Bab 20.

7.8K 1K 66
                                    

Setelah kejadian di taman. Reyhan benar-benar menunjukkan ketidaksukaannya terhadap keberadaan Raka. Dia akan melakukan apa saja yang membuat Raka tidak nyaman dan berharap akan kembali pergi.

Sementara Raka, dia yang selalu menerima keusilan serta kebencian Reyhan hanya bisa menghela nafas sabar. Karena menurutnya wajar bagi Reyhan bersikap demikian karena takut Claudia serta Aswara berubah.

Entah ketika bangun tidur, Reyhan sudah ada di kamarnya dan menyirami dirinya dengan sebotol air padahal masih sangat pagi. Atau ketika Reyhan sengaja menggunting baju-bajunya dan membanting barang-barang miliknya. Butuh waktu dua hari untuk Reryhan melakukan semuanya.

Saat ini, Raka menyandar pada sofa, memijat pelipis setres karena sikap Reyhan semakin tak terkendali. Karena kemarin, Reyhan mencegal kakinya hingga dia jatuh. Lalu beberapa saat lalu, Reyhan memberinya teh yang diberi garam. "Reyhan kenapa sih?"  tanya Raka dalam hati.

Dia memang mewajarkan sikap Reyhan, tapi dia kan tidak melakukan hal apapun kepada Reyhan. Raka juga ingin berteman Reyhan akan tetapi anak itu malah menunjukkan kebencian pada dirinya.

Tuk!

"Kau seperti tertekan?" tanya Vino. Pria itu memandang Raka dari atas setelah mengetuk dahi berkerut milik Raka.

Raka membuka mata, tatapannya langsung bertemu dengan tatapan tajam Vino. Bergerak untuk duduk normal dan menghela nafas. "Tidak tau. Aku agak setres kak. Jika saja aku bisa jalan untuk mengurangi setres. Tetapi pama- Ayah melarangku untuk keluar mansion."

Raka tidak berniat mengadu pada Mavendra. Jika bisa, Raka ingin sekali menyelesaikan permasalahannya sendiri. Raka ingin Reyhan mengerti jika lelaki itu salah paham tentangnya. Karena dia tak akan pernah merebut perhatian keluarga.

Vino tampak berpikir sebelum berseloroh. "Bagaimana jika kau ikut kakak? Kebetulan kakak ada pertemuan sore nanti."

Raka seperti menimang ajakan Vino. Apakah dia akan ikut? Jika yang dimaksud pertemua oleh Vino, tidakkah Vino bertemu dengan klien atau siapapun? Tetapi jika menolak, Raka benar-benar akan setres. Dia juga berpikir bahwa ini merupakan kesempatan supaya dia bisa keluar meskipun bersama Vino.

"Baiklah, mungkin-"

"Kakak aku ikut!!" suara cempreng Reyhan memotong ucapannya. Entah datang dari mana, Reyhan memeluk lengan Vino dan mengatakan jika dia ingin ikut. 

Vino berwajah datar, melepaskan pelukan Reyhan di lengannya namun kembali dipeluk oleh Reyhan. "Aku tidak mengajakmu, " jawabnya. Sungguh, jika bukan karena demi rencana... Mana mau Vino dipeluk seperti ini.

Reyhan mengerucutkan bibir, dia memandang Raka. Tersenyum kecil sontak menarik rambut Raka. "Raka kakak ajak. Terus kenapa aku tidak boleh ikut! Aku kan adik kakak!" ujarnya kesal. Dia sengaja menarik-narik rambut milik Raka dengan keras disertai wajah merajuk menatap Vino.

Raka memegang tangan Reyhan, meremasnya sedikit agar lelaki itu mengerti bahwa kulit kepalanya sudah mulai sakit. Menatapnya untuk memberi pengertian. "Kau terlalu menarik rambutku Reyhan."

Reyhan berdecih, dia lebih mendekatkan diri ke Vino. "Lebay banget. Padahal tidak sampai membuat rambutmu rontok!" sinis Reyhan. Dia mendongak memandang Vino yang lebih tinggi darinya. "Benar kan kak?" Mencari pembelaan pada kakak sulungnya.

"Yang kau lakukan salah. Sengaja atau tidak, kau tidak harus melakukannya." Vino melepaskan tangan Reyhan, dia beranjak untuk pergi. Namun sebelum itu, dia berucap pada Raka. "Jangan lupa jam 3 sore nanti kau harus siap Raka.'

"Oke."


***

Set!

Bruk!!

"Ups sorry, ga sengaja, " ujar Reyhan dengan kekehan sinis. Dia menutup mulut dengan tatapan puas memandang Raka yang meringis kesakitan di lantai. Dia sengaja kembali mencegal kaki Raka di balik tembok yang menghubungkan antara ruang santai dan  lorong masuk mansion.

Raka menahan sakit di lutut kirinya. Dia yakin bahwa lututnya akan lecet. Karena sudah dua kali dalam 3 hari dia jatuh. Lututnya membentur benda keras secara bersamaan. Bahkan akibat dari sebelumnya pun masih belum sepenuhnya sembuh.

Raka harus duduk atau diam terlalu lama karena tak ingin lututnya tambah sakit. Akan tetapi yang ia dapat sekarang adalah... dia kembali mendapatkan luka di bagian lutut. Pelakunya pun orang yang sama.

Kakinya seolah tak mampu digerakkan. Raka tak ingin menangis, namun rasa sakitnya membuat sudut matanya mengeluarkan bulir bening. Jika kalian tau rasanya, mungkin kalian akan seperti Raka.

Pyas!!

"Maaf ya, tanganku tergelincir." Reyhan kembali berceletuk dengan nada bersalah yang dibuat-buat. Tertawa kecil kemudian beranjak keluar. Bajunya sudah rapi, dia berpikir untuk menjadi pengganti Raka karena tentunya lelaki itu tak akan bisa untuk memenuhi permintaan Vino.

Baju Raka telah basah, sengaja dia siram dengan jus buah naga. Tentu dengan kondisi lutut Raka, memungkinkan Raka lebih-lebih tak bisa untuk pergi. 

Reyhan tertawa puas.

Jangan salahkan dirinya, Reyhan melakukannya hanya ingin Raka lekas pergi. Dia tak ingin memiliki resiko besar seperti kembali diacuhkan . Sudah cukup belasan tahun dia mendapatkan penolakan. Sekarang tidak lagi.

"Aku tidak akan mengalah lagi, " tekadnya.

Raka tidak peduli dengan ucapan Reyhan. Dia hanya mencoba untuk bangun dibantu oleh Javas yang mengetahui kondisinya. "Pelan." Raka berlirih, dia memeluk tubuh Javas sebagai penyangga agar tak sakit.

Juga meremat tangan Javas serta menggigit bibir merasakan sakit luar biasa. Ini lebih dari sekedar keseleo. Raka tidak tau, seberapa dalam kebencian Reyhan padanya. Tetapi yang pasti, Raka bukan orang yang mau dibenci sedemikian parah oleh seseorang yang tak pernah ia sakiti.

Ya, setidaknya dikehidupan ini.. Raka telah menyerahkan semua kasih sayang Mavendra pada Reyhan. Raka tidak acuh dan memandang sebelah mata atas kemalangan yang menimpa Reyhan.

Lelaki yang seharusnya mati, masih hidup dan menorehkan benci kepada dirinya.

Sedangkan disisi Reyhan, dia sudah mengembangkan senyum. Sudah lama dia tak jalan-jalan bersama Vino, kali ini.. Meski merebut, Reyhan akan melakukannya. Dia jadi tak sabar, kemana Vino akan membawa dirinya pergi.

"Kak!" Sapa Reyhan kepada Vino yang tengah berdiri menyandar pada mobil, memeriksa jam di tangan dan merespon panggilan darinya.

Vino menaikkan sebelah alis, melihat kebelakang Reyhan tak ada siapapun disana. "Dimana Raka?" tanyanya.

Reyhan sedikit kesal, dengan cemberut dia menjawab. "Tidak tau tuh. Lagian kan sudah ada aku. Lebih baik ayo kita berangkat. Aku tidak sabar untu-" Belum selesai berbicara, Reyhan menoleh pada Vino yang berjalan melewatinya.

Sepertinya, Vino mencari keberadaan Raka. Membuat Reyhan menahan emosi. Pikirannya sungguh kacau. Lihat, dia yang tadinya begitu semangat, sekarang ingin menangis karena dilewati begitu saja oleh saudara tertuanya.

Lalu jelaskan, alasan apa yang harus dijelaskan supaya dia tidak membenci keberadaan Raka.

Karena dari awal, keberadaan Raka menambah kehancuran bagi hidupnya.





Tbc.

Uncomfortable position - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang