Bab 19.

7.7K 1K 76
                                    



Raka menunduk dalam mendengarkan segala kemarahan Aswara. Pria itu berceloteh panjang lebar mengatakan kekhawatiran serta kebingungan dan kegelisahan yang dia rasakan. Dia diam tanpa berani menjawab.

Kenapa? Padahal Raka pikir bahwa keluarganya telah terbiasa tanpanya. Raka berangan bahwa Mavendra sudah bahagia setelah berbaikan dengan bungsu mereka. Raka memang mengaku salah karena telah pergi tanpa mengatakan apapun dan hanya meninggalkan surat.

Claudia sakit, Aswara menyerukan kemarahan yang seakan tak terbendung. Lalu Vino yang biasanya diam juga menunjukkan amarah pada dirinya dan semua itu mereka katakan karena dia menghilang tanpa sebab.

Sebenarnya apa yang salah? Raka merasa ada yang janggal. Ketika keluarga ini ditinggal dalam kurun waktu kurang satu minggu, mereka terlihat kacau. Lalu mengapa mereka bahkan tidak sadar jika dia sudah menghilang selama beberapa hari dan baru sadar sehari sebelumnya?

Mavendra bersikap bahwa dia merupakan sosok terpenting di kehidupan mereka, namun Mavendra telah total abai selama beberapa bulan lamanya. Apa? Apa yang Raka lewatkan. Mengapa dia merasa ada yang tidak benar. Atau hanya pemikiran saja? Apakah dia yang banyak berpikir.

Raka tak pernah tau sifat mereka kecuali sikap posesif mereka yang di tujukan padanya. Rasa setres kehilangan membuat Raka tak pernah menyadari gerak-gerik Mavendra.

"Perbaiki sikapmu. Kau tidak boleh keluar mansion selama satu minggu."

Itu akhir dari ucapan Aswara. Lelaki itu memilih keluar dan meninggalkan Raka dengan segudang pemikirannya. Pria itu telah melakukan tugasnya. Semua telah berakhir, Raka kembali ke pelukan Mavendra.

Raka membanting dirinya ke kasur king size. Menatap sekeliling kamar miliknya yang telah dia huni selama beberapa tahun. Kalau tidak salah, Raka telah menetap di Mansion Mavendra selama tiga tahun sampai sekarang.

Tiga tahun yang berat untuk Raka dimasa lalu. Karena kehilangan kedua orangtuanya merupakan pukulan telak bagi Raka. Dikehidupan yang kedua ini, selain memegang pada ingatan masa depan, Raka hanya memikirkan tentang mengubah nasib Reyhan. Karena traumanya bertambah melihat Reyhan mati di depannya.

Kebenarannya, Raka tidak tahu apapun. Raka tidak memiliki pemikiran luas selain pemikiran realistis. Keinginannya dikehidupan ini tidak lah banyak. Selain nasib Reyhan, Raka ingin mengubah nasibnya yang terus-menerus menempel pada Mavendra.

Raka sadar bahwa ketidakpedulian Mavendra kepada Reyhan sangatlah tidak normal. Hingga disetiap kali Mavendra memanjakan dirinya, Raka tak lagi menerima semua dengan nyaman saat mereka bahkan tidak peduli pada kematian putra mereka. 

Perasaan bersalah pada Reyhan menambah trauma dalam hidupnya. Dia dimasa depan memikirkan bagaimana keluar dari dekapan Mavendra karena perasaan bersalah yang dia bawa sampai sekarang.

Lalu sekarang apa? Raka telah sembuh dari traumanya. Raka juga telah mengubah masa depan Reyhan. Tersisa bagaimana dia menjalani hidup tanpa belenggu Mavendra. Yang bahkan dia baru saja bisa menghirup udara bebas, kembali masuk ke ranah milik keluarga ini.

Hidup berdampingan dengan seseorang dalam jangka waktu lama pastilah membawa banyak sekali kenangan. Tak bisa lupa dalam waktu dekat memungkinkan Raka untuk tidak bisa untuk tak peduli pada kesehatan Claudia, ibu sambung Raka.

Akan tetapi, dibalik semua itu.. Firasatnya mengatakan seolah dia tidak dalam posisi yang bagus.

***

Raka berjalan menyusuri segala penjuru mansion. Sejak dia terbangun, Raka tak pernah memerhatikan bentuk serta pola mansion megah milik Mavendra. Raka yang selalu disibukkan oleh kerjaan merasa tak nyaman jika terus berdiam diri dikamar.

Alhasil, tanpa sepengetahuan siapapun, Raka berhasil keluar. Saat ini, dia dekat dengan taman. Berpikir bahwa taman Mansion merupakan tempat terakhir yang dia kunjungi sekaligus dan akan beristirahat disana.

"Dorota." Raka memanggil Dorota yang berjalan satu tujuan dengannya. Dorota membawa satu gelas teh  mengepul tanda bahwa teh tersebut masih panas.

Dorota berhenti, dia menjawab. "Saya tuan muda?"

"Untuk siapa teh itu?" Raka sudah tidak mempermasalahkan panggilan Dorota untuknya. Terlalu sering di peringatkan akan tetapi tak membuahkan hasil memuaskan. Jadi, biarlah.

"Untuk tuan muda Reyhan."

Raka menaikkan alis. "Reyhan ada disini?" Tentu itu merupakan tanda tanya. Heran dengan keberadaan Reyhan yang seharusnya sudah beristirahat mengingat jam dan kebiasaan anak itu sejak berbaikan dengan orangtuanya.

"Ya tuan muda."

Tanpa sepatah kata pun, Raka mengambil alih tehnya. Setelah mengatakan atau jelasnya memaksa Dorota. Kemudian menyuruh Dorota untuk pergi dan beristirahat karena hari sudah malam, yang di balas anggukan paksa dari Dorota.

Raka tidak mengaca.

Raka mendekati Reyhan sedang duduk di ayunan. Dengan tatapan kosong memandang langit malam dihiasi oleh ribuan bintang yang membantu langit menambah kesan menakjubkan.

"Indah." Raka berceletuk, menyadarkan Reyhan dari keterdiaman. Refleks berdiri setelah mengetahui Raka tepat di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" hardik Reyhan. Nadanya meninggi serta wajah marah. Suara terdengar bergetar seakan Reyhan dilanda ketakutan.

Raka termangu, namun dengan cepat sadar dan tersenyum menanggapi. Kemudian ia memberikan teh yang ia bawa kepada Reyhan. "Teh milikmu. Bibi Dorota yang membuatnya. Kebetulan tadi bertemu denganku, jadi karena satu arah, sekalian aku membawakannya."

Trak!

Reyhan menepak teh tersebut hingga tumpah dan mengenai pergelangan tangan Raka. Raka sedikit mundur karena terkejut. Panas dia rasakan di area lengan. Mengibas-ngibaskan lengannya supaya mengurangi perih.

"Aku tidak butuh!" teriak Reyhan. Dia menatap nyalang Raka tanpa merasakan perasaan bersalah. Yang Reyhan rasakan saat ini adalah, ketakutan mendalam. Seakan dia bisa kapan saja tenggelam dalam lautan hitam tanpa bisa kembali.

"Kenapa? Kenapa kau kembali?!" Air mata mengalir memenuhi wajah Reyhan. Bertanya mengapa Raka kembali. Sosok yang menjadi ketakutan terbesarnya.

"Sudah bagus kau keluar dari sini, kenapa kau harus datang lagi?!!" Reyhan meraung. Melihat Raka, rasa takutnya bertambah. Reyhan takut keluarganya akan berubah kembali karena keberadaan Raka. Dia takut perhatian keluarganya kembali terbagi.

Reyhan tidak mau.

Dia sudah lama mendambakan kasih sayang orang tuanya. Reyhan tak ingin kehilangan hal tersebut. Keberadaan Raka menjadi ancaman terbesar yang dia miliki.

Orang tuanya tidak acuh, hanya saja. Perhatian mereka menjadi tidak sepenuhnya miliknya. Mereka harus memikirkan Raka yang bahkan bukan anggota keluarga disaat berada di sampingnya.

Reyhan tidak suka.

Reyhan benci Raka.

Karena Raka, kebahagiaannya seakan terenggut.





Tbc.

Kebodohan Raka sesuai judul.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang