Bab 1.

24.8K 1.5K 40
                                    

Tak!

Suara buku tertutup itu memenuhi indra pendengar seorang Raka Arjuna. Remaja yang memiliki rambut hitam dengan manik coklat terang tersebut menyilangkan kedua kakinya. Melipat tangan didada setelah membenarkan letak kacamata yang bertengger apik di hidung bangirnya.

Kerutan di dahi menandakan bahwa remaja itu sedang dilanda setres. Mendecakkan lidah kemudian meraih teh hangat yang beberapa saat lalu telah dihantarkan oleh pembantu, atau jika dikalangan orang kaya, mereka di sebut pelayan.

Slurp!

Raka menikmati tehnya, rasa manis memenuhi rongga mulut membuat dirinya merasakan sensasi nikmat. Untuk dia yang suka makanan manis, sangat menikmatinya. Wajahnya pun terlihat manis, dilihat dari segi manapun.

"Setidaknya, teh ini mengurangi setresku."

Padahal masih remaja, tetapi Raka memiliki pikiran berat layaknya orang dewasa. Ini terjadi karena.. Dia, Raka Arjuna.. Telah mengulang waktu.

Raka yang seharusnya mati karena tabrakan yang membuat tubuhnya dipenuhi luka dan terbakar di dalam mobil, kembali pada ketika usianya baru 17 tahun. Masa dimana, Raka tak ingin mengingat masa lalu kelam ini.

"Sial, jika dimasa lalu.. Kenapa harus diwaktu sekarang." Kantung mata hitam dibawa matanya tercetak jelas. Raka harus begadang selama beberapa hari untuk menata dan menulis seluruh misi yang akan dia lakukan dikehidupan kali ini.

Raka tak ingin lagi diam dan hidup dalam penyesalan dimasa depan. Raka akan membuat perubahan besar dengan resiko yang sama besarnya. Namun Raka tak peduli, selama dia bisa mengubah masa lalu, Raka tidak keberatan.

"Reyhan, kali ini.. Akan aku pastikan kau selamat." Tangannya mengepal dengan tatapan penuh tekad. Raka akan memastikan, seseorang dengan nama yang di sebutkan tetap hidup.

Raka menegaskan diri sendiri bahwa ini kesempatan untuknya demi menata hidupnya. Karena itu, Raka memiliki satu misi besar.. Yaitu, membuat Reyhan Mavendra diterima baik oleh keluarganya.

"Raka, abang masuk."

Suara seseorang dari luar membuat Raka terkesiap, dia segera menyembunyikan buku berisi misinya kemudian menggantinya dengan buku pelajaran. Dia tak menjawab melainkan memfokuskan diri menatap buku.

Seseorang itu terdengar membuka pintu, kemudian dia melangkah masuk mendekati meja belajar Raka. Memegang pundak Raka sehingga membuat sang empu secara alami menoleh kearah orang itu.

"Abang?" Raka memandang orang tersebut. Mengerutkan alis murni bingung tengah keberadaan orang itu.

Dia, Aksara Mavendra menautkan alis, memandang tajam Raka ketika dirinya melihat kantung mata Raka semakin menghitam. "Kau begadang lagi? Bukankah ayah mengatakan jika kau tak perlu melakukan semua ini?" jelas Aksa.

"Kau bahkan tidak menyadari abang telah masuk dan berdiri di dekat mu Raka." Aksa mengambil buku pelajaran Raka, kemudian menaruhnya secara kasar dan memijat pelipisnya.

"Aku harus memiliki nilai tinggi bang. Setidaknya cukup untuk tidak memalukan keluarga Mavendra." Raka menjawab sembari membenarkan buku yang telah di kacau oleh Aksa. Kemudian membuka buku pelajaran lainnya mengabaikan keberadaan Aksa.

Aksa menghela nafas pelan. Melirik kearah lemari yang sudah penuh oleh Piala penghargaan yang didapat oleh Raka dari sekolah. Tetapi Raka tetap bersikukuh belajar dan mengatakan tidak ingin mempermalukan keluarganya.

"Baiklah jika itu maumu, " ujar Aksa pada akhirnya. Berdebat dengan Raka tidak akan ada habisnya karena kekerasan kepalaan Raka. Dia memilih untuk menarik tubuh Raka keluar dari kamar menyeretnya ke lantai bawah. "Tapi setidaknya kau harus ingat waktu makan. Kau melewatkan makan malam bersama."

Raka mengikuti langkah Aksa tanpa berontak. Dia juga menjawab ucapan Aksa. "Aku kan sudah bilang untuk memulai tanpaku bang. Aku akan makan nanti kalau sudah lapar."

"Ya ya ya.. Kau juga mengatakan itu tadi malam dan berakhir melewatkan makan malam."

Raka diam ketika perkataan Aksa sepenuhnya adalah kebenaran. Dia juga mengatakan ucapan sama tadi malam. Tetapi dia malah melewatinya karena harus menulis tetang misi hidupnya.

Mereka berdua melangkah turun melewati tangga. Dari atas pun Raka sudah bisa melihat jika anggota keluarga telah berkumpul di ruang santai.

Mereka semua lantas menoleh kearah Raka dan Aksa yang baru saja menapaki lantai bawah. Raka membalas tatapan mereka semua. Sejenak Raka merasakan perasaan rindu, karena dulu.. Dia telah hidup bersama keluarga ini dengan waktu yang lama.

Walau pada akhirnya dia memilih pergi dan kabur karena keegoisan serta ke posesifan keluarga ini. Bahkan, ketika Reyhan.. Putra bungsu mereka mati karena bunuh diri, mereka sama sekali tidak peduli.

Raka akan jelaskan silsilah keluarga Mavendra.. Yah, cukup yang ada di ruangan ini saja.

Aswara Mavendra, merupakan kepala keluarga disini. Pria yang saat ini menyandar pada punggung sofa dan menatap dirinya tajam. Tatapan yang selalu Aswara layangkan ketika Raka membuat kesalahan.

Disamping kiri Aswara terdapat Claudia Romani. Wanita cantik istri dari Aswara itu merupakan nyonya dalam keluarga Mavendra. Duduk menyilangkan kaki juga memandang dirinya. Oh ya ampun, Raka merindukan Claudia. Jika bisa, ia sangat ingin menerjang wanita tersebut.

Lalu satu orang pemuda, yang memandang dirinya tajam sama seperti Aswara. Dia adalah Karvino Mavendra, sulung keluarga yang dulunya teramat posesif padanya. Orang yang setiap kali tanpa ampun memberi hukuman Reyhan walaupun Reyhan melakukan kesalahan kecil.

Kemudian Aksara Mavendra. Pemuda yang saat ini memegang lengannya, merupakan anak kedua.

Lalu dia? Dia adalah Raka Arjuna.. Anak angkat keluarga Mavendra. Dia benci mengatakan ini, namun itu adalah kenyataannya. Orang tuanya telah meninggal karena perampokan, lalu keluarga Mavendra yang memang bersahabat baik dengan kedua orangtuaya mengangkat dirinya sebagai putra ketiga.

Dan si bungsu, Reyhan Mavendra.. Bungsu yang ditelantarkan, bungsu yang dibenci, dan bungsu yang diacuhkan. Sosok yang menjadi satu-satunya penyesalan yang dialami oleh Raka.

Sebab dia yang dulu tak pernah peduli pada masalah yang dialami oleh Reyhan. Dia menjadi manusia acuh sampai dimana Raka sadar, bahwa dirinya salah. Ketika Reyhan, memutuskan meloncat dari balkon kamar yang tinggi tepat di hadapannya.

Dia yang trauma karena kematian kedua orang tuanya kembali trauma karena kematian Reyhan.

Raka terlalu terpaku pada masalahnya hingga tidak menyadari jika ada orang terbuang yang terluka karena diacuhkan keluarga. Terlebih, sikap keluarga Mavendra berubah menjadi semakin buruk saat kedatangan dirinya.

Raka dulu tidak sadar, dia sadar saat semuanya terlambat. Maka dari itu, dikesempatan ini.. Raka ingin membenahi semuanya. Raka tak ingin lagi menutup mata. Dia memang sedih karena kehilangan orang tuanya, namun dia tak bisa menutup mata dengan kemalangan yang dialami oleh Reyhan.

"Raka!"

Raka terperanjat kaget, dia sontak melepaskan pegangan Aksa dan mundur ke belakang. "Y-ya."

Aksara kembali menggandeng tangannya, dia membawa Raka kesofa karena makanan Raka sudah berada di sana. "Kau melamunkan apa?"

"Pelajaran-"

"Ck.. Lebih baik kau makan dulu. Setelah ini kau bebas melakukan apapun." Raka mengangguk tanpa menolak. Apalagi disini seluruh keluarga berkumpul, Raka tidak ingin menambah masalah dengan membuat mereka marah.







Tbc








Cerita ini dibuat dengan ide Risya_caa01 sebagai pemenang Challenge beberapa bulan lalu.

Double up jika Vote mencapai 200.. Thanks.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang