Bulan telah bersembunyi, saatnya matahari memperlihatkan kemegahannya, sinarnya yang menembus jendela dan gorden membangunkan sebagian orang. Burung menyanyi terdengar riang serta merdu, disertai ayam berkokok di beberapa tempat. Tetapi tentu saja tak akan ada dikediaman Mavendra.
Karena penghuni Mansion akan bangun dengan alarm atau ketukan pintu kamar mereka. Sama halnya seperti Raka. Dia terbangun karena ketukan pintu dan suara panggilan Javas. Suara bass Javas menganggu pagi tentramnya, walaupun enggan, Raka harus bangun karena dia kembali menjadi pelajar.
Namun itu beberapa saat lalu, karena sekarang.. Raka sudah siap dengan seragamnya, wajahnya pun terlihat segar, pipi putih yang sedikit memerah disertai bibir semerah buah peach. Kaki kecil itu berjalan kebawah untuk melakukan sarapan pagi. Dalam benaknya Raka Berharap ada kejadian bagus yang dapat dia lewati nantinya.
Lalu ketika Raka sampai dibawah, langkahnya terhenti karena kejutan pagi hari. Raka menatap meja makan telah dipenuhi oleh anggota keluarga. Dia menunjukkan keterkejutan sampai tubuhnya membeku. Suara tawa riang walau terkesan canggung, obrolan ringan di meja makan itu baru dia dengar.
Raka mendekat lalu menarik kursi kemudian duduk. "Selamat pagi," sapanya. Dia mengambil piring kemudian mulai mengisinya. Tatapannya sesekali melirik kursi di seberang, dimana Claudia tengah menyuapi Reyhan.
Sementara Reyhan tertunduk malu dan canggung. Pemuda itu juga terlihat senang meski bingung dengan perubahan keluarganya.
Sejak dia bangun, semuanya telah berubah. Ibunya membangunkan dirinya dengan lembut, lalu ayahnya berucap santai meski tetap kaku. Tak ada lagi tatapan tajam yang sangat Reyhan benci. Juga saudaranya menyapa dia. Hari ini Reyhan senang sekali. Saking senangnya dia, Reyhan berharap jika ini mimpi, dia tak ingin bangun.
"Pagi Raka." Vino di sampingnya menyahut sapaan Raka. Disusul oleh Aksa yang langsung fokus pada makanan setelah membalas.
Vino menatap Raka, dia bisa melihat tatapan heran serta bingung disana. Vino pun menepuk pundak Raka saat pemuda itu sedikit melamun. "Jangan heran, bukankah ini yang kau mau?" ucapnya.
Ya, memang seperti inilah yang Raka mau. Dia hanya heran, apakah memang segampang ini semuanya berubah? Kalau dia tau secepat ini, mungkin dia dimasa lalu harusnya melakukannya. Tapi, apa yang membuat semuanya berubah. Apakah karena perkataannya semalam?
Jika iya, Raka bernafas lega. Setidaknya tanpa usaha keras lainnya.. Sikap Mavendra berubah secara drastis. Peresenan kematian Reyhan berkurang.
"Aksa.. Berangkatlah nanti bersama Raka dan Reyhan. Jangan biarkan mereka berangkat menggunakan motor, " Titah Aswara dan diangguki Aksa.
"Tak apa ayah, aku bisa menggunakan motor. Biarkan bang Aksa bersama Reyhan, " tolak Raka. Dia harus menggunakan kesempatan sebanyak-banyaknya untuk membuat Reyhan kembali dekat dengan keluarganya di situasi bagus seperti ini.
Aswara mengangkat alis, dia menyahut. "Ayah sudah bilang barusan kan? Kau akan berangkat bersama Aksa." Dia tak suka perintahnya ditolak.
"Aku berjanji akan menjemput temanku nanti yah. Aku tidak mau melanggar janji dan dia akan marah." Janji? Omong kosong, itu adalah alibi. Raka adalah pemuda pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Tentu dia tak memiliki teman.
Aswara terlihat keberatan, namun suara istrinya mengintrupsi dirinya. "Sudah-sudah... Jangan berdebat. Raka pake motor dan Reyhan bersama Aksa. Kalian juga harus berangkat. Hari semakin siang." Claudia menyudahi perdebatan keduanya. Jika tidak dihalau, suami serta anak-anak akan terlambat.
Reyhan memandang Raka, pandangan rumit yang tak bisa diartikan.
(☞ ͡ ͡° ͜ ʖ ͡ ͡°)☞
"Raka tunggu!" Reyhan melangkah lebar. Memanggil nama Raka yang berjalan lebih dulu. Dia harus menanyakan banyak sekali pertanyaan yang memang harus ditanyakan.Tetapi kenapa langkah Raka lebar padahal kakinya kecil. Dia harus berlari dibuatnya.
Meski saat, mendengar namanya di panggil, Raka berhenti dan berbalik. Dia menaikkan alis melihat Reyhan sudah berada tepat di belakangnya, membungkuk dengan nafas memburu. "Kenapa?" tanya Raka.
Reyhan mengangkat satu tangan. "Tunggu, biarkan aku menghela nafas dahulu." Dia harus mengatur nafasnya. Untung saja dipagi hari, jadi dia mendapatkan manfaat dari lari pagi mendadaknya.
Raka menunggu sesuai ucapan Reyhan dengan sabar. Setelah beberapa saat, nafas Reyhan kembali normal. Anak itu juga telah menegakkan tubuhnya dan menatap Raka. Wajahnya menjadi sangat serius. "Raka, aku tidak tau.. Harus mulai dari mana. Semua ini membingungkan. Tapi.. Kenapa kau berubah?"
Raka sudah menduga Reyhan akan bertanya tentang perubahannya. Karena memang, perubahan yang dilakukan tiba-tiba. "Tidak ada yang berubah. Jika ada, mungkin hal itu memang harus dilakukan."
"Maksudku.. " Sial, Reyhan kehilangan kata-katanya. Perubahan Raka membuatnya terganggu. Walaupun dia senang, namun tetap saja Reyhan merasa aneh.
Raka sebelumnya adalah orang pendiam dan terlihat tidak peduli. Lalu setelah beberapa tahun bersama Raka. Baru pertama kali Reyhan mendengar Raka berucap panjang lebar seperti tadi malam. Apalagi, topik utama dari emosi meledak milik Raka adalah dirinya.
"Apa kau memang berpikir seperti itu?"
"Seperti apa?"
Reyhan berdecak, Raka seperti orang polos yang tidak tau apa-apa. "Berpikir bahwa kau.." Jika diingat lagi, perkataan Raka panjang. Juga, jika dia menanyakan perihal ucapannya dikamar. Bukankah sama seperti memberitahu Raka bahwa dirinya menguping?
"Apa?" Sebenarnya Raka tau kemana arah tujuan pertanyaan Reyhan. Hanya saja, melihat tatapan bingung disertai rasa penasaran Reyhan membuat perutnya tergelitik geli.
"Kenapa kau melindungiku?" Terimakasih Tuhan. Spontan Reyhan mengingat yang satu ini. Dia juga baru saja ingat, lalu dengan cepat dia menatap pipi Raka.
"Bukankah sudah ku bilang. Itu hal yang memang harus dilakukan." Raka berbalik dan melanjutkan langkahnya. Karena Raka juga bingung harus menjawab atas pertanyaan Reyhan itu. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dia telah kembali kan?
Tbc.
200 vote, up.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
أدب المراهقينRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...