Part 38

10 0 0
                                    


HAII GUYSSS ><Udah lama banget nggak up cerita ini huhuhu maafin aku yaaaa

Kangen bangettt sama semuanyaaa..

Love you sama semuaaaaa, semoga lanjutan ini jadi penyegar kembali buat kita untuk jatuh cinta kembali sama cerita iniii yaa


Edward mengurungkan diri untuk menemui Syakira saat ini. Ia kembali ke kamarnya. Dentuman jantungnya tak karuan. Ia memegang dada sebelah kirinya.

Gumam Edward, "gw kenapa?"

Ia menuju kasur dan menjatuhkan tubuh kekarnya diranjangnya. Edward memejamkan mata mencoba menghapus pikiran bergejolak tak karuan pada dirinya.

 "tok-tok" suara ketukan pintu membuka mata Edward

Terdengar suara wanita "Bang, Syakira boleh masuk?"

Edward dengan gusar mencoba mengatur kembali tarikan napasnya. Ia mencoba untuk tenang.

"boleh dek" jawab Edward

Syakira berjalan menuju sisi kasur disamping Edward. Menatap Edward yang tidak seperti biasanya.

"Abang kenapa?" tanya Syakira mengeryitkan dahinya melihat ekspresi abangnya yang tampak tidak tenang.

"nggak kenapa-napa dek" jawab Edward memastikan Syakira bahwa dirinya baik-baik saja.

"beneran nihh?!" pertanyaan Syakira saat ini cukup mengintimidasi Edward karena Syakira mencondongkan kepalanya ke hadapan Edward.

"E-e iya dek" jawab Edward sedikit tergagap.

"hmm, terus kenapa abang ke kamar cari Syakira?"

"tadi abang mau nanya Syakira kenapa nggak ikut gabung makan malam hmm?" tanya Edward dengan sungguh-sungguh.

"nggak papa bang, bukannya abang mau bahas bisnis ya sama rekan kerja, Syakira ngapain ikut coba?" jawab Syakira dengan nada santai.

Edward memperhatikan mimik wajah Syakira tidak terlihat sedih. Ia menanyakan ini pada Syakira karna takut Syakira merasa terasingkan.

"Jadi adek nggak papa?" tanya Edward untuk memastikan lagi

"kok gitu, Syakira nggak kenapa-napa bang, sana ganti baju aja. Nanti keburu tamunya datang" dorong Syakira pada Edward yang sedari tadi menanyakan hal yang sama.

Hendak memilih baju yang akan dipakai, Edward sadar bahwa Syakira belum beranjak dari kamarnya. "Adek kenapa masih disini?".

"Emang nggak boleh ya?!"

"nggak gitu, abang bingung mau pake baju apa?"

"yaudah Syakira pilihin ya!!"

Syakira mencari satu kemeja berwarna abu-abu dengan celana bahan hitam. Edward sedikit bingung.

"ini aja bang!!" senyum Syakira terukir kala menunjukkan pakaian pilihannya.

"Bagus, tapi ini makan malam di rumah dek, nggak perlu yang formal gini" sedikit tolakan dari Edward mengenai pilihan Syakira

"Ohh gitu ya, padahal ini style cowo yang Syakira suka" ungkap Syakira dengan wajah sedihnya.

"Yaudah deh, abang pilih sendiri aja. Syakira nggak ngerti beginian" Syakira meletakkan baju pilihannya di kasur lalu meninggalkan kamar abangnya.

"Syakira nggak gitu, Dek.." panggilan Edward tidak dikubris oleh Syakira.

Edward tau bahwa dia kurang ajar menolak usaha Syakira untuk memilih pakaiannya malam ini. Tapi Edward benar tidak ingin tampil menonjol dengan makan malam kali ini.

Ia menyimpan baju yang dipilih Syakira kembali. Dan menemukan satu baju kaos dan celana bahan. Tentu saja pakaian yang dikenakan Edward menambah ketampanannya.

Edward menuruni tangga, menghampiri Ayah yang sudah duduk dengan rekan bisnisnya. Ia melihat ada wanita disamping pria itu. Ia semakin dekat, dan mengetahui bahwa wanita itu adalah rekan kerjanya yaitu Gabriella. Wanita itu mengenakan pakain terbuka, ia selalu menonjolkan tubuhnya. Wanita itu menggunakan warna lipstik yang mencolok juga.

"Oh Edward udah datang" seru Bunda membuat semua orang mengarahkan pandangan pada Edward.

Edward ayok duduk disini, ajak bunda yang meminta Edward duduk disampingnya.

Edward duduk disamping bunda. Ia juga berada tepat di depan wanita itu. Gabriella menatapnya dengan senyum seringaian, itu sangat aneh bagi Edward.

"hohoho, ini putra anda Tuan Bram"

"iya ini putra saya Tuan Vino" jawab Bram dengan sangat bangga.

"putra yang tampan sama seperti anda, darah anda mengalir dalam tubuhnya. Saya melihat diri anda tuan Bram dalam diri putra anda tuan Bram hahaha"

Semuanya tertawa, begitupun ayah yang tampak bangga. Edward merasa dirinya tengah menghadiri makan malam kerajaan, mengapa mereka berbicara begitu formal. Bukannya mereka adalah teman lama. tapi kenapa bicara seolah baru bertemu. Pertanyaan itu muncul dalam benak Edward.

"Saya mendengar banyak tentang putra anda dari putri saya. Gabriella adalah rekan bisnis Edward tuan Bram" basa-basi Vino telah menjalar membahas putrinya.

Gabriella tampak malu-malu kala diperkenalkan pasa orangtua Edward. Edward sangat mengerti permainan wanita didepannya.

"Edward gimana?" pertanyaan Bram pada Edward berhasil menghentikan prasangka itu sebentar.

"Kamu nggak menyimak Edward?" tanya Bram yang melihat Edward tidak menjawab pertanyaannya.

"Maaf ayah, Edward nggak paham maksudnya" jawab Edward dengan jujur.

"Ayah harap kamu bisa kerja sama dengan putri tuan Vino. Ayah pikir itu bagus mengembangkan bisnis kalian berdua"

Edward menghela napasnya, ia tidak bisa membantah ayah. Ia mengiyakan permintaan ayahnya.

"Om tante, Gabriella bisa berkunjung ke sini sesekali? Ella dirumah nggak punya siapa-siapa, lagian dady juga sering keluar negri" pertanyaan Gabriella benar-benar membuat Edward muak. Kenapa ia menggunakan pernyataan itu agar orang-orang bersimpati akan dirinya.

"ohh boleh dong sayang" jawab Safira dengan senyuman hangat.

Gabriella tersenyum sambil melihat ke arah Edward. "terima kasih tante" ucapnya pada Safira.

"iya sama-sama sayang, mampir aja kesini ya!" balas Safira lagi tanpa keberatan.

"Edward pamit ke kamar duluan ya bun, yah" Edward segera meninggalkan makan malam konyol ini. Edward tidak menemukan titik penting yang harus dibahas dari kedua orang itu. Makan malam yang sia-sia bagi Edward.

"Ed, tunggu!" cegah Bram, namun Edward mengabaikan itu.

"Maafin ya tuan Vino, Gabriella" ungkapan maaf dari Bram atas perilaku anaknya Edward yang tidak sopan meninggalkan makan malam.

"wah nggak papa om, mungkin Edward lelah seharian bekerja" jawaban Gabriella dengan senyum paksa dibibirnya.

Batin Gabriella "kurang ajar juga nih cowo!! beraninya nggak ngehargai kita" satu tanganya mengepal erat tangannya dibawah meja makan. 


Huaaaaa ceritanya makin panas guysss

aku harap semuanya suka cerita sama cerita inii

bantu suport aku yaa dengan like dan beri bintang yaaa

sayang kalian banyak-banyakkk<3

Let's Get Married Under The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang