Lelah dengan perdebatan yang mereka lakukan, Clarista juga Sarah langsung berjalan keluar kelas. Namun sayang, baru berjalan beberapa langkah, mereka harus terpaksa berhenti karena kedatangan seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan.
Elvaro tersenyum, lain halnya dengan Clarista yang malah memasang wajah bingung juga gugup dan hal itu membuat Sarah menundukan kepala karena menahan malu.
"Kelihatan banget begonya," gumam Sarah.
"Pulang bareng gue yu!" ajak Elvaro namun Clarista tak langsung menjawab. Ia masih senantiasa diam bahkan sepertinya Clarista tak mendengar apa yang Elvaro katakan.
"Eits! Gak bisa, Clarista udah ada janji sama gue," balas Sarah mendahului.
"Janji apaan?" tanya Elvaro.
Lagi-lagi Clarista tak buka suara membuat Elvaro heran juga membuat Sarah jengkel. "Ada pokoknya, lo gak usah kepo," ujar Sarah.
Kesal, Sarahpun memilih menarik lengan Clarista dan membawanya ke arah gerbang sekolah, meninggalkan Elvaro seorang diri yang mana masih setia menatap kepergian Clarista.
Sesampainya di gerbang sekolah, Sarahpun dengan penuh kekesalan mencubit keras lengan Clarista membuat si empunya berteriak kesakitan.
"Heh! Lo apa-apaan sih? Kenapa lo nyubit gue?" kesal Clarista dan Sarah hanya membalasnya dengan lirikan marah bercampur kesal.
Mata Clarista menatap ke sekeliling, merasa aneh dengan situasi saat ini, "kok kita bisa di sini? Si El mana?"
"Heh! Makannya lo kalau lagi jatuh cinta gak usah kelihatan begonya. Bikin malu aja!" tegas Sarah.
"Maksud lo apaan?" tanya Clarista meminta penjelasan, bahkan raut wajahnyapun terlihat begitu bingung.
"Udah ah, diem! Taxinya udah datang tuh!" ujar Sarah ketika taxi online pesanannya sudah datang.
*****
Setibanya di tempat kediaman Sarah, keduanya langsung keluar dari dalam taxi tak lupa juga dengan menyelesaikan pembayarannya.
Sunyi dan sepi. Begitulah keadaan di rumah Sarah, karena itulah alasan Sarah sering kali mengajak Clarista untuk berkunjung ataupun menginap di sana.
"Haus nih. Lo punya jus gak di kulkas?" tanya Clarista ketika mereka baru saja menginjakan kaki ke dalam rumah Sarah.
"Lo baru masuk bukannya ucap salam malah nanyain jus. Aneh lo!" cibir Sarah.
"Assalamualaikum! Lo punya jus gak di kulkas? Haus nih," kata Clarista.
Sarah menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya. Namun meskipun begitu, sikap itulah yang membuat Sarah nyaman berteman dengan Clarista walau kadang ada sikap yang Sarah tak suka namun itu tak mengurangi niatnya untuk terus menjadikan Clarista sahabat terbaiknya. Karena sejatinya, manusia tidak ada yang sempurna. Semuanya memiliki kekurangan juga kelebihannya masing-masing.
"Ambil aja sendiri sana, asal jangan lo berantakin!" kata Sarah.
"Oke, tenang!" balas Clarista lalu berjalan ke arah dapur sedang Sarah berjalan ke arah kamar guna membersihkan diri juga berganti pakaian.
Sesampainya di dapur, Clarista langsung membuka bagian kulkas lalu matanya langsung tertuju pada botol berisi jus jeruk.
Bibirnya membentuk sebuah senyuman manis lalu tangannya langsung meraih botol itu. "Mantap nih, seger!" katanya dengan mata yang mencari posisi di mana gelas berada.
Setelah apa yang ia cari ditemukan, Clarista lekas berjalan ke arah sudut dapur, tempat gelas itu diletakan.
"Segernya!" kata Clarista setelah ia menghabiskan satu gelas jus jeruk itu, namun rasanya Clarista masih belum merasa puas, terbukti dengan ia kembali menuangkan jus jeruk itu ke dalam gelas lalu dihabiskan dengan sekali tegukan.
"Minum udah, tinggal nyari makanannya!" ujar Clarista seraya ia kembali menyimpan botol jus itu ke tempat asalnya.
Clarista diam sejenak, ia tengah sibuk mengingat kembali di mana Sarah biasa menyimpan makanannya. Sejurus kemudian senyum bahagia terbit di bibir Clarista. Kakinya lekas berjalan ke arah lemari yang menggantung di atas wastafel, dan benar dugaan Clarista, di sana terdapat banyak snack juga mie intstan dengan berbagai rasa.
Diambilnya salah satu snack itu lalu berjalan ke arah ruang tengah berniat untuk memakannya di sana sebari menonton televisi.
Sarah keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah ia ganti serra penampilannyapun terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Sebenarnya Sarah sudah cukup lama menunggu kedatangan Clarista ke dalam kamarnya namun yang dinanti tak kunjung datang.
"Itu kek suara tv," gumam Sarah ketika telinganya mendengar suara sesuatu.
Sarah melangkahkan kakinya ke arah sumber suara sebari menggeleng pelan. Rasanya Sarah sudah tahu apa yang terjadi tetapi untuk memastikan semuanya Sarah melihatnya sendiri.
"Nah kan bener dugaan gue," kata Sarah ketika ia mendapati Clarista tengah duduk memakan snack sebari menonton Ftv.
"Bentar tuh lagi seru. So sweet kan!" balas Clarista sebari fokus menyaksikan adegan romantis di layar kaca itu.
"Kepengen lo kayak gituh?" tanya Sarah.
"Lo gak usah ngeledek!" sewot Clarista karena ia tahu bahwa pertanyaan yang dilontarkan Sarah adalah berupa sindirian.
Sarah memilih tak menanggapi, ia hanya terkekeh sebagai jawaban. Tak lama Sarahpun berjalan ke arah dapur guna mengambil mie instan untuk ia masak.
Setelah menemukan mie instan pilihannya yang mana jatuh pada mie goreng, Sarahpun langsung mengambil panci lalu diisinya dengan air dan diletakannya di atas kompor yang sudah menyala.
Sebari menunggu air itu mendidih, Sarahpun mulai membuka bungkusan bumbu lalu menuangkannya ke atas piring dengan sangat hati-hati.
Tiga menit berlalu, mie instanpun sudah siap disajikan. Senyum sumringah tercetak jelas di bibir Sarah karena memang perut Sarah sudah sangat merasa lapar. Sebagai pelengkapnya, Sarah membuka kulkas guna mengambil susu kotak sebagai minuman pendampingannya.
Setelah semua siap, Sarah membawa makanannya ke atas meja makan berniat untuk memakannya di sana guna menghindari dari gangguan Clarista.
"Emang paling mantep sore-sore gini makan mie pedes," gumam Sarah di sela-sela makannya.
Di sisi lain, Clarista yang mencium aroma sedap itupun mengalihkan pandangannya ke arah Sarah yang tengah duduk manis sebari menikmati sepiring mie goreng.
"Wih keterlaluan, makan gak ngajak-ngajak!" dumel Clarista lalu iapun beranjak dari duduknya.
Dengan perasaan penuh kekesalan, Clarista berjalan ke arah Sarah dan berniat untuk menepuk keras pundak Sarah namun ternyata gagal karena Sarah sudah menyadari kedatangan Clarista.
"Ngapain lo?" tegur Sarah sebelum tangan Clarista mendarat kasar di pundaknya.
"Ya lo yang ngapain, makan gak ngajak-ngajak gue?" kesal Clarista.
"Gak salah tuh ngomong? Bukannya lo yang makan duluan gak ngajak-ngajak gue?" balas Sarah yang berhasil membuat Clarista semakin kesal.
Clarista mencengkram tangannya kesal, "tadi itu bukan makan tapi ngemil," jawabnya.
"Ya tetep aja sama-sama masuk ke perut," kata Sarah tanpa menghentikan aktivitas makannya. "Kalau lo mau lo masak aja sendiri tapi awas lho jangan sampai berantakan!" lanjutnya.
Clarista tak menjawab, ia hanya menghela napasnya kasar bermaksud menghilangkan rasa kesalnya. Setelah semuanya kembali normal, Claristapun berjalan ke arah tempat di mana mie instan itu berada. Namun baru saja tangannya hendak membuka pintu lemari, ponsel Clarista tiba-tiba berbunyi.
Ada pesan masuk dari Elvaro yang membuat mata Clarists melotot tajam. Bukan karena nama si pengirim yang membuat Clarista tercengang melainkan isi dari pesan itu.
"Lo kenapa?" tanya Sarah yang merasa heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIPU DAYA CINTA
Teen FictionKata orang cinta itu indah. Di mana kita bisa disayangi sepenuh hati, diberi perhatian tanpa pamrih juga dilindungi tanpa dipinta. Tapi tidak bagi Clarista, ia terjebak dalam sebuah permain cinta yang penuh dengan tipu daya. Diberi suka juga diberi...