Bab 21.

8.8K 1.1K 46
                                    



"Harus aku apakan anak itu!!" geram Claudia. Sejak tadi, wanita itu tak bisa menahan amarahnya dikarenakan informasi yang dia dengar dari bawahannya. Emosinya lagi-lagi memuncak karena orang yang sama.

Aswara menahan Claudia, dia berujar. "Tenangkan dirimu Claudia. Kita harus menahan diri. Kau tidak mau rencana kita sampai kacau bukan?" ujarnya datar. Dia menarik Claudia untuk kembali duduk di tempatnya.

Claudia berdecih. Kendati demikian dia menuruti ucapan sang suami. "Bukan hanya sekali, tapi dia telah melakukan beberapa kali. Apa yang salah dengan otak anak bodoh itu! Dia melukai permataku!" berangnya. Dia marah besar. Fakta bahwa Raka terluka disebabkan Reyhan, sedangkan dia tak bisa melakukan apapun untuk pembalasan.

Rencana yang dia jalankan bersama Aswara sekarang merupakan rencana yang spontan mereka pikirkan ketika Raka kembali.

"Jangan bertindak diluar rencana Claudia. Aku tidak suka ketika rencana kita berantakan sama seperti yang terakhir kalinya!" Aswara memperingati istrinya. Rencananya pernah gagal sekali karena sang istri, Aswara benar-benar benci ketika semuanya gagal bahkan meski diatur dengan tenggak waktu jangka panjang.

Claudia berdecih pelan, menjernihkan pikiran karena ucapan suaminya benar adanya. Memikirkan rencana kedepannya, Dia menyeringai. Yah, untuk saat ini, Claudia akan sabar. Mengingat apa yang akan anak itu -Reyhan- dapat dimasa depan membuat Claudia lebih tenang.

Jika saatnya tiba, Claudia lah yang akan memainkan peran besar. Walaupun resikonya sama besar mengingat bahwa Reyhan telah melakukan pemberontakan. Dari itu Claudia sadar, bahwa Reyhan.. Juga memiliki sifat yang sangat kental dimiliki Mavendra.

Akan tetapi meskipun begitu, Claudia tak pernah menaruh hati hingga mampu untuk menerima Reyhan menjadi kesayangannya. Reyhan tak pernah salah, Claudia akui itu. Dia hanya lebih menginginkan Raka menjadi putranya.

Jika Reyhan diam tanpa membangkang. Menerima dengan lapang serta bersikap tenang seperti kedua saudaranya, Claudia dan Aswara bisa mempertimbangkannya. Namun Reyhan memilih untuk meminta lebih dalam hal kasih sayang. Padahal, putra pertama dan keduanya sama-sama dia abaikan.

"Yang harus kita lakukan adalah memerhatikan mereka dari balik layar. Ketika waktunya datang, maka... Kita akan mendapatkan dua tangkapan dalam satu umpan." Claudia bersedekap dada puas. Lelakinya memang sangat licik, dia akui itu. Karena dia pun sama.

"Danial, urus para bawahan. Mereka tidak boleh ikut campur atas pertengkaran yang akan terjadi antara Reyhan dan Raka, " Titah Aswara pada pengawal bernama Danial. Yang bertanggung jawab atas segala perintah rahasia miliknya.

"Baik Tuan." Setelah menjawab Danial pamit pergi.

"Bagaimana keadaan Raka, Anya?"

Wanita bernama Anya muncul dari kegelapan. Berperawakan lebih muda dari Dorota dan memiliki tatapan tajam. Putri dari Dorota itu merupakan bawahan unggulan yang bekerja dibawah Claudia. Berbeda dengan sang ibu penakutnya, Anya jauh lebih tenang dari Dorota.

"Anda tidak perlu khawatir nyonya. Tuan muda Vino yang akan memastikan keadaan tuan muda Raka. Beliau sedang berjalan menuju kamar tuan Raka." Anya menjawab tenang. Sesuai dengan informasi yang dia dengar dari earphone handsfree di telinganya.

"Tetap awasi mereka Anya. Sudah menjadi tanggung jawabmu untuk menjaga permataku, " ujar Claudia sembari mengibaskan tangan.

Anya membungkuk sopan dan mundur secara perlahan. Dia menghilang dari tuan dan nyonya Mavendra. Anya akan kembali pada pekerjaannya menjadi penjaga bayangan Raka. Seperti ucapan Claudia, dia yang menjaga Raka dari jauh.


