Bab 10.

10.2K 1.3K 99
                                    


Tok

Tok

Tok

"Masuk!" Aswara mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk. Tangan pria itu dengan lincah mengetik sesuatu di layar komputernya. Menjadi ayah dari 4 putra mengharuskan dirinya bekerja lebih giat.

Walaupun Karvino membantu dirinya dalam mengurus pekerjaan. Akan tetapi, dia tak boleh berleha-leha dan menyerahkan seluruh tugas pada sulungnya. Aswara buka tipe yang lari dari tanggung jawab.

Lagi pula, dengan menempatkan Karvino di perusahaan.. Pemuda itu berhasil membuat bisnisnya semakin maju. Sulungnya itu juga telah mendirikan bisnis miliknya sendiri disela-sela mengerjakan pekerjaannya. Sungguh sangat bisa di andalkan.

Raka melangkah masuk setelah dipersilahkan. Melangkah tanpa beban dan duduk dihadapan Aswara yang terhalang meja. Lega rasanya karena baru sekarang dia bisa berbicara pada Aswara.

"Ada apa?" Aswara melepas kaca mata yang sejak tadi bertengger di hidungnya. Memandang Raka dan menuntut jawaban atas pertanyaan dirinya. Aswara juga penasaran, ada apa gerangan hingga putra angkatnya ini meminta berbicara dengannya disela kesibukannya.

Raka menghela nafas dalam, berniat mengutarakan maksud dari kedatangannya. Karena setelah beberapa kali ingin berbicara dengan Aswara, dia tak pernah memiliki waktu. Hingga dengan terpaksa Raka meminta pada Aswara untuk membiarkan dirinya masuk meskipun Aswara tengah sibuk.

"Bukan sesuatu yang penting. Aku hanya ingin-"

Bruk!!

"Mas!!" Perkataan Raka terpotong karena kedatangan Claudia. Wanita itu masuk tergesa-gesa mendekati Aswara. Menampilkan raut panik serta khawatir yang sangat kentara.

Aswara segera berdiri, menangkap istrinya yang akan jatuh jika tidak dia tangkap. "Ada apa Claudia? Mengapa kau begitu panik?" melihat paniknya wajah sang istri, menimbulkan rasa khawatir didadanya.

"Mas, Reyhan tidak ada di kamarnya." Matanya berkaca-kaca, Dia mengadah memandang suaminya. "Aku dan Dorota sudah mencarinya ke seluruh penjuru Mansion."

Aswara melototkan mata. "Apa?! Bagaimana bisa?!" teriaknya.

"Menurut Javas, Reyhan kabur karena ingin bermain dengan temannya. Aku takut dia kenapa-kenapa. Bagaimana jika temannya memiliki niat buruk padanya, " Lirih Claudia. Dia sangat kepikiran. Pikiran buruk memenuhi otaknya.

Ketika hendak membangunkan putranya untuk makan malam, Claudia tak menemukan keberadaan Reyhan dimanapun. Dia yang panik segera menyuruh Javas untuk memeriksa CCTV dan mengajak Dorota mencari.

Pada akhirnyadia mengetahui bahwa putra bungsunya itu keluar bersama temannya yang sudah menunggu di depan gerbang setelah Javas menjelaskan.

"Anak nakal itu!!" Aswara terlihat marah. Dia segera keluar diikuti oleh Claudia untuk mencari keberadaan Reyhan. Dia melupakan keberadaan Raka yang sedang duduk untuk berbicara dengan Aswara.

Nyatanya.. Kesempatan itu tak ada. Aswara selalu sibuk dengan banyak hal hingga Raka tak memiliki spot. Raka menunduk dalam, meremat tangan bimbang. Berpikir, apakah dia harus keluar tanpa bisa berkata apapun pada Mavendra?

"Ayah, ibu. Maaf, mungkin... Aku akan menjadi penyebab kalian tidak akan lagi berteman dengan mereka, " sesal Raka dalam hati. Keinginan egoisnya memang mengacaukan beberapa hal. Akan tetapi, Raka masih tetap ingin melakukannya.

Kedua orangtuanya berteman baik dengan pasangan Mavendra. Itu disebabkan karena ayahnya telah berjasa bagi Mavendra. Aswara maupun Claudia pun menjadikan keduanya sahabat hingga bertahun-tahun lamanya.

Aswara jugalah yang telah menyekolahkan dirinya maupun memberikan semua apa yang dinginkan Raka. Orang tuanya tak akan memasukkan dirinya ke sekolah bergengsi. Karena mereka merupakan orang kalangan bawah.

Mavendra sangat baik, mereka bahkan sampai memberikan sebuah rumah bertingkat untuk ditempati oleh keluarga Raka. Walaupun ayah serta ibunya menolak, Mavendra tetap memaksanya. Awalnya Aswara juga ingin memberikan pekerjaan pada Dito.

Dito menolak lantaran tak bisa lagi menerima kebaikan dari Aswara. Mengancam akan menjauh kalau-kalau Aswara memaksa memberikan pekerjaan untuknya.

Karena tidak memiliki keamanan yang cukup, mereka kerampokan berakhir dengan kematian. Namun berita itu yang di dengar oleh orang. Karena nyatanya, perampok itu tak mengambil apapun dari rumah.

Bagaimana mungkin perampok tidak mencuri apapun? Karena tujuan mereka memanglah kedua orang tuanya. Alasannya pun sangat tidak masuk akal bagi Raka. Hanya karena kedua orang tuanya sahabat dari Mavendra, musuh Mavendra menargetkan ayah serta ibunya.

Juga menjadi sebab mengapa Aswara maupun Claudia begitu baik padanya.

Raka beranjak dari sana. Dia akan pergi malam ini. Lagi pula Mavendra sibuk dengan si bungsu. Bukan maksud bersikap tak sopan dan pergi begitu saja. Namun Raka sudah mencoba yang terbaik untuk meminta waktu pada Aswara.

Raka akan meninggalkan sebuah surat. Mungkin Aswara ataupun salah satu anggota keluarga bisa membacanya nanti ketika masuk kedalam kamarnya.


***

"Aku pulang."

Raka menyeret kopernya masuk kedalam rumahnya. Rumah yang telah dipenuhi banyak kenangan bersama ayah dan ibunya. Rumah tempat dirinya akan bernaung mulai hari ini. Raka merasakan perasaan rindu.

Seharusnya ibunya menyambut dirinya ketika dia pulang dari mana saja dengan senyuman lembut. Menjawab 'Selamat datang, putra ibu' tanpa melunturkan senyuman.

Cepat-cepat Raka mengusap air mata. Dia tak boleh terlarut dalam kesedihan. Raka memerhatikan sekitar mengalihkan sedihnya. Furniture sederhana yang masih ada
. Lantai begitu kotor dan dinding  terdapat jaring laba-laba. Keadaan rumahnya masih sama. Hanya saja, Raka perlu membersihkannya.

Raka menatap sekitar, pandangannya jatuh pada sofa didepan sana. Dia seakan bisa melihat bayangan ayahnya memegang gelas kopi di sofa,  dengan ibunya yang duduk dan berbicara pada Dito. Kemudian ada dirinya di pangkuan Syahra.

Raka menahan air matanya. Dia beranjak keatas pergi ke kamar miliknya untuk menaruh koper. Raka tak memiliki waktu santai karena dia harus beberes rumah yang mungkin akan memakan waktu lama.

Raka pergi ke gudang belakang. Untung saja alat-alat untuk beberes masih ada dan utuh. "Mari kita mulai membereskan rumah!"





Tbc.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang