Di dalam sebuah kamar, Hanna tengah didandani oleh penata rias yang disuruh oleh Edgar.
"Nona tolong jangan menangis terus," tegur Ani.
"Aku mohon bantu aku keluar dari sini," kata Hanna sambil menangis dan menatap dirinya yang sudah didandani.
"Nona, kita semua di sini tidak berani melawan. Lebih baik menuruti kemauan tuan kita," balas Ani dengan raut wajah datar.
Wajah Hanna sudah selesai dirias. Dia dipakaikan topeng yang menutup sebagian wajahnya.
"Kalian semua jahat dan tega!" teriak Hanna.
"Nona, kita harus ke panggung sekarang. Nona harus menari di depan para tamu VIP kita. Nona harus ingat untuk tidak membantah atau Nona akan mendapatkan hukuman," kata Ani.
"Aku tidak mau menari," balas Hanna.
"Nona, kita sekarang harus ke panggung," kata Ani.
"Aku tidak mau!" teriak Hanna.
Ani keluar dari kamar lalu memanggil para pengawal di depan. Hanna dibawa paksa ke panggung.
"Lepaskan aku!" teriak Hanna.
Hanna terisak. Dia sangat malu saat melihat pakaian yang dia kenakan hanya pakaian pendek.
Hanna dipaksa keluar lalu didorong ke panggung. Dia menutup tubuhnya dengan tangannya saat melihat semua mata pria memandang ke arahnya. Dia melihat di sana juga ada Edgar.
"Nona menarilah di tiang bersama yang lain," bisik Iyan di telinga Hanna.
Hanna berdiri kaku karena dia tidak mau menari. Dia berlari masuk kembali, tapi tangan dia ditangkap oleh salah satu pengawal yang ada di sana.
"Nona harus mengerti!" teriak Iyan.
Sebuah tangan melayang ke pipi Hanna hingga dia terjatuh dan sudut bibirnya berdarah.
"Aku tidak mau berada di sini!" teriak Hanna.
"Nona terlalu lancang melawan," tegur Iyan.
Suara langkah kaki membuat Iyan menundukkan kepalanya, sedangkan Hanna masih melawan.
"Kamu harus bekerja di sini," kata Edgar.
Edgar menatap ke arah Hanna dengan tatapan dingin.
"Aku tidak sudi bekerja untuk kamu," balas Hanna.
Edgar tertawa mengerikan. Dia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Hanna kembali ke kamar.
"Lepaskan!" teriak Hanna.
"Susah sekali menurut," kata Edgar saat melihat Hanna sudah diseret keluar dari ruangan itu.
***
Hanna membanting pintu dengan kencang setelah masuk ke dalam kamar. Dia menutupi tubuhnya dengan selimut dan membuang topeng di wajahnya.
"Berani sekali kamu menolak kehendak aku," kata Edgar yang baru saja masuk ke dalam.
"Kamu bukan siapa-siapa aku!" teriak Hanna.
"Aku bukan siapa-siapa? Aku yang memegang kehidupan kamu saat ini. Tadi apa yang kamu lakukan? Kamu mau buat malu?" tanya Edgar sambil melangkah mendekati Hanna.
Suara teriakan kesakitan Hanna menggema di ruangan itu saat rambut panjangnya ditarik Edgar.
"Sakit? Kamu seharusnya menurut kalau tidak mau sakit," kata Edgar.
Suara ketukan pintu terdengar membuat mereka terdiam sejenak. Edgar melepaskan rambut perempuan di hadapannya lalu membuka pintu dan menatap tajam ke arah David.

KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Prisoner
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Semua kejadian pasti ada sebabnya. Itulah yang dialami oleh Hanna Silvan. Tapi sayang, dia sudah terlanjur terjebak di sebuah tempat di mana banyak suara tangisan dari para gadis karena kebodohannya. Bet...