[14] Firts deeptalk

144 10 5
                                    

Bismillahirrahmannirrahiim

《Happy reading guys》
.
.
.

• 22.15 WIB

Kini Haura pun masih bersama Ghifa di balkon kamar nya, dengan Haura yang terus saja menatap langit karena sibuk berperang dengan isi kepala nya, sedangkan Ghifa sibuk bermain ponsel sembari merokok

"Kak.. mau nanya dong", ucap Haura sembari menoleh ke sang kakak

Ghifa yang sedang sibuk dengan ponsel nya itu pun seketika mendongak ke arah Haura, lalu meletakkan ponsel yang tadi ia pegang dan fokus mendengar ucapan yang akan di sampaikan oleh adek nya itu. "Tanya apa?"

"Kakak waktu di pondok sambil kuliah tuh pusing gak?"

"Eum.. lumayan sih, kenapa emang? Kamu mau mondok juga?"

"Ngga"

"Terus?"

"Nanya doang"

Ghifa pun mengangguk sebagai jawaban. "Tapi.. kalo di pondok gitu sering ada pertemuan sama santriwati gak sih?", tanya Haura lagi

"Kalo ada kepentingan tertentu aja, tapi tetap di batasi kok antara tempat cowok sama cewek"

"Kakak pernah suka gak sama santriwati yang ada disana?"

"Ngga, kakak suka nya sama temennya Ning Hafsyah". Ghifa pun tersipu malu karena ucapan diri nya sendiri itu. Namun.. kalimat itu malah di acuhkan oleh Haura

"Kalo santri tuh harus nikah sama santri juga ya?"

"Kalo amanah dari guru-guru kita di pondok sih begitu, tapi gak harus kok.. itu maksud nya biar nanti kita lebih mudah aja buat muthola'ah ilmu yang pernah kita pelajari"

"Oalah.. susah ya kalo saingan nya santriwati ini mah?", gumam Haura dan berusaha agar ucapan nya itu tidak di dengar oleh Ghifa

"Kenapa emang Ra? Hayo.. kepincut santri mana nih?"

"H-hah? E-engga tuh? Nanya doang"

"Masa sih? Gak mungkin kalo nanya doang sampe sedalam ini pertanyaan nya?"

"Cerita dong.. issshh... tiba-tiba aja kamu udah dewasa, mana udah jatuh cinta lagi?", sambung Ghifa

"Apa sih? Kepo, yeuh.."

"Ayo dong.. kakak mau denger kamu cerita, setidaknya kakak punya kenangan dengerin kamu cerita begini, apalagi ini first time kita bisa deep talk?"

"Iya sih.. tapi malu woy!"

"Wait.. wait.. kakak tau deh siapa cowok nya?"

"Mang eak? Siapa coba?"

"Cowok yang waktu itu nemuin hp kakak kan?"

Deg.

Seketika jantung Haura pun berhenti berdetak, bagaimana bisa jawaban Ghifa tepat pada sasaran? Sekuat itu kah insting nya?

Mengingat kejadian kejadian ketika mereka berdua tengah mengantar barang ke rumah tante Ines, yang dimana beliau merupakan Ibu dari salah satu teman Haura, yaitu Mita.

Dan kebetulan, rumah Mita itu dekat dengan pondok pesantren Darussalam, sehingga...

"Ya udah kalo gitu, kita pamit dulu ya tan?", pamit Ghifa kepada tante Ines

"Iya nak, makasih banyak ya? Titip salam buat Ibu kalian itu", jawab tante Ines

"Iya tan, main juga dong ke rumah?", saut Haura

Dia Aznanta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang