Semakin hari persaingan semakin sengit, Krist sudah tak pernah lagi memberikan harga diskon, begitu juga dengan toko sebelah.
Karna hampir bangkrut, Krist memberhentikan beberapa karyawan tokonya, sedih memang tapi mau bagaimana lagi? Sekarang hanya dia dan Off yang menjaga toko, Krist bertugas di bagian kasir, dan Off bagian melayani pelanggan jika pelanggan membutuhkan sesuatu.
"Aku ingin membeli makanan di rumah makan yang tak jauh dari sini, apa kamu ingin titip sesuatu?" Ucap Krist pada Off.
Saat ini mereka sedang duduk di depan kasir, membicarakan hal yang tak penting sejak tadi karna memang toko sedang sepi.
"Ya, aku ingin ayam 2, bagian paha dan dada, lalu di campur sayur" Ucap Off.
"Mana uangnya?" Ucap Krist.
"Bukankah kamu bosnya disini!?" Ucap Off.
"Aku memang bosnya, lalu?" Ucap Krist bingung.
"Gunakan uang mu, Krist!" Ucap Off.
"Uang dari phi New hampir habis, Off. Toko juga sepi sekarang. Kita tak ada pemasukan hari ini, siang ini makan menggunakan uang masing-masing" Ucap Krist.
"Aku menyesal ikut dengan mu kesini!!" Ucap Off.
"Uang" Ucap Krist sambil menadahkan tangannya.
Off memberi Krist uang, kemudian Krist berjalan keluar dari toko.
Kali ini Krist tak membeli makanan di restoran, dia hanya berjalan kaki ke rumah makan yang tak jauh dari tokonya.
Krist melihat banyak orang mengantri disana, sejujurnya itu salah satu alasan Krist jarang membeli makanan di rumah makan itu, dia malas mengantri, karna uang Krist memang hampir habis, dia terpaksa ikut mengantri.
Singto menatap ke belakang saat melihat seorang pria berdiri di belakangnya, itu Krist.
"Apa toko phi juga mengalami banyak kerugian sehingga phi membeli makanan disini?" Ucap Krist.
"Jangan samakan aku dengan mu!" Ucap Singto.
Singto memang jarang makan di tempat mewah, dan lebih sering membeli makanan di pinggir jalan atau bahkan dia membawa bekal dari rumahnya.
Singto memang sedikit terkejut melihat Krist, karna setahunya Krist memang lebih sering makan di restoran dari pada membeli makanan pinggir jalan seperti ini.
Banyak orang mulai berdatangan, dan berdesak-desakan sehingga membuat tubuh Krist semakin di dorong dan menempel pada tubuh Singto. Sekarang memang jam istirahat, banyak orang membeli makanan disana.
"Bisakah kalian bersabar!! Jangan mendorong aku!" Ucap Krist marah.
Jika mereka tak saling mendorong dan tidak menyebutkan apa yang mereka pesan, mereka memang akan kehabisan makanan, Krist belum terlalu tahu cara memesan makanan di tempat itu, sistemnya bukan siapa yang lebih dulu datang, tapi siapa yang lebih dulu menyebut makanannya dan memberikan uang.
Ucapan Krist seakan tak di hiraukan oleh orang-orang disana, tubuh Singto semakin merasa tertekan oleh Krist, begitu juga dengan Krist, Singto berulang kali menyebut makanan yang ingin di belinya namun tak di hiraukan sejak tadi.
Tubuh Krist terus terdorong ke tubuh Singto, kali ini Krist hanya diam, dia tak lagi marah dan malah menikmati tubuhnya yang semakin menempel di belakang Singto, lebih tepatnya bagian bawahnya ke pantat bulat Singto, Singto juga seperti tak menyadari itu, dan memang itu hal yang wajar setiap mereka mengantri akan berdempetan seperti itu.
Krist memegang pantat Singto, dia melihat Singto masih tak sadar, Singto masih berusaha menyebut makanannya sebelum makanan itu habis.
Sebenarnya Singto malas seperti ini, tapi dia sudah sangat lapar, ingin makan ke restoran, tapi dia harus hemat lebih keras lagi agar bisa segera menikahi kekasihnya.
Disaat orang lain sibuk menyebut pesanan mereka, Krist hanya diam, tangannya bermain-main di pantat Singto, hanya meraba tidak meremas, lagi pula kenapa dia harus berdesak-desakan seperti orang meminta bantuan!? Bukankah mereka bayar nanti? Itu sebabnya Krist memilih untuk diam dan menikmati permainan tangannya di pantat bulat Singto.
"Ini benar-benar kenyal" bisik Krist di dekat telinga Singto sehingga membuat Singto menatap horor pada Krist.
"Pantat phi bulat" Ucap Krist.
*Plak... Satu tamparan mendarat di pipi Krist dari Singto.
"Berani sekali kamu mengatakan itu!!" Ucap Singto marah.
"Aku tak sengaja, bukankah mereka yang mendorong ku" ucap Krist, dia terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.
Bagaimana jika Singto tahu Krist menikmati itu sejak tadi? Singto pasti akan mengamuk sekarang.
Kini banyak orang pergi dari sana, membuat Krist menatap heran, tadi mereka berdesak-desakan, sekarang serampak pergi dari sana.
"Aku pesan ayam 4, bagian dada 2 dan paha 2" Ucap Krist.
"Sudah habis" Ucap sang penjual.
"Bukankah tadi masih banyak?" Ucap Krist tak percaya.
"Ya, tapi sekarang sudah habis" Ucap ibu penjual makanan.
"Kenapa secepat itu? Aku bahkan sudah mengantri lama sejak tadi! Harusnya aku yang di layani lebih dulu!!" Ucap Krist tak terima.
"Disini sistem rebutan, siapa cepat, dia dapat." Ucap ibu itu
"Aneh" ucap Krist.
"Ini semua salah mu, Krist!!" Ucap Singto marah
"Kenapa jadi salah ku!!" Ucap Krist.
"Karna kamu! Kamu mesum!!" Ucap Singto.
"Lain kali siapkan pelayan untuk melayani pelanggan, dan beri nomor antrian untuk setiap pelanggan yang datang" ucap Krist pada ibu itu, karna memang ibu itu melayani pelanggan seorang diri.
"Jangan samakan rumah makan ini dengan di restoran! Bukankah semua orang berjualan bebas menggunakan cara mereka sendiri!? Sama seperti cara mu yang selalu memberi diskon di toko mu!" Ucap ibu penjual nasi.
Krist langsung pergi dari sana, benar. Semua orang memiliki cara berjualan sendiri, mungkin karna Krist tak pernah membeli makanan di tempat seperti itu jadi dia tak tahu caranya.
Harusnya tadi Krist ikut berdesak-desakan menyebut makanannya 'kan? Bukan malah sibuk memainkan pantat Singto!?
Tbc.
YOU ARE READING
Enemies To Lovers ✓
FanfictionBerawal dari musuh, lalu berakhir menjadi sepasang kekasih (?) *Top Krist, Bot Sing.