Tring tring tring
Ponsel Hanna berdering membuat Edgar yang sedang memeluk Hanna berdecak kesal.
"Selalu saja ada yang mengganggu waktu kita," kata Edgar.
Hanna menghampiri ponselnya yang dia taruh di meja. Dia menatap layar ponsel sambil sesekali menatap Edgar, dia tidak berani mengangkat telepon itu sekarang.
"Bagaimana ini?" gumam Hanna.
Edgar mendekati Hanna. Dia hendak mengintip siapa yang menghubungi perempuan itu, tapi tidak bisa saat tangan Hanna menutupi layar ponselnya.
"Sayang, siapa yang menelepon?" tanya Edgar.
"Mamaku yang telepon," jawab Hanna.
"Angkat saja," perintah Edgar.
"Aku ingin bicara sama mamaku, bisakah kamu keluar dulu?" tanya Hanna.
"Oh, oke," balas Edgar mengecup pipi Hanna sebelum keluar dari kamar.
Hanna menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dia langsung mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Ma," kata Hanna.
"Nak, kamu perasaan tidak pernah libur. Kita semua kangen sama kamu," balas Elsa.
"Ma, Hanna lagi bekerja. Aku tidak bisa seenaknya keluar dari mes tempat kerja aku," kata Hanna sambil menggigit bibirnya. Dia terpaksa berbohong karena tidak mau mamanya khawatir.
"Iya tidak apa-apa, Sayang. Mama merasa kamu makin jauh dari keluarga. Apa kamu tidak bisa cari kerja yang dekat apartemen kita?" tanya Elsa.
"Iya, Hanna akan coba cari kerja lagi," jawab Hanna penuh semangat.
"Iya. Kamu nanti harus beritahu keadaan kamu, jangan diam aja. Ini Mama menelepon kamu karena kami sangat kangen sama kamu. Oh iya, ini adik kamu mau ngomong," kata Elsa.
"Oke, Ma. Kasih aja," balas Hanna.
"Hallo, Kak," sapa Niko.
"Hallo, apa kabar?" tanya Hanna.
"Kabarku baik. Kak Hanna tidak pulang-pulang, aku jadi makin bersalah sama keluarga kita. Aku kangen sama keusilan Kakak," jawab Niko.
"Yaelah, tidak usah pakai menangis kali. Kamu laki-laki loh," kata Hanna.
"Ya memang laki-laki tidak boleh menangis?" tanya Niko.
"Boleh aja sih," jawab Hanna dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat merindukan keluarganya.
"Kak, sesekali pulang dong, kita makan bersama gitu. Aku sekarang kerja paruh waktu sambil kuliah," kata Niko.
"Wah, bagus dong. Sekalian cari pengalaman," balas Hanna.
"Iya, Kak. Aku mau ke tempat Kakak, kakak sekarang kerja di mana sih?" tanya Niko penasaran.
"Kakak kerja sama teman Kakak. Eh, Niko, kita lanjut nanti lagi aja, aku dipanggil nih," jawab Hanna.
"Oke, Kak. Sampai jumpa nanti," balas Niko.
Hanna langsung mematikan panggilan itu. Dia melihat ponselnya dengan tatapan bersalah.
"Maafkan aku," gumam Hanna. Dia terpaksa berbohong pada keluarganya.
Hanna merapikan pakaiannya dan menaruh ponselnya saat pintu kamar terbuka.
"Sudah selesai?" tanya Edgar.
"Sudah," jawab Hanna.
"Ya sudah. Kamu lapar tidak? Kalau lapar, kita cari makan yuk," ajak Edgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Prisoner
Roman d'amourWarning : Adult and explicit sensual content! Semua kejadian pasti ada sebabnya. Itulah yang dialami oleh Hanna Silvan. Tapi sayang, dia sudah terlanjur terjebak di sebuah tempat di mana banyak suara tangisan dari para gadis karena kebodohannya. Bet...