Bab 23.

8.1K 1.1K 66
                                    

"Abang datang?" tanya Raka sedikit ceria. Menyunggingkan senyuman pada sosok yang sedikit dia rindukan. Jujur saja, Hanya Aksa yang ketidakadaannya dia harapkan dikondisikan saat ini, padahal belum genap setahun sejak Aksa pergi.

"Sudah dari tadi. Tapi kau malah tidur, " jawab Aksa sedikit kesal. Dia menyuapi sesendok makanan untuk Raka.

Raka terkekeh kecil. Yah, memang dia tidak tau apapun setelah disuntik oleh dokter yang menangani dirinya. Waktu dia bangun, tau-tau sudah ada Aksa dengan wajah merengut. Kakinya juga sudah terpasang gips.

"Hey, melamun? Apa yang kau pikirkan?" Aksa menjentikkan jari, menyadarkan Raka dari lamunan. "Tenang saja, kakimu akan baik-baik saja. Kau akan bisa berjalan normal. Abang pastikan itu." Aksa berkata tegas, dengan sorot mata yang memperlihatkan keyakinan serta tekad.

Adiknya harus sembuh, jika tidak.. Maka Aksa akan mencari dokter terbaik untuk Raka. Jika masih tidak bisa, pelaku yang menjadi luka bagi adiknya harus mendapatkan luka yang setimpal. Aksa tidak terima jika hanya Raka saja yang terluka.

Bahkan Aksa sanggup untuk melukai Reyhan demi Raka yang telah anak itu lukai.

"Ini sedikit sakit." Raka berkata lain, dia menggerakkan kakinya perlahan. Akibatnya, dia harus mendesis kecil karena di area lutut kanannya benar-benar sakit. Seolah disana ada tulang yang membengkak.

"Jangan bergerak dulu. Kakimu harus benar-benar beristirahat." Aksa menaruh mangkuknya. Dia membenarkan letak kaki Raka kembali pada tempatnya. Marah Aksa rasakan melihat kondisi Raka.  Apa yang harus dia lakukan.

Grep!

"Bang." Raka memegang tangan Aksa yang mengepal kuat hingga kukunya memutih. Meskipun wajah Aksa tak menunjukkan apapun, respon tubuh Aksa berbanding balik. Terhitung dua kali sejak Raka memergoki Aksa tak sadar dengan apa yang dilakukan.

"Abang okay?" Raka bertanya dengan nada khawatir. Aksa terlihat tak nyaman sejak tadi. "Abang lelah? Jika iya, abang bisa beristirahat. Wajah abang terlihat lelah."

Aksa tersenyum mendengarnya. Dia pun berkata. "Aku tidak apa-apa. " Aksa mengambil mangkuk di meja nakas kemudian beranjak keluar setelah pamit pada Raka. Senyuman yang dia berikan pada Raka menghilang digantikan oleh tatapan datar dan dingin.

Aksa tidak tenang, jika dia memaksakan diri berada disamping Raka, dia takut kebiasaannya akan terbongkar. Aksa butuh pelampiasan, dan itu harus pada orang yang telah melukai adiknya.

"Iya, tidak masalah Agra. Lagian dia gak papa. Tidak usah dipusingkan."

Suara lain menyapa Aksa ketika dia hendak berjalan menuju Tangga. Dia melihat Reyhan menyandar pada pembatas tangga dan mengobrol ringan dengan seseorang yang disebut Agra. Disni, Emosi Aksa telah membuncah.

"Si Raka aja yang lebay. Sudah aku bilang kan. Dia itu pendrama. Tidak usah bersikap berlebihan apalagi sampai minta maaf. Nanti juga sembuh kalau sudah puas merebut kasih sayang keluargaku."

Reyhan berucap tenang dan enteng dengan lelaki bernama Agra. Orang yang telah menjadi pemicu luka kompleks yang diderita adiknya. Berucap tentang luka yang dialami oleh Raka merupakan hal biasa.

"Lebih baik kau rawat diri aja. Pasti sakit kan dipukuli sama kak Vino. Lagian udah tau luka dikarenakan dia -Raka- tapi masih kepikiran aja buat minta maaf, " Kata Reyhan. Dia berbalik dan menghadap kebawah. Memandang para maid serta bawahan yang bekerja dari lantai satu, sementara dia di lantai dua.

"... "

"Nanti aku bicara sama kak Vino. Kalau kau masih ragu, kamu cukup titip maaf saja padaku. Aku akan menyampaikan maafmu pada Raka. Meski kau tau, aku sangat enggan berdekatan dengannya." Reyhan tidak tau, bahwa dibelakangnya Aksa berdiri mendengarkan percakapannya dengan Agra.

Atensi Reyhan teralihkan pada Karvino di bawah. Menatap dirinya lekat hingga membuat Reyhan salah tingkah. Reyhan tidak mengerti arti tatapan Vino. Dia berangan-angan bahwa Vino menyesal karena telah memarahi dirinya.

"Ya ampun, Kak Vino liat aku?" Gumamnya sembari menutup mulut tak percaya. Dia meloncat-loncat girang sampai berbalik badan. Betapa terkejutnya dia ketika melihat keberadaan Aksa yang sontak mendorong tubuhnya. Namun Reyhan refleks memegang tangan Aksa.

Reyhan memiliki Reflek yang bagus. Akan tetapi keberuntungan tak berpihak padanya. Karena kekuatannya dengan Aksa memiliki perbedaan. Itu sebab mengapa tubuhnya melayang kebawah dan siap menghantam lantai satu.

Sebelum jatuh, Reyhan dapat melihat tatapan dingin saudara keduanya itu. Aksa melengos begitu saja walaupun telah melakukan hal kejam padanya. Apakah Aksa sengaja melakukannya?

"ARGHH!!" Bak dejavu, Reyhan berteriak seperti Raka. Memegang kaki kirinya terasa amat sakit. Dia menangis ingin meminta bantuan pada Vino yang masih terpaku.

Vino memandang kepergian adik pertamanya. Sejak tadi dia sudah mengkode Aksa untuk tidak melakukannya. Namun Adiknya itu sama sekali tidak menurut. Karena begitulah Aksara Mavendra.

Aksa sangat menyayangi Raka. Dibandingkan keluarganya, Aksa lebih posesif jika menyangkut Raka. Bahkan sampai pada tahap obsesi. Bagaimana Vino jelaskan, adiknya memang memiliki obsesi, akan tetapi sangat melindungi.

Obsesi yang sehat?

Memangnya obesesi itu sehat?

Aksa hanya peduli pada kenyamanan serta kebahagiaan Raka. Menyingkirkan apapun yang akan menjadi penghalang kebahagiaan  Raka. Dia tak segan untuk menyakiti siapapun yang membuat Raka terluka. Termasuk apa yang dia lakukan pada Reyhan.

Jangan pikir Aksa berbeda. Karena darah Mavendra, begitu deras mengalir didalam tubuhnya.

Hidup Aksa berporos pada Raka.

Aksa pernah berkata, jika Raka meninggalkannya, maka Aksa siap untuk menyusul Raka.

Sepertinya halnya dia dimasa depan. Setelah kematian Raka, Aksa menabrakan diri pada kereta api yang melaju kencang menubruk tubuhnya.

Lalu disinilah Aksa berada.. Hidup kembali pada usia dimana ia masih sangat bisa untuk melindungi Raka Arjuna.

Aksa mengetahui masa depan Raka yang trauma, setres serta kehilangan nyawa. Maka ketika di kembali.. Aksa memutuskan untuk tidak akan pernah berpaling lagi dari Raka. Tak akan membiarkan Raka kembali meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Aksa tak akan pernah bersikap seperti keluarganya. Walaupun Aksa heran karena adiknya telah berubah, Namun dalam benaknya, Aksa berpikir bahwa itu adalah efek karena dia telah kembali ke masa lalu.

Aksa tak akan pernah memikirkan siapapun kecuali Raka. Mengapa hanya dia yang tak ikut dalam rencana keluarga? Sebab dia beci sosok Reyhan. Anak itu menamba trauma mendalam bagi adik kesayangannya.

"K-kakak tolong, sakit.."

Mata Vino bergulir ke bawah, melihat bahwa Reyhan sedang menangis dan merintih kesakitan. Tetapi Karvino sama sekali tkdan memiliki niat untuk membantu, dia melangkah pergi meninggalkan Reyhan beserta rintihannya.. Setidaknya Vino memiliki hati nurani memanggil pengawal untuk membantu Reyhan.

Dia saudara yang baik bukan?





Tbc.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang