Bab 22 What Plan?

21 0 0
                                    

Mereka terdiam lama sambil saling menatap satu sama lain setelah telepon dari mamanya Edgar terputus.

"Sayang, kamu harus mendengarkan penjelasan aku dulu," kata Edgar dengan raut wajah sedih.

"Terserah, aku mau tetap bicara sama orang tua kamu. Kalau enggak, aku keluar dari sini," balas Hanna menggebu-gebu.

"Hanna, kamu pasti tahu betapa aku menyayangi kamu dan mencintai kamu hingga aku rela meluangkan waktu aku jika kamu sedang susah," kata Edgar.

"Oh, jadi kamu merasa aku membuat waktu kamu terganggu. Ya sudah untuk apa kamu mengejar aku? Apa karena kamu menginginkan sesuatu dariku? Katakan, Edgar!" teriak Hanna menitikkan air matanya.

"Sayang, aku tidak pernah merasa kamu mengganggu aku. