03. Terjebak

126 10 0
                                    

Tama mengetuk pintu ruangan komandannya beberapa kali. Lalu, dia membuka pintu tersebut dan masuk. Tama menghembuskan napas, karena baru saja dia sampai di kantor, dirinya sudah mendapat panggilan dari atasannya ini.

"Abang nyari saya?" tanya Tama yang memang sudah terbiasa memanggil atasannya itu 'Bang' karena mereka memang cukup dekat melebihi atasan dan bawahan. Bagi Tama, Bagaskara sudah seperti kakaknya sendiri yang selalu mendukungnya sejak dia menjadi polisi junior.

"Iya. Gue mau tanya, udah sampe mana penyelidikan tim lo? Soalnya ini  akun media sosial kantor kita udah diserbu netizen yang minta kasus ini buru-buru diberesin."

"Ya elah, Bang. Kita sebagai lembaga penegak hukum patuh sama keadilan, kan? bukan netizen. Lagian mau benar atau salah, netizen juga udah terlanjur benci sama instansi kita," jawab Tama sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Bagaskara.

"Makanya, Tam. Ini waktunya lo buktiin instansi kita itu bergerak cepet, dan pelakunya ketangkep."

"Oknum polisi lain yang bikin ulah, kok bebannya ditaruh ke saya, Bang?" sindir Tama.

Bagaskara tertawa pelan, lalu menghembuskan napas panjang.

"Kalau gitu udah sampe mana? Udah ketahuan itu bunuh diri atau dibunuh?" tanya Bagaskara mengembalikan topik semula.

Tama mengangguk pelan, kemudian dia memberikan beberapa foto bukti yang dia miliki.

"Semuanya baru mau saya bahas dengan tim hari ini, Pak. Uji lab darah, sama hasil labfor juga masih nunggu hasilnya."

"Oke, bagus. Kalau bisa sih, besok harus udah ada tersangkanya."

"Saya usahakan, Bang." Tama beranjak dari duduknya dan berjalan keluar ruangan dan menghampiri anggota-anggota timnya.

Rega, Kunto, dan Maya terlihat mulai menyiapkan berkas-berkas yang mereka kumpulkan untuk dilaporkan kepada atasan mereka itu.

"Gimana? Dapet apa aja kalian?" tanya Tama sambil meraih sebuah spidol dan membukanya.

"Kedua orang tua korban dan tunangannya sudah memberikan keterangan, Pak. Ketiganya sama-sama bilang, kalau korban gak memiliki tanda-tanda depresi atau semacamnya. Dan korban juga gak memiliki teman atau musuh," ucap Rega melaporkan apa yang sudah dia dapatkan.

"Gimana sama tunangan korban? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Tama  sambil menulis poin-poin yang sudah mereka kumpulkan di white board.

"Sejauh ini, tunangan korban terlihat sangat terpukul dan tertekan, Pak. Tapi ... Di saat yang bersamaan, dia juga menunjukkan gerak-gerik seperti gelisah," ucap Maya, dan Tama menulis nama sang tunangan di white board.

"Saksi-saksi? Atau keterangan teman korban?"

"Gak ada saksi di sekitar apartemen, Pak. Tapi kita sudah menyita CCTV yang menyorot ke bagian TKP," jawab Kunto sambil menunjukkan video rekaman CCTV yang berhasil dia dapatkan dari pihak apartemen.

Tama mengangguk. Dia dan anggota lainnya melihat potongan CCTV tersebut di hari kejadian dan memerhatikannya dengan seksama.

"Jadi, seharian itu hanya tunangannya dan korban yang memasuki unit apartemen tersebut," ucap Kunto yang disetujui anggukan kepala Rega.

"Di mana tunangannya antara jam 10:20 sampe 11:30 malam?" tanya Tama sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Waktu itu dia ..."

"Pukul 10:20 dia keluar dari apartemen dan berada di gym, sampai 11:00 malam. Setelah itu, dia pulang," jawab Maya mendahului Rega yang sibuk membuka-buka kertas keterangan. Sontak, Rega memutar bola matanya ke arah Maya yang hanya dijawab 'LAMA!' oleh gerakan bibir Maya tanpa suara.

Lawless PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang