Bab 35 Try to Run

13 0 0
                                    

"Hei, apa kamu gila?" tanya Arya.

"Iya gue memang gila. Lu memang mau apa?" tanya pria itu.

"Rasakan!" teriak Arya mengambil vas di sampingnya.

Arya menghantamkan vas itu pada wajah pria yang menggunakan topeng.

"Sial!" teriak pria bertopeng melirik Hanna tajam membuat Hanna menutup matanya ketakutan.

Arya berlari ke pintu, tapi mendadak langkah kaki dia terhenti saat sesuatu berhasil menembus kepalanya.

"Tolong," kata Hanna dengan suara pelan.

"Dasar pria bodoh. Dia tidak akan aku biarkan menyentuh milik aku, apalagi dia seorang pengkhianat," kata pria bertopeng dengan tajam.

Tiba-tiba pintu terbuka membuat Arya yang terluka di kepalanya terjatuh begitu saja.

"Tuan, maaf," kata David.

Hanna menatap pria bertopeng yang membuka topengnya. Dia begitu terkejut dengan kegilaan di depan matanya.

"Edgar, kamu sudah gila!" teriak Hanna.

"Hanna, aku gila karena kamu. Lihat, bahkan aku sampai harus memusnahkan orang yang mau menyentuh kamu. Betapa berharganya kamu bagiku," kata Edgar dengan senyum miring yang terlihat menakutkan.

Hanna terisak. Dia benar-benar merasa dirinya akan gila kalau terlalu lama bersama Edgar.

"Tuan, kami bawa dia?" tanya David.

"Bawa manusia bodoh itu. Buat dia seolah-olah bunuh diri," jawab Edgar.

"Baik, Tuan," balas David.

David menyuruh semua keluar dari kamar itu sebelum tuan mereka menghancurkan mata mereka juga.

"Sayang, jangan takut. Mari aku buka ikatan ini, aku mau ajak kamu bersantai di tempat yang indah," kata Edgar.

"Apa dulu kamu membunuh Victor?" tanya Hanna sambil mengingat kejadian yang menimpa pria yang dekat dengannya saat dia sudah tidak tertarik lagi pada Edgar.

"Victor. Oh, kamu mengingat pria yang mati mengenaskan. Iya dia salah satu pria yang tidak beruntung juga karena berdekatan dengan kamu. Aku sangat cemburu saat Victor mendekati kamu dan kamu menjauhi aku, harga diriku benar-benar jatuh," jawab Edgar.

"Menjijikkan. Kamu psikopat gila. Apa mau kamu? Kamu mau menjual aku, tapi kamu juga membunuh orang yang di dekat aku. Siapa lagi yang mau kamu sakiti?" tanya Hanna dengan nada tinggi.

"Mungkin teman dekatmu yang bernama Adel," jawab Edgar.

"Jangan sakiti dia. Adel tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi," balas Hanna.

"Iya memang dia belum ikut campur. Dia saat ini sedang begitu dekat dengan adikku, tapi aku pura-pura tidak tahu saja," kata Edgar.

"Max maksud kamu? Apa adik kamu mengetahui aku diculik oleh kakaknya yang gila?" tanya Hanna.

"Hanna, tentu saja adikku tahu. Satu hal lagi yang perlu kamu tahu, mama kamu bekerja dengan keluargaku," jawab Edgar membuat wajah Hanna menjadi benar-benar kaku.

"Kenapa kamu tega pada aku? Kamu tahu mamaku kerja mati-matian demi kami, pasti sekarang dia lagi sedih banget saat aku belum ditemukan," kata Hanna.

Edgar terkikik. Dia berjalan mendekati Hanna lalu menatap mata perempuan itu.

"Mama dan papa kamu pasti nanti tidak akan lagi mencari kamu," kata Edgar.

"Terserah apa kata kamu, aku tidak peduli. Kamu membuat aku seperti perempuan yang tidak punya harga diri lagi," balas Hanna menutup tubuhnya dengan selimut.

Edgar PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang