[28] Belajar

105 4 0
                                    

Bismillahirrahmannirrahiim

《Happy reading guys》
.
.
.

• 05.08 WIB

Matahari pun mulai terbit, dengan langit yang begitu indah menampakkan perpaduan antara warna biru langit dengan awan yang terkena pancaran sinar matahari. Sehingga awan tersebut menjadi berwarna jingga dengan sedikit ke merah mudaan, hingga nampak lah langit pada pagi ini berwarna ungu dari perpaduan dua warna itu

Dan lihatlah kedua gadis itu yang kini tengah berada di balkon kamar nya, sedari tadi sehabis sholat Subuh, tiba-tiba saja mereka memiliki keinginan untuk belajar tentang ilmu agama, sehingga mereka bersama-sama belajar di balkon kamar sembari di temani dengan secangkir teh hangat dan juga beberapa cemilan. Dengan di hiasi suara kicauan burung yang mulai pergi untuk mencari makan, dan angin sejuk pada pagi ini

Kini mereka pun tengah mendengarkan ceramah dari Ustadz Hanan Attaki lewat salah satu aplikasi yang berada di dalam laptop tersebut. Sembari mencatat hal-hal untuk di jadikannya motivasi, dan juga mengambil hikmah dari apa yang beliau sampaikan

Hingga beberapa saat kemudian, mereka pun mengakhiri pembelajaran pada pagi hari ini, kemudian di lanjut beristirahat sejenak sembari melihat hasil catatan yang telah mereka catat itu

"Kak.. lo nulis apaan tadi tadi ketiga ceramah yang udah kita liat?"

"Gue ambil ini nih, bentar gue bacain"

"Allah itu mencintai mu dengan 2 cara, kadang Dia mencintai mu dengan memudahkan, tapi terkadang dengan memampukan. Dia sering memberimu anugerah-anugerah, karena Dia ingin memudahkan hidup mu, tapi kadang.. Dia juga memberi mu ujian-ujian, karena ingin membuat mu mampu menjalani hidup yang lebih bermakna. Jadi belajar lah fokus untuk meng-upgrade diri mu, lewat ujian-ujian yang Allah berikan dalam hidup mu"

"Ada satu lagi ini", sambung Tasya

"Apaan?"

"Quote-nya gini, gak penting siapa yang pernah melukai mu, membuat kamu patah. Yang terpenting adalah, siapa yang bisa membuatmu kembali tersenyum, fokus lah dengan mereka, hidup dan berbahagialah dengan mereka"

"Nah.. lo jangan lagi sedih gegera lelaki itu, intinya lo harus fokus sama kebahagiaan lo, sama masa depan lo, apalagi sekarang kan udah ada Aznanta yang bisa ngebuat lo kembali tersenyum? Yakan?", ucap Tasya sembari menyenggol lengan Haura

"Lah? Siapa juga yang sedih? Itu kejadian udah beberapa tahun yang lalu ya? Jadi gak guna buat di bahas lagi, yang ada muak sendiri nanti"

Tasya pun melihat ekspresi di wajah Haura ketika berbicara itu. Sepertinya.. ia sudah benar-benar bisa berdamai dengan luka nya, dan juga ia sedang berusaha untuk melupakan rasa sakit yang pernah ia alami dulu. "Kalo lo? Nulis apaan tadi? Sampe fokus banget perasaan?", alih Tasya

"Kalo gue? Eum... ini aja deh gue bacain", jawab Haura sembari mencari hasil catatan mana yang ingin dia bacakan

"Berhentilah berfikir berlebihan, sepotong besi rusak karena karatnya sendiri. Jangan biarkan diri mu rusak karena pikiranmu sendiri. Tidak udah terlalu cemas, karena cerita hidup mu, sudah ditulis oleh skenario terbaik"

"Ada satu lagi nih gue bacain, jleb banget sih ini"

"Luka itu butuh waktu untuk sembuh, meskipun kita sudah ikhlas, dia tetap butuh waktu untuk sembuh. Meskipun kita sudah memaafkan, dia tetap butuh waktu untuk sembuh. Maka.. biarkan dia sebentar sampai itu sembuh, gak ada salah nya untuk menjaga jarak sampai kita bisa netralisir lagi. Gak bisa juga kita terlalu perfeksionis mengatakan "katanya udah di maafin? Kok gamau ketemu?" Eh.. kamu gak bijak ya memahami tentang perasaan? Karena, maka nya jangan gampang melukai orang, terus minta maaf, melukai lagi terus minta maaf lagi"

Dia Aznanta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang