Reyhan memeluk Claudia, menyembunyikan dirinya dibalik tubuh sang ibu dari kemarahan ayahnya. Sesekali menggerutu tak jelas karena sang ayah belumlah selesai berceramah. Sejak dia ditemukan di arena balapan, ayahnya memarahinya tanpa henti.
Padahal hanya main sebentar, tetapi ayahnya begitu heboh hingga membawa banyak penjaga untuk menjemput dirinya. Sialnya, mengapa dia cepat sekali ditemukan.
Ada rasa senang melihat Aswara marah karena khawatir pada dirinya. Ibunya juga memeluk erat menyembunyikan dia dari kemarahan sang ayah. Hidup Reyhan begitu lengkap sekarang. Entah kapan semua ini bermula, akan tetapi Reyhan sangat bahagia karena perubahan keluarga terlebih ayah dan ibunya.
Dahulu, meskipun dia tak pulang sekalipun, tak ada yang mencari dirinya. Bahkan menghubunginya pun tidak. Mereka sibuk dengan dunia sendiri hingga melupakan dirinya.
Reyhan berharap apa yang dia dapatkan ini akan bertahan lama. Setelah penantian lama dengan perjuangan menguras air mata, batin dan emosi. Dia mendapatkan apa yang telah dia harapkan dari lama.
"Kau dengar itu Reyhan?" Suara Aswara sedikit meninggi. Melihat bungsunya yang asik melamun di tengah-tengah dia mengomel. Menghela nafas pelan karena sepertinya, putranya itu tidak mendengarkan sama sekali.
"Kalau sampai kabur lagi, ayah akan menambahkan penjaga disekitarmu. Ayah juga akan memotong uang jajanmu agar kau berhenti memakan makanan pedas!" Ancam Aswara tak main-main. Setelah beberapa bulan dekat dengan putranya. Dia sedikit mengerti tentang kebiasaan Reyhan.
Bibir Reyhan mengerucut, bagaimana ayahnya tau bahwa dia curi-curi makanan pedas. Dia semakin memperdalam pelukan. Tangannya terangkat untuk menunjuk sang ayah. "Ibu, lihat ayah. Ayah memarahi ku lalu sekarang dia mengancamku," adu Reyhan merengek pada Claudia.
Claudia mengelus rambut Reyhan. "Ayahmu benar. Jadi, dengarkan dia kalau kamu tidak ingin dihukum sayang." Biasanya, dia akan memihak pada Reyhan, akan tetapi.. Kali ini dia berpihak pada sang suami mengingat kenakalan yang baru saja dilakukan oleh Reyhan.
"Ibu tidak asik.. Ibu sudah tidak sayang lagi padaku."
"Ey, bukan seperti itu sayang. Tentu saja ibu sayang padamu." Claudia mencoba untuk mengangkat kepala Reyhan agar bisa menatap wajahnya. Akan tetapi, Reyhan sengaja menahan.
"Buktinya ibu tidak berpihak padaku lagi."
"Karena kali ini kamu salah. Kamu tidak tau betapa khawatir ibu ketika melihatmu kabur. Apalagi kamu melewati lantai tiga anak nakal. Dari mana kamu mendapatkan ide seperti itu hm?" Kata Claudia.
"Aku hanya ingin main. Ayah dan ibu melarangku pergi dari mansion."
"Kami melakukannya demi kebaikanmu Reyhan. Ayah tak ingin kejadian tak diinginkan terjadi ketika kau berada diluaran sana." Aswara menimpali. Sedikit pusing karena akhir-akhir ini putranya ini bertingkah nakal dan membangkang.
"Lebih baik tidur. Ini sudah larut. Besok tidak usah sekolah sebagai hukuman, " putusnya kemudian pergi. Menghiraukan gerutuan tak terima yang keluar dari mulut Reyhan. Aswara harus melanjutkan pekerjaann yang harus terhenti karena ulah si bungsu.
Melihat ruang kerjanya terbuka Aswara terhenti sejenak. Dia teringat akan sesuatu yang dia lupakan. Aswara tak mengingatnya, dia terlalu fokus mencari Reyhan.
Tak mendapatkan apapun untuk diingat, Aswara mengangkat bahu acuh kemudian menutup pintu. Mungkin dia akan mengingatnya esok hari. Yang lebih penting adalah.. Dia harus cepat bekerja jika tak ingin lembur malam ini.
***
"Kau sudah mengerti kan, Rak?" Tanya Tomi. Senior Raka yang ditugaskan untuk menjelaskan tentang pekerjaannya secara detail. Sedangkan Raka mengangguk paham. Untung saja dia adalah orang yang cepat tanggap.
Karena masih baru, Raka menjadi pelayan yang menyambut serta menanyakan pesanan terhadap pelanggan bersama Tomi. Cafe tempat Raka bekerja ramai pengunjung. Meskipun hari biasa pun, Cafe masihlah ramai.
Tomi juga sudah memberi contoh kepada Raka bagaimana cara menyambut pelanggan. "Ingat, senyum yang lebar ya. Jangan datar gini... Kalau pelanggan cabut, gajiku dikurangi nanti." Tomi sedikit mengeluh, karena perintah atasan memang seperti itu.
Jika Raka membuat kesalahan, gaji Tomi lah yang akan di potong. Maka dari itu dia dengan sangat hati-hati menjelaskan tugas Raka. Untungnya Raka merupakan orang lekas mengerti. Tomi lega karena itu. ( Ulah Edo )
"Makasih kak." Raka tersenyum tipis berterima kasih pada Tomi. Tak lupa meminta maaf karena titah dari atasan yang membingungkan. Bukankah dia yang buat salah, lalu mengapa gaji Tomi yang dikurangi.
Akan tetapi karena ini adalah hari pertama Raka. Dia tak banyak bertanya. Melainkan fokus untuk mengamati agar tak membuat kesalahan.
"Nah, cobalah. Aku akan menyambut pelanggan lain juga akan mengawasi mu nanti." Tomi menepuk bahu Raka karena mereka sudah kedatangan tamu setelah istirahat beberapa saat.
Tak lupa Raka juga pergi karena pelanggan tak hanya satu. Dia tersenyum tipis meyambut tamu kemudian menanyakan mereka ingin duduk dimana. Karena Cafe tersebut memiliki tempat indoor serta outdoor. Dia melakukan itu hingga sore hari.
"Huft!" Raka duduk di kursi di salah satu tempat duduk yang tak ada pengunjung. Menelungsupkan kepala ke meja. Menyembunyikan wajah lelahnya disana.
Dia tak pernah bekerja seperti ini selama hidupnya. Melelahkan namun juga menyenangkan. Raka mendapatkan hal baru dan pengalaman baru. Bertemu dengan banyak orang yang memiliki sikap berbeda-beda.
Puk!
Raka merasakan sensasi dingin di pipinya. Mengangkat wajah untuk mengambil sebuah kaleng minuman. Lalu mendongak melihat Tomi tersenyum pepsodent. Seniornya itu bergerak untuk duduk di sampingnya dan merangkul bajunya.
"Nih, minum. Kau terlihat lelah, " seru Tomi. Dia sangat senang melihat kinerja Raka. Mungkin Gajinya tak akan lagi terancam jika Raka bekerja seperti hari ini. Tomi pikir, Raka akan menjadi sangat menyebalkan dan alot. Tetapi praduganya meleset.
"Eh, ini buatku kak?" ujar Raka sembari mengangkat kaleng minuman ke hadapan Tomi yang diangguki siempu. Raka pun meminumnya setelah mengucapkan terima kasih.
Tomi membuka topik dan disahuti Raka. Keduanya menjadi akrab dalam sehari. Selang beberapa waktu, keduanya kembali bekerja. Raka menikmati pekerjaannya. Dia mendapatkan shift siang. Jadinya, setelah jam 6 sore, Raka diperbolehkan pulang.
Saat ini dia menikmati waktu santai sembari meminum teh. Raka sangat bersyukur atas yang ia dapat. Walaupun berat rasanya karena dia harus putus sekolah. Tetapi ia tak akan menyesal.
"Terimakasih Tuhan."
Semua orang mempunyai cara sukses mereka masing-masing.
Berbagai macam orang memiliki jalannya masing-masing.
Raka tak khawatir, Raka juga tak ragu. Dia telah melewati satu kehidupan. Akan Raka jadikan pelajaran sebagai pegangan untuk masa depan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
Teen FictionRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...