Prolog

4.1K 244 24
                                    

Pria tampan dengan rahang yang terkesan penuh dendam datang. Semua tertunduk, seisi ruangan sudah sangat hafal dengan amarah yang akan dilampiaskan oleh pria tersebut. Pria itu tak akan memukul, tak akan banyak bicara namun akan langsung memberikan sanksi. Sandhika Raffael Hutama, dokter sekaligus dosen termuda yang berada di Universitas Panaroma Jakarta (UPJ). Pria kelahiran Jakarta itu kini berusia 29 tahun namun sudah mendapatkan gelar spesialis orthopedi, bahkan gelar nya bertambah MARS. Kulitnya putih bersih, wajahnya jelas tampan dan memiliki tinggi sekitar 175 CM.

Pria yang akrab disapa Raffa itu memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Dirinya juga termasuk beruntung karena terlahir dari keluarga yang cukup. Tidak kaya dan bergelimang harta, hanya cukup dan sederhana. Namun dirinya mampu mendapatkan beasiswa karena prestasinya tadi.

Raffa memiliki seorang adik perempuan yang kini berkuliah di Korea. Ayah nya memiliki usaha alat kesehatan di Pasar Pramuka Jakarta, sedangkan sang ibu merupakan seorang dosen di Universitas Panaroma Jakarta (UPJ). Ibu nya menjadi dosen di FISIP Universitas tersebut.

"Kamu baru bangun tidur?" tanya Raffa pada salah satu mahasiswi koas yang berada di state nya pada pekan ini

"Emm... saya dok?"

"Iya kamu? Memangnya siapa lagi yang ada disana selain kamu?" tanya Raffa

"Maaf dok saya tidak baru bangun tidur" balasnya

"Cuci muka dan kembali lagi kesini dalam waktu 3 menit!" perintah Raffa

Gadis cantik dengan hijab yang menutupi rambutnya itu berlari hingga kacamatanya terjatuh karena terburu-buru saat ia menuju kamar mandi.

"Sudah?" tanya Raffa setelah gadis itu kembali

"Sudah dok.."

"Oke saya lanjut kan kembali ya!" Raffa kembali menjelaskan mengenai state orthopedi, semua sibuk menyimak dan mendengarkan. Hanya saja salah satu peserta disana tak bisa fokus karena tak dapat melihat jelas.

"Kamu!!!" tunjuk Raffa lagi pada wanita tersebut

Sayangnya wanita tersebut tak bisa melihat jelas arah jari Raffa. Sehingga ia hanya mencoba melihat sekitar seperti tak peduli pada Raffa.

"Siapa nama mu?" tanya Raffa

"Qiy, lo ditunjuk!!" salah satu peserta lainnya menyadarkan Saqiya

"Hah gue?" kaget Saqiya

"Iya kamu!" ujar Raffa lagi

"Maaf dok tadi kacamata saya jatuh dan tidak dapat melihat jelas. Perkenalkan nama saya Saqiya Arthania"

"Oke. Kamu lari GBK hari ini dengan menggunakan tag bertuliskan 'Saya Saqiya Arthania memohon maaf karena tidak fokus selama states'" terang Raffa

"GBK dok?" tanya Qiya

"Kamu budek atau lemot?" tanya Raffa

"Baik dok!"

"Saya tunggu jam 3 sore di parkiran RS UPJ. Sampai kamu telat kamu ngulang berada di state saya!" terang Raffa

"Baik dok!"






















***























Saqiya Arthania, biasanya disapa Qiya. Kini usianya 25 tahun. Qiya merupakan salah satu mahisiswi berprestasi. Ia mendapatkan beasiswa penuh dari UPJ sampai koas nya selesai. Qiya lahir dari keluarga yang kurang berada. Ayahnya sudah meninggal saat dirinya masuk ke SMA dan ibunya merupakan penjual pecel lele. Qiya memiliki abang yang kini bekerja sebagai pegawai di minimarket dengan gaji UMR. Abang Qiya juga kini sedang melanjutkan pendidikannya di UPJ sambil bekerja. Dengan mengambil kelas karyawan abangnya berkuliah di jurusan Teknik Informatika.

Qiya merupakan anak yang pandai dan cantik. Pembawaannya tidak seperti anak bontot pada umumnya. Qiya tidak manja, ia selalu memiliki tingkah random untuk menunjukan sikap ceria nya dan membuat orang disekitarnya tertawa. Terkadang Qiya memang begitu ceroboh dan terkesan kurang hati-hati. Namun sebenarnya dalam dirinya penuh sekali perhitungan.

"Qiy, mau kemana?" tanya Ajeng, ibunda Saqiya

"Qiya dihukum dosen Qiya bu disuruh lari keliling GBK!" ujarnya

"Jangan suka keras kepala Qiy kalau dikasih tau jadinya dihukum kan"

"Engga ko bu, emang dosennya aja agak-agak. Yasudah Qiya berangkat dulu ya bu!"

"Eh tunggu, kacamata mu mana?" tanya Ajeng

"Tadi jatuh bu terus keijek orang jadi patah!"

"Ya Allah, terus kamu keliatan ngga jalannya?"

"Engga bu, nanti Qiya beli aja di pasar!"

"Itu bukannya kacamata baca?" tanya Ajeng

"Iya bu tapi ada yang minus juga ko ngga hanya yang plus atau kacamata baca, lumayan harganya cuma 50 ribu bu bisa menghemat ratusan ribu" terang Qiya

"Maafin ibu ya nak karena belum bisa beliin kamu kacamata di optik"

"Ngga apa-apa bu lagian Qiya ya ceroboh. Qiya pamit dulu ya bu. Assalamualaikum"




















***
















Hallo!!!
Gimana cerita baru minzee kali ini?
Minzee boleh minta tolong tekan tanda bintang dan beri komentar agar lebih semangat buat update lagi!
Terima kasih buat yang sudah like, komen dan follow.
*
Harta mu boleh sedikit tapi ilmu dan akhlak mu harus setinggi bukit -minzee

Bangsal TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang