Seperti biasa, Mavendra berkumpul di ruang keluarga. Komposisi anggota pun masih tetap sama. Walaupun telah berkurang dengan ketidakadaan Aksa dan Raka. Vino seperti biasa sibuk dengan ponsel. Sementara Aswara duduk membaca sesuatu lewat laptop.
Berbeda dengan Claudia yang memijat pelan dahi Reyhan atas permintaan anak itu. "Sudah ya? Bisa memerah dahimu kalau mami terlalu lama memijatnya, " ujar Claudia. Mengecup kening Reyhan sebagai ganti tangan yang telah berhenti memijat.
Reyhan mengangguk samar. Mungkin karena lelah setelah bermain basket seharian tadi, Dia jadi mengantuk. Apalagi pijatan Claudia begitu nyaman. Claudia tersenyum, dia pun segera mengelus Reyhan supaya putranya lekas tertidur.
"Ngomong-ngomong kemana Raka? Kenapa dia tidak berkumpul?" tanya Claudia setelah melihat satu persatu orang yang berada di sana.
Vino tak menjawab, sementara Aswara menggeleng acuh. "Tidak tau. Bukankah dia sudah tak melakukannya selama empat harian ini?"
Claudia pun mengingatnya. Sosok Raka yang telah dia lupakan. "Selama itu dan kita tak menyadarinya?" Dia menepuk dahi. Menggeleng pelan karena dia telah menjadi pelupa. "Apa sekarang aku sudah tua?" Lanjutnya bergumam.
Vino menurunkan ponselnya, menaikkan alis ketika kedua orang tuanya membahas Raka. "Aku kira kalian menghukumnya atau sesuatu yang lain? Jadi rupanya kalian juga tidak tau?" Dia enteng dengan ketidakadaan Raka karena berpikir demikian.
Karena memang biasanya, jika Raka berbuat salah. Orang tuanya aja menghukum Raka dengan mengurung anak itu didalam kamar. Pun karena Aswara sering memarahi adik angkatnya tersebut.
Lalu apa sekarang? Orang tuanya tak mengetahui keberadaan Raka. "Dia tidak makan bersama. Tidak pernah kelihatan batang hidungnya sama sekali. Kalian benar-benar tidak tau?!" Suaranya meninggi. Vino bertanya dengan nada mengintimidasi.
Aswara pun terhenyak, dia menatap Karvino yang siap meledak kapan saja. "Kami tidak menghukumnya Vino. Mungkin dia menginap di rumah temannya. Jangan berlebihan, " sahutnya. Walaupun dia khawatir pada Raka, namun suara tinggi Vino bisa saja membangunkan Reyhan.
Claudia mulai panik, "Apa kalian tau dimana keberadaan Raka?" Keduanya kompak menggeleng.
"Mungkin di kamarnya. Terakhir kali aku melihatnya. Dia berada di ruang kerjaku unt-" Ucapan Aswara menggantung meninggalkan rasa penasaran bagi Claudia serta Vino.
Sementara Aswara, sontak mengingat apa yang telah dia lupa. Aswara lupa bahwa saat itu, Raka ingin membicarakan sesuatu dengannya. Apakah Raka kecewa padanya sebab mengabaikan hingga tak ingin keluar kamar?
Sontak Aswara berdiri dan beranjak ke kamar Raka. Sial, dia benar-benar lupa. Aswara harap, Raka bisa di ajak kompromi dan memaafkan dirinya. Juga, semoga Raka tidak salah paham atas tindakannya.
Tok!
Tok!
"Raka! Kau di dalam?" Aswara berlalu masuk. Pintu kamar Raka tak dikunci. Memudahkan dia untuk masuk kedalam. Walau dalam hati merasa heran. Kamar Raka gelap gulita. Aswara mendekati saklar lampu dan menghidupkannya.
"Raka, kau dengar ayah?" Aswara mendekati ranjang. Disana tak ada siapapun. Tempat tidurnya pun bersih dan sama sekali tak berantakan seperti tidak ditempati sama sekali.
Pria itu pun mengecek ke seluruh kamar. Tetapi tak ada sosok Raka didalamnya. Aswara panik.. Hawa kamar pun tidak seperti biasanya. Seharusnya Raka ada di meja belajar ataupun di ranjang membaca buku.
Kenapa Raka tidak ada di tempat-tempat yang biasanya ditempati Raka. Aswara berlari keluar, berteriak memanggil nama Dorota. "DOROTA!"
Dorota mendekat dengan tergesa-gesa. Dirinya menyiapkan hidangan untuk makan malam. "Ya tuan?"
"Dimana Raka?!"
Dorota menunduk takut. Tubuhnya bergetar ketika menghadapi kemarahan Aswara. "Saya tidak tau tuan. Bukankah tuan muda Raka tengah dihukum oleh anda?" gugup Dorota.
Lagi, Aswara mendengar alasan yang sama. Dia sama sekali tidak menghukum Raka. "Apa maksudmu? Kau pikir aku orang gila yang menghukum putraku tanpa alasan?!"
"Ampun tuan. Maafkan saya!!"
Sementara Aswara sibuk mencari Raka. Di lantai bawah, Claudia dan Vino dikejutkan oleh suara menggelegar seorang gadis yang sangat mereka kenali. Teriakan itu membangunkan Reyhan dari tidur nyenyaknya.
"Kakak!! Adikmu yang imut datang!!" Naura berlari masuk kedalam. Membuang koper miliknya asal dan segera menghampiri mereka yang duduk di sofa.
"Ibu!! Dimana kakak?!" Tanyanya antusias. Mata Naura bergulir pada sosok dipangkuan Claudia. Mengernyit tak suka ketika Reyhan lah yang berada disana.
"Sayang, dengan siapa kau datang?" Mengabaikan pertanyaan Naura. Claudia bertanya lain.
"Dengan mama dan papa.. Sekarang jawab. Dimana kakak?" ucap Naura tak sabaran.
Claudia menghela nafas. Dia menjawab sembari mengelus kepala Reyhan. "Raka? Dia sedang dicari oleh ayahmu." Dia sudah paham jika keponakannya ini mencari Raka.
"Kenapa dicari? Lalu kenapa dia disini? Dimana kakakku berada?!" Tanya Naura secara beruntun. Mendelik menatap Reyhan tak suka.
"Bertanyalah satu-satu. Lihat, ibumu bingung Nau." Floryn datang dan langsung duduk di sofa. Berjalan sembari mengurus putrinya benar-benar menguras tenaga. Floryn heran kepada sang putri, padahal putrinya itu seperti monyet lepas. Tetapi tenaganya sama sekali tak berkurang.
"Floryn? Kapan kau datang? Kenapa tidak memberitahu kakak?" Seru Claudia melihat keberadaan adiknya.
Floryn mengangkat tangan dan dikibaskan. "Aku tidak sempat menghubungi kak. Naura terlalu aktif bertanya Raka hingga aku lupa untuk menelepon."
"Jadi, dimana Raka?" kata Damian turut ikut andil dalam bertanya. Duduk disebelah istrinya yang telah bersatu dengan sofa.
Claudia semakin cemas. Suaminya belum datang. Dia tak bisa menjawab dengan pasti pertanyaan Naura serta Damian. "Tunggu sebentar, Aswara sedang memanggilnya untu-"
"JAVAS KAU DIMANA SIALAN! CEPAT CARI KEBERADAAN RAKA!!" teriakan Aswara memenuhi ruangan. Para penjaga keluarga Mavendra bergerak sekali lagi untuk mencari keberadaan salah satu keturunan Mavendra.
Claudia sontak berdiri. Dia menghampiri Aswara untuk menanyakan ada apa. Untung saja Reyhan sudah bangun sejak kedatangan Floryn.
"Raka menghilang Claudia. Dia tidak ditemukan dimanapun!" Jawab Aswara.
Bahu Claudia melemas. Dia merasa dejavu. Setelah Reyhan, kini Raka lah yang menghilang. "Tuhan.. Lindungi putraku!"
Mengerti situasi, Naura memandang sengit Reyhan. Dia menendang kaki Reyhan yang menggantung. "Ini pasti karena kau! Kakakku menghilang. Cepat katakan, apa yang kau lakukan pada kakak!!" tudingnya.
Reyhan menautkan alis. Mendongak membalas tatapan Naura. "Jangan menuduh. Aku tidak melakukan apapun!" Dirinya tak terima dituduh seperti ini. Dia tidak ada sangkut pautnya dengan hilangnya sosok Raka. "Lagipula.. Mungkin dia pergi bermain seperti ku. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!"
Naura mendengus sebal, dia bersedekap dada. "Kakakku bukan kau?!"
"Awas saja.. Akan aku selidiki. Jika ini ada hubungannya dengan kau. Kau harus siap dihancurkan!!"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
Novela JuvenilRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...