***

Raka kembali dari dapur setelah meminum segelas kopi susu. Samar-samar, Raka mendengar tawa yang saling bersahutan. Dia terus melangkah dengan kaki pincangnya. Ketika keluar dari area dapur, dari kejauhan Raka melihat segerombolan anak sekolah berkumpul di ruang santai.

Disana juga terdapat Reyhan yang tertawa tipis. Lelaki itu di rangkul oleh pria yang tengah mengatakan lelucon. Ketika pria itu selesai berbicara, kelima lelaki disana tertawa keras termasuk Reyhan.

Raka mencoba untuk berjalan pelan. Berharap tidak ada yang menyadari keberadaannya. Karena Raka itu merupakan orang anti sosial jika di sekolahnya. Sangat berbeda dengan Reyhan yang dikelilingi oleh banyak orang. Raka merasa tak akan nyaman kalau beberapa orang itu sampai mengenalinya.

Dan sial bagi Raka ketika pria yang merangkul Reyhan menyadarinya dan meneriakkan namanya. Membuat mereka semua mengalihkan atensi mereka sepenuhnya pada Raka.

Agra berjalan mendekati Raka, dia berwajah sangar dan menatap tajam Raka. "Lo kan, yang sering nuduh Rey. Sampai-sampai dia diacuhkan sama keluarganya?!" hardik Agra. Dia mencengkram kerah baju Raka.

"Hah, apa maksudnya?" Raka tak paham. Mengapa tiba-tiba teman Reyhan ini datang menarik kerahnya, kemudian berkata demikian. Dia melirik ke belakang, tepatnya pada Reyhan yang menyeringai.

Ah, dia mengerti sekarang.

"Jangan berlagak tidak tau apapun! Lo ga tau gimana penderitaan Reyhan karena diacuhkan selama ini!!" Agra menghempaskan tubuh Raka. Membuat Raka mau tak mau harus jatuh.

Raka meringis pelan, lututnya kembali merespon rasa sakit. Dia sontak memegang lutut miliknya. Padahal baru kemarin dokter mengatakan untuk hati-hati sekiranya lututnya tak akan terkena benturan.

Agra berdecih. "Oh, jadi gini akal-akalan elo buat bikin Reyhan terfitnah?" sinisnya, berpikir bahwa yang dilakukan Raka sekarang sama seperti ketika mencari muka di depan orang tua temannya. Dia mengangkat kaki kemudian menginjak lutut yang dipegang oleh Raka dengan hentakan kuat. Hingga lutut yang awalnya ditekuk oleh Raka, kini menjadi lurus dan tertahan di lantai.

Agra melakukannya dua kali dan Menekan-nekannya. Dirinya terbawa emosi pada pria dibawahnya itu. Sebab Reyhan selalu bercerita bahwa Raka sering menfitnahnya dan mencuri seluruh perhatian keluarganya.

"Arghhhh!!" Raka meraung kesakitan. Kaki yang bebas menendang kaki Agra yang menekan kakinya supaya terlepas. Agra dibuat limbung, menaikkan sebelah alis melihat respon Raka yang berlebihan. Anak dibawahnya berguling-guling dan menangis histeris.

"Kenapa si-"

Bugh!

Belum sempat berkata, Agra lebih dulu terjerembab ke lantai. Dia memandang pelaku yang menghajar dirinya sedang kembang kempis karena amarah. Orang itu adalah Vino yang belum puas dengan satu pukulan dan segera menduduki Agra. Memukuli wajah lelaki itu bertubi-tubi. Seakan pukulan itu tidak ada apa-apanya daripada yang dilakukan Agra.

"Kak!! Berhenti!!" Reyhan datang dan menarik tangan Vino. Berharap kakak sulungnya itu berhenti memukuli temannya. Apalagi, Agra terlihat sudah tak sadarkan diri. Vino menghempaskan Reyhan. Jika saja tidak ada temannya yang lain menangkap, sudah dipastikan Reyhan akan jatuh saat itu juga.

Vino menjauh dari Agra, dia mendekati Raka yang sudah terkulai lemas. Mengangkat Raka dan membawanya keatas. Tak peduli dengan tangan yang berlumuran darah serta Agra yang tergeletak dibawah sana.

"Adik kakak yang malang." 






Tbc.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang