Claudia memasukkan sebuah obat yang sudah dihancurkan menggunakan sendok kedalam mulut Raka. Obat yang memang sudah disiapkan dari lama jikalau sesuatu seperti ini terjadi. "Obat ini memiliki efek kuat. Besar kemungkinan dia akan lupa kejadian setidaknya seminggu terakhir, " ujarnya.
Aksa menghela nafas lega. "Semoga dia lupa." Dia benar-benar akan gila jika Raka membencinya. Tidak peduli meskipun dia harus mengikuti rencana kedua orang tuanya. Yang lebih penting bahwa Raka nya tak akan pernah benci pada dirinya.
Aswara tersenyum sinis. "Kau begitu panik Aksa. Bukankah ayah sudah mengatakan padamu untuk tenang." Ayah 4 anak itu menyesap cerutu miliknya.
Aksa tidak menjawab, dia hanya menyandar pada headboard ranjang. Posisi dia berada disamping Raka. Dia bergerak menyamping untuk memeluk Raka. Mengabaikan semua atensi yang tertuju padanya.
"Bagaimana jika obat itu gagal menghapus ingatannya?" celetuk Vino yang sejak tadi bungkam.
"Itu tak akan terjadi." Aswara menjawab yakin. Karena mustahil obat tersebut akan gagal setelah melewati banyak uji coba. Dia percaya pada obat buatan teman karibnya tersebut.
"Kita harus menggiring opini publik agar percaya bahwa Reyhan melakukan percobaan bunuh diri, " ujar Claudia. Dia benar-benar tak ingin reputasi keluarga buruk. Semua hanya karena anak bungsunya.
Dari mana semuanya dimulai? Mengapa dia sama sekali tidak peduli pada keberadaan Reyhan, meskipun anak itu tengah berbaring di ranjang pesakitan rumah sakit.
Claudia merupakan orang yang enggan merawat. Dia tipe manusia yang tidak mau dibuat sibuk untuk urusan yang tak menguntungkan. Pada awalnya, dia dan Aswara memilih untuk childfree. Akan tetapi, mereka membutuhkan penerus.
Setelah perbincangan panjang, keduanya memilih untuk hanya memiliki dua anak. Tetapi Aswara yang tidak kuat menahan hasrat, meniduri Claudia yang tengah subur sebelum meminum pil pencegah hamil. Claudia harus kembali mengandung Reyhan.
Mengetahui kehamilan Claudia, wanita itu berniat menggugurkannya. Namun Aswara melarang dengan harapan bahwa Reyhan akan sama seperti Vino dan Aksa yang diam dan berdiri tanpa sentuhan dan perawatan dari mereka.
Vino dan Aksa dirawat oleh babysitter sampai keduanya berumur 9 tahun untuk Vino dan 8 tahun untuk Aksa. Mereka tidak rewel dan menurut apapun yang dikatakan oleh para orang dewasa. Tidak sama seperti Reyhan yang selalu ingin digendong oleh orang tuanya.
Untuk beberapa alasan, bayi pertama yang mereka gendong merupakan bayi Raka.
*
"Ma, ini sudah lama.. Kenapa kita tidak kembali lagi!" seru Naura. Raut wajahnya menampilkan mimik tidak senang. Dia merasa marah atas Floryn yang memaksa pulang ditengah-tengah kericuhan terjadi.
Padahal dia sudah membuat rencana untuk membawa kakaknya pergi bersamanya. Tetapi sang mama malah membuat keputusan mendadak. Sial bagi dirinya karena tak bisa melawan, sebab orang tuanya tak pernah tau sifat dia yang sebenarnya.
Floryn menghela nafas, menaruh gelas tehnya pelan dan mengusap rambut putrinya. "Sayang, mama tidak mau kau kembali terluka." dia berucap lembut, tak ingin putrinya salah paham dan sedikit memberinya kejelasan.
"Aku tidak... Buktinya aku sekarang sehat aja. Ma, aku khawatir pada kakak, " ucap Naura yang berakhir lirihan. Dia memandang Floryn dengan tatapan sedihnya.
"Iya, mama juga khawatir pada kakakmu itu. Tapi mama lebih khawatir padamu. Kau tidak tau kan, rasanya mama ingin menggila melihatmu hampir kehilangan nyawa." Floryn membawa Naura kedalam kedepannya.
Dia tak akan membawa putrinya kerumah sang kakak dalam waktu dekat. Floryn percaya bahwa sang kakak ipar akan bisa membawa Raka kembali. Sebagai seorang ibu, Floryn tak ingin putrinya mengalami hal mengerikan lainnya.
Naura tak bisa melakukan apapun. Ketika mamanya berucap demikian, dia tak mampu untuk menyanggah. Posisinya yang masih kecil membuat Naura tak memiliki langkah luas. Maka untuk saat ini, Naura hanya bisa bersabar, menggigit bibir merasa tak puas dengan posisinya.
'Suatu saat nanti, kakak akan menjadi milikku!!'
**
Edo menggenggam tangan kuat, urat-urat menonjol dirahangnya, sama seperti urat lengan kekar miliknya. Memberitahu bahwa si empu sedang menahan emosi yang tak boleh diluapkan. Degupan jantung berpacu lebih cepat dengan nafas yang ia buat pelan.
"Perusahaan disana sedang mengalami masalah. Ayah sudah menyiapkan tiket penerbanganmu Edo, " ujar Nathan. Pria tua berkumis tipis itu merupakan ayah dari tiga anak, termasuk Edo. "Jangan berpikir untuk menolak. Atau ayah akan mengirimmu ke sisi kakekmu. Menurutlah dan pergi dengan tenang."
Hal itu membuat Edo semakin mengetatkan rahang. Bagaimana bisa ayahnya mengerti jika dia berniat untuk menolak dan kabur. Karena bagaimanapun, dirinya harus mencrai keberadaan Raka yang tiba-tiba saja menghilang sejak kemarin.
Namun ayahnya malah menghubungi dirinya untuk pulang dan mengatakan omong kosong tentang pergi ke salah satu negara bagian Amerika sana.
"Kemasi barang-barangmu. Kakakmu akan mengantar sampai bandara. Memastikan bahwa kau tak akan lari." Nathan memilih pergi. Perkataan mutlak yang tak akan bisa disanggah oleh Edo. Karena jika itu terjadi, hukuman berat akan Edo dapatkan jika membangkang atas perintah sang ayah.
Sebetulnya Nathan bisa saja mengirim putranya yang lain. Akan tetapi sesuatu telah terjadi, bersama dengan suatu hal gila yang ia ketahui tentang putranya, lalu ancaman dari seseorang yang selalu membuatnya muak.
Nathan tak mempermasalahkan tentang keobsesian putranya, karena hal itu memang dimiliki oleh Dewangga. Akan tetapi dia tak suka ketika dia -Aswara- merendahkan putranya langsung kepada dirinya. Benar-benar orang yang berhasil membuatnya muak.
Maka terpaksa Nathan mengirim Edo keluar negeri agar anaknya itu tak lagi bisa menguntit pemuda yang telah berhasil membuat sisi obsesi Edo keluar. Walaupun akan sangat mustahil obsesi itu hilang begitu saja sebelum putranya menemukan sosok yang akan menjadi pengganti obsesi Edo.
'Raka ya? Sungguh tidak beruntungnya dirimu.'
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncomfortable position - End
Teen FictionRaka Arjuna mengulang waktu saat dimana dia berusia 17 tahun. Penyesalan yang dia bawa dari masa depan membuat dirinya harus terjebak dimasa lalu. Walaupun kehidupan saat itu merupakan masa lalu kelam yang tak ingin Raka alami kembali. Akan tetapi...