24. Motif

100 10 0
                                    

"Wah, bener-bener sialan itu orang-orang! Mereka beneran mukulin Mbak Yuna sampe segininya," omel Rega dengan nada mengumpat ketika dirinya melihat lebih dekat luka terbuka di bibir Yuna dan pipi serta keningnya yang lebam.

"Mbak Yuna, kalau masih sakit, gak perlu datang ke sini. Kami sudah memintai keterangan yang lainnya," ucap Rega dengan lembut. Sementara Yuna yang bingung dengan reaksi salah satu petugas kepolisian ini, hanya diam sambil sesekali melirik ke arah Tama.

"Kata siapa? Dia yang melakukan laporan sebelumnya. Dia tetep harus dimintai keterangan," jawab Tama.

"Kalau gitu, saya izin obatin lukanya Mbak Yuna, Pak. Ini pasti perih banget," ujar Rega membungkuk untuk melihat lebih jelas luka di bibir Yuna.

Tama bergegas mengambil alih kertas-kertas yang dibawa Rega, lalu mengulurkannya tepat di depan wajah Rega agar dirinya tidak terlalu dekat dengan Yuna.

"Udah. Itu udah diobatin," sahut Tama menegaskan.

Rega menghela napas panjang, kemudian dia menoleh ke arah Tama.

"Saksi yang lain udah dimintai keterangan?" tanya Tama.

"Udah, Pak."

"Ya udah, kita ke ruang interogasi sekarang," sahut Tama, lalu dia menoleh ke arah Yuna seraya berkata, "kamu juga ikut." Lalu, dia mulai melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

"Ayo, Mbak Yuna."

Tama kembali berbalik ketika melihat Rega merangkul Yuna.

"Gak usah, dia bisa jalan sendiri," omel Tama sambil menarik tangan Rega dari bahu Yuna sehingga Rega terlihat cukup terkejut dan tercengang menatap atasannya yang tumben sekali cukup cerewet hari ini.

Alhasil, mereka pun berjalan menuju ruang interogasi. Di sana, ternyata sudah ada Kunto dan Maya yang sepertinya baru selesai memintai keterangan beberapa saksi yang dipanggil hari itu.

"Pak," sapa Kunto menghampiri Tama.

Tama meminta Rega untuk membawa Yuna masuk ke ruang interogasi sementara dirinya mendengarkan Kunto yang sepertinya hendak melaporkan sesuatu padanya.

"Pak, kami sudah menanyai beberapa saksi. Semuanya sudah menjelaskan kronologi penyekapan tersebut. Dan, target mereka adalah Samuel. Dugaan sementara saat ini, pelaku penyerangan adalah orang yang kalah  dalam persidangan terakhir Samuel." Kunto menyerahkan sebuah map kepada Tama berisi berkas-berkas kasus ini.

"Tiga orang itu, klien Samuel?" tanya Tama.

"Mereka semua serentak diam, Pak. Kami menduga, mereka hanya orang suruhan untuk melakukan penyerangan," jawab Kunto pelan.

"Bikin surat perintah pemanggilan untuk Samuel sekarang. Dia lagi di luar kota, jadi kita harus secepatnya kirim surat pemanggilan," ujar Tama.

"Baik, Pak." Kunto melangkahkan kakinya pergi sementara Tama berjalan masuk ke ruang interogasi.

Dia bergegas duduk di hadapan Yuna dengan setumpuk berkas di hadapannya.

"Pernyataan saya sama saksi-saksi yang lain pasti sama. Saya rasa gak perlu lagi ada wawancara di sini," ujar Yuna dengan lemah.

Tama menahan napasnya, dia juga berpikir begitu pada awalnya. Tapi toh siapa yang mengikutinya sampai ke sini?

"Terus kenapa kamu ke sini?" tanya Tama.

"Mobil dan tas saya masih di kantor, ponsel saya juga dirampas sama orang-orang itu. Keadaan saya masih shock. Kamu pikir saya harus ke mana? Tidur lagi di mobil kamu sampe kamu -"

Tama bergegas menghentikan ocehan Yuna dengan menyentak sedikit kaki gadis itu di bawah meja. Dia memutar matanya sedikit ke arah Rega dan Maya yang berada di ruangan itu juga, seolah memperingati Yuna untuk tidak bicara macam-macam.

Lawless PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang