Edgar bersama keluarganya sudah sampai di rumah setelah perjalanan yang menguras waktu karena macet di mana-mana. Hanna menatap ke luar jendela mobil saat pintu pagar tinggi terbuka otomatis dan terlihat para pengawal membungkuk hormat. Mobil diparkirkan, orang tua Edgar turun duluan begitu pintu dibuka.
"Ini rumah kamu?" tanya Hanna.
"Iya, mari kita turun," jawab Edgar yang menggendong tubuh Hanna perlahan keluar dari mobil.
Kursi roda sudah disiapkan oleh Rex. Pelayan membantu membawa barang dan kursi roda, sedangkan Hanna digendong oleh Edgar.
"Aku mau duduk di kursi roda aja," kata Hanna sambil menyembunyikan wajahnya di tubuh bidang Edgar.
"Di depan teras ada tanjakan, nanti aku harus gendong kamu lagi. Mending aku gendong kamu dari sekarang," balas Edgar sambil mencubit hidung Hanna.
"Biarin, biar kamu lelah," kata Hanna.
"Kekasihku tega sekali," balas Edgar.
Saat mereka sampai di dalam rumah, para pelayan menunduk hormat dan menyapa mereka.
"Kalian mau langsung ke kamar?" tanya Oscar.
"Iya, Pa. Hanna harus berganti pakaian dulu karena dia habis dari rumah sakit," jawab Edgar.
"Aku mau lihat-lihat sekitar rumah sini dulu," kata Hanna dengan mata memohon.
"Iya nanti setelah bersih-bersih dulu, oke," balas Edgar tegas.
"Hati-hati gendongnya," titah Agatha yang takut Edgar tidak berhati-hati menggendong Hanna.
Hanna dan Edgar meninggalkan Agatha bersama Oscar yang terlihat masih marah.
"Jangan bicara apa pun yang dapat membuat keluarga kita hancur," kata Oscar dengan penuh penekanan.
"Iya, Pa. Mama tidak akan bilang siapa pun soal Hanna. Papa jadi menyuruh mereka pindah dari negara ini?" tanya Agatha.
"Papa sedang memikirkannya karena di sini bisa aja semua orang tahu tentang Hanna," jawab Oscar.
"Aku ikut perkataan kamu saja," balas Agatha.
"Semua pelayan dan pengawal sudah aku peringati, tapi bisa saja nanti mereka mau berkhianat pada kita," kata Oscar.
Agatha tidak menanggapi ucapan suaminya. Dia tahu posisinya saat ini sedang tidak baik.
***
Edgar dan Hanna sudah di dalam kamar, Hanna sudah dibaringkan di ranjang. Kacamata dan syal yang menutupi kepala perempuan itu dibuka terlebih dahulu oleh Edgar.
"Kamu mau ngapain?" tanya Hanna melihat Edgar mendekatinya hingga mereka tidak ada jarak.
"Aku bantu kamu membersihkan tubuh. kamu sudah disiapkan air hangat di baskom," jawab Edgar.
"Aku mandi sendiri aja. Aku malu," kata Hanna dengan semburat merah muncul di pipinya.
Edgar tersenyum kecil. Dia mengangkat dagu Hanna hingga mata mereka saling beradu.
"Aku sudah pernah melihat semua yang ada di diri kamu. Semua akan baik-baik saja, tidak perlu malu," kata Edgar sambil tersenyum manis.
"Oh, kamu sudah pernah melihat semua yang ada pada diriku. Apa kita sudah pernah melakukan hal lebih?" tanya Hanna yang kebingungan.
"Kita sudah melakukan semuanya atas dasar sama-sama mau," jawab Edgar.
"Jadi mahkota yang seharusnya aku jaga sudah tidak ada lagi?" tanya Hanna.
"Iya, tapi pria pertama yang mengambilnya aku. Kekasih kamu," jawab Edgar sambil mengecup singkat bibir Hanna.
"Baiklah," kata Hanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edgar Prisoner
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Semua kejadian pasti ada sebabnya. Itulah yang dialami oleh Hanna Silvan. Tapi sayang, dia sudah terlanjur terjebak di sebuah tempat di mana banyak suara tangisan dari para gadis karena kebodohannya. Bet...