Beberapa pelanggan masih ada yang tetap stay sambil santai. Mengobrol ringan atau bersenda gurau bersama teman-teman mereka. Karena malam hari, Cafe didominasi oleh para remaja. Entah itu sekumpulan pemuda, atau seorang yang berpasangan.
Pekerjaan Raka sudah selesai. Hari kedua dia bekerja pun berjalan dengan baik. Bedanya, Raka mendapatkan sift siang. Dari jam 1 hingga jam sembilan malam. Itu sebab mengapa Raka masih ada di Cafe.
"Pulang sama siapa Rak?" Tomi muncul dari belakang ketika Raka hendak keluar Cafe.
Raka berbalik dan menjawab. "Jalan kaki. Kan rumahku dekat dari sini. Jalan 15 menit sudah sampai." Raka tak lagi kaku. Pengalaman di bekerjanya benar-benar telah merubah Raka. Meskipun baru dua hari, Raka seperti telah bekerja begitu lama.
"Ya sudah, Hati-hati.." Tomi tak menahan. Dia bukan tipe yang basa-basi ataupun banyak tanya. Tadinya ia ingin menawarkan tumpangan, berhubung sudah ada tanda tidak dari Raka, Tomi memilih mundur dan akan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai.
Raka berjalan perlahan menjauh dari Cafe, perkataannya memang benar. Jarak antara rumah serta tempat dia bekerja begitu dekat. Raka harus berterima kasih lagi pada Edo jika dia ketemu nanti. Walaupun ungkapan terimakasihnya tak diterima oleh temannya itu karena merasa tak perlu.
Dia menoleh ke kanan, jalanan pun ramai. Lampu jalanan serta kendaraan berlalu-lalang sangat menyegarkan mata Raka. Dia menghirup angin malam yang terasa sejuk baginya. Kebebasan yang telah lama dia dambakan kini dia dapatkan.
Kehidupannya dulu tak lebih seperti burung dalam sangkar. Walaupun ia bisa terbang, namun tak bisa terlepas dari belenggu besi yang menjadi penghalang antara dia dan dunia luar.
Setidaknya kali ini, Raka keluar dari Mavendra tanpa bersusah payah. Raka berpikir bahwa dia harus hidup dengan baik karena misi utamanya telah selesai.
Tin!
Raka menoleh ke samping, sebuah Lexus Lc500 berhenti di sebelahnya. Dia tau pemilik mobil tersebut, siapa lagi kalau bukan Edo. Pemuda yang telah membantunya mencarikan pekerjaan. Edo jugalah yang membantu dirinya dimasa depan lepas dari Mavendra.
Raka masuk ketika Edo sudah mengkode dirinya untuk masuk. Minus dari seorang Edo adalah pemuda itu sedikit pemaksa dan keras kepala. Kepribadian Edo membuat seseorang disekelilingnya enggan untuk menyanggah maupun menjawab.
"Gimana kerjanya? Disana ga ada yang ganggu kan?" tanya Edo ketika Raka baru saja duduk. Pemuda tersebut menautkan alis tajam. Penasaran akan jawaban temannya. Jikalau ada yang menganggu Raka, Edo siap untuk mendepak siapapun itu dari Cafe.
"Aman... Para senior baik." Raka tersenyum kecil karena desahan nafas Edo terdengar lega.
"Harusnya kau juga tidak usah berhenti sekolah. Uang yang aku punya bisa untuk memenuhi anggaran sekolah." Edo berdecak kesal. Raka kebanyakan menolak untuk dibantu. Raka terlalu polos dan bodoh. Bahkan jika Raka berteman untuk memanfaatkannya, Edo tak masalah.
"Aku tidak bisa menerima lebih dari ini Edo. Sudah cukup memberiku pekerjaan. Aku tak ingin lebih memiliki hutang budi padamu, " jawab Raka. Memandang keluar lewat jendela kaca mobil ketika Edo telah membawa mobil untuk berjalan.
"Omong kosong Raka. Aku tidak butuh hutang budimu. Kau hanya harus menerima segala yang aku berikan."
Plak!
Raka menggeplak kepala Edo. Pemuda itu tak pernah berubah. Selalu berucap seakan dia adalah sugar daddy. Bahkan sering membuat teman lainnya salah paham. "Bodoh! Kau sudah seperti papa gula!"
"Sakit!" pekik Edo. Tak menyangka bahwa geplakan Raka terasa sakit.
"Terimakasih Edo."
"Simpan katamu Raka, sebelum kau memiliki banyak uang dari kerjamu itu. Aku tidak butuh rasa terimakasihmu. Jika kau ingin berterima kasih. Cobalah untuk tidak menolak apapun yang kuberikan." Edo, tulus mengucapkannya.
Raka merupakan teman pertama berteman dengannya tanpa melihat status. Bukan pula karena harta maupun kasta. Raka murni berteman dengan dirinya.
Raka menolak diberikan apapun ketika semua orang akan bertingkah manis didepannya untuk bisa dia beri. Raka tidak pernah mau terlihat mencolok dan terkadang mengajak dirinya makan di pinggiran saat orang sepertinya condong makan di restoran.
Edo sudah tau keadaan Raka. Maka dari itu, dialah yang harus menjadi pertama berada disisi Raka. Setelah sekian lama Raka menolak diberikan segala hal, akhirnya.. Edo bisa memberikan Raka sesuatu. Walaupun remeh baginya, tapi bagi Raka begitu penting hingga menyangkut hidupnya.
Raka pun dengan pasrah mengangguk atas ucapan Edo. Dia berucap. "Langsung pulang ya do? Aku mau masak dan makan dirumah. Hitung-hitung biar ga boros."
"Ayolah.. Ada aku disini. Jangan-"
"Turuti atau aku turun."
Berhasil, dengan sedikit ancaman. Edo menuruti ucapan Raka.
***
Diluar bandara, sepasang suami istri beserta putri mereka sedang menunggu jemputan. Pasangan suami istri tersebut sedang menenangkan putrinya yang tengah merengek ingin segera pulang kerumah mereka.
"Naura, sabar sayang. Kita tunggu jemputan dulu." Floryn mengelus rambut panjang putrinya. Mengajarkan putrinya untuk lebih sabar menunggu.
"Lama mama! Lebih baik pesan taksi! Aku ga mau lama-lama disini. Aku ingin segera bertemu kakak!" Naura berteriak kesal. Dia menghentakkan-hentakkan kaki. Mengembungkan pipi dan bersedekap dada.
Floryn menghela nafas. Dia sampai melepas kaca mata hitamnya dan memandang suaminya yang malah santai sembari merokok. Dia kan jadi gemas hingga menepuk -memukul- punggung Damian sampai pria tersebut tersedak.
"Uhuk!!"
"Rasakan! Bukannya membantu menenangkan Naura malah enak-enakan gini!" Marahnya. Dia bersedekap dada memandang suaminya garang.
Floryn berhasil memperkeruh suasana.
Mereka bertiga terlalu heboh hingga membuat seluruh atensi kepada mereka. Bisik-bisik terdengar namun sama sekali tak dihiraukan.
Sampailah dimana jemputan mereka datang, Naura dengan kekesalannya pun segera berlari dan menjambak orang tersebut. Sedangkan Floryn menyeret suaminya dengan cara menarik telinga mereka menuju mobil.
Kehebohan mereka berakhir bersamaan mobil yang mereka tumpangi telah pergi.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
Teen FictionRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...