinya sampai orang lain tak boleh melihat apa yang memang tidak boleh di lihat selain suaminya.

Setelah mengambil dua helm, mereka pun berjalan beriringan menuju lift, di dalam lift yang bergerak turun Rayyan melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.

"Nanti sampai di sana, jangan kemana-mana. Selalu sama aku, dan nanti waktu aku mulai balapan. Jangan jauh-jauh dari Darren, Lucky atau pun Zaky. Nggak boleh bandel nurut kata suami, dengar?!" Dhita mendengar itu hanya mampu menghela napas.

"Iya, aku dengar dan selalu ingat. Kamu nggak usah khawatir," Ucapnya selembut mungkin.

Rayyan tersenyum tipis lalu berbisik. "Jangan lupa yang paling penting, nanti pulang harus tepati janji." Bisiknya di telinga Dhita, bulu gadis itu meremang ia sampai menelan ludahnya.

𝐑𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐬𝐞𝐬𝐢𝐟 𝐁𝐨𝐲 (Lêê Jêñð) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang