Bab 7.

10.2K 1.3K 52
                                    


Raka melangkah ke luar kamar. Setelah mengistirahatkan diri semalam, pusing yang dia derita telah berangsur menghilang. Raka juga memutuskan untuk tidak sekolah karena tak ingin memaksakan diri yang berakhir kembali menyusahkan orang lain.

Raka berjalan menuju perpustakaan yang terletak di lantai dua. Rencananya hari ini, dia ingin membaca buku di ruang keluarga sembari menikmati alunan musik yang pastinya membuat dia jauh tenggelam kedalam alur cerita yang dia baca.

"Hmm.. Sepertinya ini bagus?" Raka mengambil novel yang tidak tebal tapi tidak tipis memiliki judul 'Excited'. Merasa cocok, Raka pun beranjak keluar perpustakaan. Dia ingin menuju satu tempat lagi, disamping perpustakaan.

Sebuah ruangan yang berisi bermacam-macam camilan ringan hingga berat. Ruangan khusus yang pada mulanya dibuat untuk dirinya? Atau tidak. Karena kalau tidak saat ingat, ruangan tersebut ada karena Mavendra tak ingin dia keluar Mansion hanya untuk keluar membeli snack maupun camilan.

Raka memilih beberapa snack dan dia bawa ke ruang keluarga. Meminta kepada pelayan untuk membuatkan dirinya teh hangat dan air putih. Setelah duduk di sofa, Raka baru menyadari bahwa dia tak melihat keberadaan Mavendra.

"Bi, kemana semua orang?" Tanya Raka pada pelayan yang tengah mengantarkan teh serta air miliknya.

Pelayan tersebut pun menjawab. "Nyonya Claudia tengah mengadakan piknik bersama tuan muda Reyhan, tuan muda. Didampingi oleh tuan Karvino karena tuan Aswara harus menghadiri meeting nanti jam 10."

Raka ber oh ria.. Dia mengucapkan terimakasih pada sang pelayan karena telah menjawab pertanyaan dirinya. Raka pun memilih membuka buku dan memulai membaca.

Jangan berpikir perkataan pelayan itu tidak mengganggu dirinya. Itu sangat mengganggu hingga Raka tidak fokus membaca. Mavendra melakukan aktivitas tanpa mengingat dirinya. Bahkan Claudia pun seakan melupakan dirinya.

Itu bagus, tetapi berhasil membuat Raka sesak.

Jika dipikir kembali, ketika dirinya sakit.. Claudia dan Aswara akan setia berada di sampingnya. Karvino dan Aksa juga akan turut andil bergantian menjaga dirinya. Namun yang terjadi sekarang telah berubah. Perhatian itu sudah sepenuhnya kembali pada tuannya.

Perlahan tapi pasti, keberadaannya telah digantikan oleh Reyhan.

'Ayolah Raka, kau harus semangat. Demi masa depan cerahmu.' Seru Raka dalam hati menguatkan diri sendiri. Karena dengan cara seperti inilah dia bertahan hidup. Meyakinkan diri bahwa semua bisa dia lewati.

Karena setelah kedua orang tuanya pergi. Tak ada lagi yang bisa menguatkan dan memeluk dirinya erat dikala dia menjalani kehidupan beratnya.

"Sedang apa?" Suara Aksa yang sedang bertanya mengalihkan perhatian Raka. Aksa mendekati Raka dan duduk disebelah anak itu sembari mencomot keripik kentang di meja milik Raka.

Raka menunjukkan bukunya. "Membaca buku."

Menyuapkan snack ke mulut, Aksa memandang buku tersebut. "Kenapa tidak sekolah?" Tanyanya. Dia berangkat duluan tadi pagi. Alhasil dia tidak mengetahui jika Raka tidak bersekolah. Anak itu juga tak hadir dalam sarapan pagi.

"Tidak enak badan." Raka menjawab seadanya.

Aksa menghentikan kunyahan, dia memandang lamat wajah Raka. "Sakit? Sejak kapan?" Menelisik wajah Raka yang memang pucat. Bertanya dalam benak, kapan remaja di depannya ini sakit.

"Kemarin siang.."

Aksa berdecak dalam hati, mengumpat kasar karena baru mengetahuinya. "Kenapa tidak bilang? Sudah minum obat? Aku akan memanggil dokter." Aksa ingin beranjak, tetapi Raka menahannya.

Raka berkata. "Aku sudah diperiksa bang. Tadi malam bibi Dorota melakukannya untukku. Dokter yang memeriksa Reyhan singgah untuk mengecek keadaanku, " jelas Raka yang berhasil membuat Aksa memandang dirinya.

Aksa merasa bersalah, dia sungguh tidak tahu keadaan Raka. Malam kemarin dirinya berdiam diri dikamar Reyhan atas suruhan ibunya. Awalnya Aksa ingin mengajak Raka. Namun karena pintu kamar Raka tertutup, Aksa pikir bahwa adik angkatnya tersebut telah tidur.

Namun dirinya sepenuhnya salah. Seandainya dia mengetahui bahwa Raka sakit. Aksa lebih memilih menjaga Raka sepanjang malam.

"Apa kata dokter?" Memilih untuk tenang, Aksa menetralkan nafasnya. Dalam hati menyalahkan Dorota karena tak mengatakan apapun padanya, maupun keluarganya.

Raka menjawab. "Demam."

Aksa menghela nafas, dia mengelus rambut hitam Raka. "Maafkan abang karena tak menjagamu semalaman. Abang tidak tau bahwa kau juga demam sama seperti Reyhan."

"Tak masalah bang. Bibi Dorota yang mengurusi ku." Raka tersenyum manis. Dia kembali membuka buku yang sempat dia anggur kan.



(•ˋ _ ˊ•)




Claudia tertawa pongah, dia berjalan masuk kedalam Mansion menggandeng tangan Reyhan. Dia merasa bahagia menghabiskan waktu bersama putra bungsunya. Sangat menyenangkan melihat wajah manis Reyhan ketika tersenyum.

"Hari ini Reyhan senang kan?" tanyanya pada Reyhan yang dia genggam tangannya.

"Senang ibu. Reyhan harap bisa sering menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya bersama ibu, " jawab Reyhan yang langsung memeluk Claudia erat. Dia sungguh sangat bahagia. Rasanya, sakit yang dia alami selama bertahun-tahun tidak ada apa-apa dari pada rasa bahagia karena keluarganya mulai luluh.

Claudia yang mulanya berwajah ceria menjadi sendu. "Sayang maafkan ibu. Ibu janji akan selalu ada untuk kamu." Dia berhenti untuk memeluk Reyhan sejenak.

"Terimakasih ibu." Reyhan membalas pelukan ibunya.

Claudia kembali tersenyum. Kemudian dia melepaskan pelukan dan berucap. "Nah, ayo masuk. Kamu harus membersihkan diri dan tidur siang." Dia menarik Reyhan untuk melangkah masuk kedalam.

Tawa dari kedua orang itu mengundang atensi dari dua orang yang sejakntadi berdiam diri diruang keluarga. Aksa yang mulanya sibuk memainkan ponsel segera membalikkan tubuh untuk melihat keduanya.

Jika tak salah ingat, ibunya memang berkata bahwa dia akan mengadakan piknik kecil bersama Reyhan, di temani oleh kakaknya karena ayahnya sedang sibuk. Aksa beralih menatap Raka. Lelaki itu fokus pada bacaannya sembari mendengarkan lagu dengan headset.

Ibunya pergi tanpa mengajak Raka. Tersenyum tanpa rasa bersalah dan berjalan melewati dia dan juga Raka. Mungkin Claudia tak menyadari kehadirannya karena terlewat senang.

Aksa, tidak menyukai ini. Dia memang tidak masalah keluarga berubah, tetapi Aksa tak suka ketika keluarganya mengabaikan Raka.



Tbc.



Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang