Bab 17.

10K 1.1K 87
                                    


Flashback on.



Aswara dan Claudia masuk kedalam rumah Dito dan Syahra. Keduanya lekas pergi menuju kamar di lantai satu tempat dimana pemilik rumah berada. Mereka diberi kabar bahwa Syahra melahirkan anak pertama mereka.

"Claudia, kau datang?" seru Syahra. Wanita itu tersenyum lebar melihat kedatangan Claudia. Wajahnya tampak bersinar pasca melahirkan.

Claudia mengangguk, dia berjalan menuju sisi yang lebih dekat dengan Syahra serta bayi digendongannya. "Inikah bayimu?" ujarnya sembari menatap bayi Raka. Dia menyingkap selimut yang menutupi setengah wajah bayi itu.

Deg!

'Bayi ini.." Batin Claudia. Dia mendongak menatap suaminya yang sepertinya sama-sama tertegun melihat bayi Raka. Claudia kembali menatap ke bayi tersebut. Dirinya juga telah melahirkan dua bulan lalu, akan tetapi.. Bayinya tidak sesempurna bayi di depannya ini.

"Siapa namanya?" tanya Claudia. Tangannya mengadah meminta bayi tersebut dari Syahra. Mengelus pipi bayi itu lembut. Tersenyum tipis ketika bayinya bergerak merespon sentuhannya.

"Raka Arjuna.. anak laki-laki yang indah bagai bulan purnama, memiliki hati sebening kristal dan selalu dilimpahi kekayaan dalam hidupnya serta jujur di wajah maupun dipikiran." Syahra menjawab beserta arti dari nama putranya. Pipinya bersemu bahagia karena dialah yang mencarikan nama untuk Raka.

"Sangat cocok dengan bayi imut ini."

Syahra tersenyum simpul. "Terimakasih. Juga, bagaimana dengan Reyhan? Dia rewel?" Balasnya dan menanyakan tentang bayi Reyhan pada Claudia.

"Iya.. Dia menangis tanpa henti." Claudia menjawab datar. Tidak tertarik dengan topik tentang bayi yang dia lahirnya bulan sebelumnya. Ia tak ingin fokusnya teralih dan tetap memandang gumpalan daging sempurna di pangkuannya.

Alis Syahra mengerut khawatir. "Dia sakit? Bayi rewel biasa cenderung memiliki sakit di bagian tubuh yang tidak kita ketahui. Periksa Clau, aku khawatir dia benar-benar kesakitan."

"Baiklah, nanti akan aku memeriksanya." Walau pada akhirnya, Dia akan menyuruh Dorota. Karena Claudia tak pernah mengurus bayi. Putra sulung serta keduanya merupakan bayi tenang, tidak seperti si bungsu yang selalu rewel, menangis tanpa henti.

Mereka pun melanjutkan obrolan ringan. Hingga hari mulai sore, keduanya memutuskan untuk pulang walaupun sedikit ada keengganan. Dari saat itu pula, Claudia sering mampir ke rumah Syahra untuk bertemu Raka. Aswara pun sama meski tak sesering istrinya.

Mereka sangat terpaku pada bayi Raka. Bayi yang menurut mereka sangat sempurna. Rambut hitam dengan bola mata coklat, pipi temban kemerahan dengan bibir kecil tapi berisi. Bulu mata lembut serta alis terbentuk sempurna.

"Aku sangat ingin memilikinya, " ujar Claudia tiba-tiba. Setelah keheningan terjadi dalam perjalanan pulang. Akhirnya Claudia bersuara. Menyeruakan keinginan dengan nada posesif.

Aswara terkekeh dalam, dia meremat stir dengan kuat. "Tapi kita tidak bisa memilikinya selama masih ada kedua orangtuanya." nada rendah dipenuhi ancaman serta kekesalan begitu melekat disetiap kata yang Aswara lontarkan.

Aswara mempunyai niat yang sama. Sejak dulu, Aswara tidak suka bayi. Tangisan bayi begitu mengganggu. Untungnya kedua putranya sangat tenang berbeda dengan bungsu.

"Claudia, sterilisasikan rahimmu."

Claudia mendengus, dia bersedekap dada dan menjawab. "Jangan memerintah Aswara. Tanpa kau suruh, aku akan melakukannya. Aku tidak mau kebobolan lagi karena nafsu bodohmu!" Aswara diam tak menjawab, akan tetapi dia mengangguk puas.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang