Plak!
Kepala Aksa tertoleh, dia tidak bereaksi apapun kecuali membalas tatapan Claudia dengan tajam. Tak gentar meskipun dia telah di tatap berang oleh ketiga manusia di hadapannya.
"Apa kau tidak tau konsekuensi atas perbuatanmu!! Kau terlalu gegabah Aksa!" marah Claudia. Dia berkacak pinggang, mengangkat satu tangan untuk memijat pelipisnya. Mendadak dia sakit kepala mendengar bahwa putra keduanya mendorong Reyhan.
"Apa yang akan terjadi jika media tau!"
Aksa meludah untuk mengeluarkan darah di mulutnya. Menyeka darah disekitar lalu menjawab. "Itu jika seseorang memberitahunya. Lagi pula media gampang disuap. Buat saja seperti dia melakukan tindak bunuh diri."
"Kau!! Apa yang salah dengan otakmu." Claudia benar-benar tak habis pikir. Padahal selama ini dia berpikir bahwa Aksa akan tenang. Sekarang putra keduanya itu bertindak diluar pemikirannya.
"Tidak ada yang salah. Aku hanya menyingkirkan orang yang dapat melukai Raka." Aksa merasa tidak ada yang salah dengan perilakunya. Toh, dia hanya mempercepat rencana keluarganya. Juga, Reyhan memang seharusnya sudah mati.
"Tapi Reyhan masih hidup!" Napas Claudia naik turun. Dia benar-benar emosi karena tanggapan Aksa yang kelewat santai.
Aksa mengangkat bahu acuh. "Kemungkinan bertahan hidupnya kecil. Dia koma. Anak itu berada di ambang kematian." dia berkata seakan hal tersebut tidak ada apa-apanya.
"Sudahlah Clau... Aksa benar. Lagi pula, meskipun Aksa tidak melakukannya. Dia akan lebih terluka karena rencanamu. Bagus dia menerimanya dari Aksa," ujar Aswara tenang. Dia menyeruput kopinya.
"Jangan sampai Raka mengetahui ini!" ucap Claudia yang pada akhirnya pasrah dan berhenti memarahi Aksa. "Karena posisi jatuhnya Reyhan dari balkon kamar miliknya." Claudia cemas, takut jikalau Raka mengetahuinya.
"Suruh semua pekerja berkata seakan Reyhan bunuh diri, " titah Aswara. Berbanding balik dengan Claudia yang panik, lelaki itu sangat tenang.
Aksa mendengus, kemudian dia beranjak tak tertarik berdiam diri lebih lama. Dirinya berjalan menuju kamar adiknya. Siapa tau, adik kesayangannya itu sudah bangun.
Aksa sudah sampai di tangga atas. Akan tetapi sebelum kakinya menyentuh lantai. Matanya membola... Bergegas untuk segera menghampiri Raka yang terduduk sembari menangis.
"Raka? Kenapa... apa yang terjadi padamu?!" Aksa bertanya panik. Dia melirik kebawah... Dimana dari atas sini, bisa melihat ketiga keluarganya yang menatapnya dengan berbagai tatapan.
Dia jauh lebih panik. Segala pikiran buruk memenuhi kepalanya. Tidak mungkin adiknya ini mendengar apa yang dia maupun keluarganya katakan kan?
"Pergi!" seru Raka. Dia menepis tangan Aksa yang akan menyentuh tubuhnya. Mendadak dia merasa ketakutan. Belum sembuh dia dari keterkejutan.. Dia harus kembali mengalami Shock.
Raka pikir bahwa Aksa berbeda, namun dia salah.. Aksa sama saja.
Reyhan koma? Dan alasannya adalah Aksa.
Keluarga Mavendra tidak normal. Bahkan setelah Reyhan terluka.. Bukan merasa khawatir, tetapi mereka khawatir tentang hal lain.
Tidak ada yang berubah dari masa depan... Raka tidak mengubah apapun. Hal itu membuat Raka berteriak histeris. Dia tak sanggup menerima kebenaran ini.
"R-raka." Suara Aksa bergetar. Dia ingin menyentuh Raka, tetapi sang empu menolak sentuhannya.
Sampai dimana Vino datang, menyuntikkan sesuatu di leher Raka yang masih histeris karena setres berlebihan.
"Jangan terpaku, Ambil obat itu Aksa!" Sergah Aswara. Dia mengikuti putra sulungnya yang membawa Raka masuk kedalam kamarnya.
Aksa cepat-cepat berdiri.. Dia segera berlalu untuk mengambil apa yang di perintahkan oleh Aswara.
"Maaf Raka.. Abang tidak ingin melakukan ini. Tapi abang tak mau kau membenci abang!"
...
Yang penting up, besok lagi ya.. Sibuk we sibuk... Bener deh, suer ga bolong-bolong maksudnya bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
أدب المراهقينRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...