26. Dibalik Cerita Pendek

120 10 2
                                    

Persidangan pertama telah dimulai, Yuna menghadiri persidangan tersebut sebagai keluarga korban bersama kedua orang tuanya. Ia sendiri heran mengapa belum ada yang memintanya sebagai saksi dalam kasus ini.

"Yang Mulia, kami memiliki saksi. Dia merupakan teman dekat terdakwa," ujar Marisa.

"Baik. Kepada saksi, dipersilakan masuk."

Seorang petugas pengadilan masuk ke ruang sidang sambil menuntun seorang perempuan setengah baya yang disinyalir sebagai saksi yang dimaksud.

Yuna jelas melihat perubahan ekspresi wajah pada Citra. Dia yang awalnya hanya diam dengan tatapan mata kosong, kini kedua matanya fokus menatap satu orang dengan tatapan tak percaya. Kedua bola matanya seolah mengikuti langkah saksi sampai ke tengah persidangan.

"Saya bersumpah atas nama Allah yang menciptakan bumi dan langit, bahwa yang saya ucapkan benar adanya ..." perempuan itu mengucapkan sumpah sebelum memberikan kesaksiannya.

"Apa hubungan Anda dengan terdakwa?"

"Saya teman terdakwa, kami mengikuti program arisan yang sama."

"Apa saja yang Anda ketahui terkait kasus pembunuhan ini?" tanya Hakim.

"Beberapa minggu sebelum kejadian pembunuhan, terdakwa tidak pernah hadir ke acara arisan dan menjauh dari teman-temannya. Saya khawatir dengan terdakwa, sehingga saya datang ke rumahnya. Saya melihat terdakwa sedang meminta seseorang untuk mengawasi seorang jaksa di kantor suaminya. Lalu, sekitar dua hari sebelum kejadian pembunuhan, saya melihat terdakwa bertengkar dengan suaminya di rumah sambil mengacungkan pisau dapur."

Yuna melirik kembali ke arah Citra yang menunduk seolah enggan mendengarkan kesaksian tersebut. Sejujurnya Yuna berusaha bersikap objektif, tapi melihat reaksi Citra, ia mulai ragu dengan bahwa Citra benar-benar tak bersalah. Di sisi lain, Yuna merasa kalau Citra terlalu gegabah dan emosional untuk seorang pembunuh yang melakukan pembunuhannya begitu rapi dan terencana.

"Apa Anda ingat apa yang mereka ributkan?"

"Mereka terlihat bersitegang sambil saling berteriak, saya hanya ingat mereka mengatakan tentang selingkuh, pengkhianat, dan bunuh kalian. Saya tidak ingat pasti kalimat lengkapnya."

"Jadi, maksud Anda terdakwa menodongkan pisau dapur kepada suaminya?" tanya Hakim sekali lagi.

"Betul, Yang Mulia."

"Baik, apakah ada lagi?"

"Saya rasa tidak, Yang Mulia."

Hakim tersebut mengangguk. Kemudian dia kembali menanyakan pada jaksa apakah ada yang ingin disampaikan lagi.

"Yang Mulia, menurut kesaksian, terdakwa menodongkan pisau dapur kepada suaminya, itu merupakan tindakan kekerasan disertai ancaman perampasan nyawa. Sehingga menambah kemungkinan terdakwa untuk melakukan pembunuhan." Marisa menjelaskan kesimpulannya berdasarkan kesaksian.

"Kepada penasihat hukum, apa Anda ingin melakukan pemeriksaan silang?"

"Tidak, Yang Mulia."

Yuna mengangkat alisnya heran, dia bingung mengapa pengacara Citra memilih untuk tidak menanyakan apa pun kepada saksi yang dihadirkan. Padahal, jika Yuna yang ada di sana, dia sudah pasti akan mencecar saksi yang ada dengan berbagai pertanyaan.

Pandangannya beralih pada Citra yang hanya diam menunduk. Kedua matanya tertutup seolah pasrah.

***

Tama bergegas ke kantor untuk menemui Rega yang meneleponnya dan mengatakan bahwa dirinya sudah berhasil membuka password website tersebut.

Raut wajahnya menegang, jantungnya berdetak cepat, perasaannya semakin menggebu untuk segera mengetahui apa saja yang bisa dia temukan di dalam website itu.

Lawless PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang