Singto tersenyum saat melihat Krist masih betah terlelap sambil memeluk tubuhnya, dia memang baru bangun tidur sekarang. Singto semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Krist dan menenggelamkan wajahnya di dada Krist, entah apa yang harus di katakannya pada mamanya nanti saat melihat keberadaan Krist di rumah mereka, semoga saja mamanya tak marah dia memasukan tamu di saat larut malam.
Tangan Krist meremas pantat Singto sehingga membuat Singto membuka matanya, Krist sudah bangun sekarang.
"Krist!" Ucap Singto.
"Ya, sayang?" Gumam Krist masih dengan mata yang terpejam.
"Tangan mu" Ucap Singto sembari mencubit perut Krist.
Krist membuka matanya dan tersenyum menatap wajah kesal Singto.
"Selamat pagi, sayangku" Bisik Krist sambil mengecup bibir Singto.
Mungkin hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup Krist, dia bisa bangun dan melihat wajah manis kekasihnya, apa lagi dengan posisi mereka yang saling berpelukan dengan tubuh polos mereka, hanya selimut tebal yang menutup tubuh mereka sekarang.
"Pagi" Ucap Singto dengan wajah yang bersemu merah.
Krist memegang dagu Singto kemudian menyambar bibirnya, menghisap bibir bawah Singto dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
"Aku ingin ke toko, ayo bangun" Ucap Singto setelah Krist menyudahi ciumannya.
Krist mengangguk, keduanya beranjak dari ranjang berjalan ke kamar mandi yang ada di kamar Singto. Keduanya hanya mandi biasa tanpa melakukan hal lainnya, selama 30 menit berada di kamar mandi, kini Krist dan Singto keluar dari sana.
Singto membuka lemari pakaiannya mencari pakaian untuk mereka kenakan, setelah berpakaian rapi, keduanya keluar dari kamar berjalan ke dapur untuk sarapan bersama.
Di dapur mama Singto sudah menyiapkan makanan, dia seperti sudah tak terkejut saat melihat Krist bersama Singto.
"Selamat pagi, ma" sapa Krist.
"Pagi, Krist." Ucap mama Singto.
"Krist datang semalam, ma, dan dia menginap disini" jelas Singto sebelum mamanya menuntut penjelasan, tapi mama Singto hanya tersenyum menanggapinya.
Sejujurnya semalam mama Singto terbangun saat mendengar bell rumah berbunyi, dia berjalan ke ruang tamu tapi ternyata Singto sudah lebih dulu membuka pintu rumah, saat dia ingin kembali ke kamarnya dia malah melihat Krist mencium Singto, sejujurnya mama Singto sangat ingin bertanya tentang hubungan mereka tapi mungkin nanti, sekarang bukan waktu yang tepat.
Kini Krist, Singto, dan mamanya memulai sarapan mereka.
"Bagaimana kabar mama?" Tanya krist.
"Seperti yang kamu lihat, mama sehat. Bagaimana dengan mu?"
"Aku juga sehat" Ucap Krist.
"Bagaimana kabar Jane, Sing? Tanya mama Singto pada anaknya.
"Huh, aku tak tahu" Ucap Singto.
"Dia juga sudah lama tak ke rumah"
"...."
Mama Singto memilih untuk diam saat Singto tak menjawab pertanyaannya.
Setelah sarapan, Krist ikut Singto ke toko. Krist menatap rindu tokonya yang berada di samping toko Singto, entah kapan baru dia bisa membuka toko itu lagi.
"Dimana Tay?" Tanya Singto pada salah satu karyawan tokonya. Biasanya saat Singto masuk ke toko, orang pertama yang di lihatnya adalah Tay karna memang Tay bertugas di bagian kasir.
"Aku tak tahu, Sing."
Singto mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan menghubungi Tay.
"Dimana kamu sekarang? Apa kamu tak masuk?" Ucap Singto setelah Tay mengangkat panggilannya.
"Aku di rumah sakit" Ucap Tay di sebrang sana.
"Siapa yang sakit, Tay!?"
"New. Dia kecelakaan semalam"
"O-oh... Baiklah" Ucap Singto kemudian dia mematikan panggilannya.
"Krist, New masuk rumah sakit" Ucap Singto.
"Huh, bagaimana bisa? Phi New terlihat sangat sehat semalam" Ucap Krist, New bahkan masih kuat balapan mobil dengannya semalam, kenapa tiba-tiba masuk rumah sakit? Itu yang ada di benak Krist.
"Tay mengatakan dia kecelakaan" Ucap Singto.
Krist mengingat semalam mobil New berhenti mengejarnya saat mereka memasuki kota Y, apa itu karna phinya kecelakaan? Apa yang harus di lakukannya sekarang? Apa dia harus menjenguk New, tapi New pasti akan menghukumnya lebih dari kemarin.
"Oh, biarkan saja" Ucap Krist.
Krist yakin, kedua orang tua mereka pasti akan langsung menemui New di rumah sakit, jadi dia tak perlu kesana, Krist masih ingin bersama kekasihnya.
Di tempat lain saat ini.
"Siapa yang harus ku hubungi?" Tanya Tay.
New memang sudah sadarkan diri sekarang, beruntung dia tak terluka parah karna kecelakaan itu, kepalanya hanya mendapatkan 6 jahitan, dan kata dokter itu hanya luka biasa yang di dapatnya saat tubuh New terlempar ke jalanan.
"Jangan menghubungi siapapun, terima kasih sudah membawa ku ke rumah sakit" Ucap New.
"Ini ponsel mu" Ucap Tay sembari memberikan ponsel New.
New melihat banyak panggilan tak terjawab dari papanya, New langsung menelpon papanya sekarang.
"Pa" Ucap New setelah panggilannya di angkat.
"Dimana kamu, New? Krist juga tak ada di kamarnya"
"Aku... Aku ada pekerjaan mendadak di luar kota, aku berangkat semalam, maaf tak sempat ijin sebelumnya. Untuk Krist... Aku tak tahu kemana anak itu, biarkan saja dia pergi, nanti setelah aku pulang, aku akan mencarinya" Ucap New.
New sengaja tak mengatakan dia kecelakaan dan masuk rumah sakit pada papanya, New tak mau mama dan papanya mengkhawatirkan dirinya.
"Oh, baiklah"
New mematikan panggilannya sembari meremas tangannya, adiknya sudah sangat keterlaluan sekarang!
"Apa kamu tahu siapa kekasih Krist?" Tanya New.
New yakin Krist pasti ke rumah kekasihnya.
"A-aku tak tahu" Lirih Tay.
Tbc.
YOU ARE READING
Enemies To Lovers ✓
Fiksi PenggemarBerawal dari musuh, lalu berakhir menjadi sepasang kekasih (?) *Top Krist, Bot Sing.