22.

1K 32 0
                                    


~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




***

Sesampainya di sekolah ternyata gerbang tinggi tersebut sudah tertutup rapat mereka sudah telat sekitar sepuluh menit. "Yahh kan kita telat, terus gimana kita masuknya, kamu sih jalannya pelan banget." Omel wanita itu bibirnya mengerucut lucu.

Sementara Rayyan masih betah dengan keterdiamannya, ia memakirkan motornya di bawah pohon, setelah itu dia turun lebih dulu, membantu Dhita melepas helmnya.

Rayyan yang gemas melihat istrinya yang sedang cemberut, menangkup pipi dengan kedua tangan sambil di tekan dikit yang membuat bibir wanita itu sedikit maju. "Nggak usah marah-marah, kita masih bisa masuk." Ujar Rayyan.

"Caranya?" Rayyan hanya tersenyum miring lalu mengecup kening Dhita.

"Ikut aku," Ajak cowok itu menggandeng tangan kanan wanitanya, sebelumnya dia membantu Dhita turun dari motor sport dan menaruh helm keduanya di atas motor.

"Rayyan, kita mau kemana?" Dhita melihat sekeliling yang sepi hanya ada beberapa rumah dan satu warung, sepertinya itu warung kopi ada beberapa anak seusianya yang malah duduk di sana, bukannya masuk ke dalam kelas untuk belajar mereka justru mengobrol dan merokok, dalam hati kecil Dhita berharap suaminya tak seperti mereka yang suka bolos.

Rayyan tak menjawab, dia terus melangkah hingga mereka sampai tempat yang semakin sepi dan hanya ada lahan kosong yang di tumbuhi ilalang dan rerumputan tinggi. "Kita mau ngapain kesini?" Ada perasaan takut dan was-was, nggak mungkin kan suaminya berbuat tidak-tidak kepadanya di tempat sepi ini, monolog wanita itu.

Tak!

"Ahk!" Dhita mengusap keningnya yang di sentil oleh Rayyan.

"Pasti mikir yang nggak-nggak," Tentu Dhita mendelik.

"Kok kamu tau?" Beo wanita itu lalu menutup mulutnya.

Rayyan tak lantas menjawab, cowok itu malah menarik pinggang Dhita, lalu mengangkat dagu sang istri agar lebih mendongak.

Cup!

Mengecup bibir wanita yang sudah membuatnya candu, lalu berkata sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. "Karena semuanya yang berhubungan dengan kamu, aku pasti tau Babe," Dhita terdiam membalas tatapan teduh suaminya dengan senyum.

"Jadi, kita kesini mau ngapain?" Tanya Dhita lagi.

"Kamu mau masuk kan? Bukan mau bolos?" Dhita tentu mengangguk.

"Kita masuk lewat sini," Jawab Rayyan enteng.

"Hah?" Rayyan tertawa kecil, mencubit pipi wanitanya dengan gemas.

"Kita masuk lewat sini sayang, kita manjat pagar ini," Beritahu Rayyan.

"Manjat pagar?" Tanyanya memastikan menunjuk pagar di hadapannya.

𝐑𝐚𝐲𝐲𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐬𝐞𝐬𝐢𝐟 𝐁𝐨𝐲 (Lêê Jêñð) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang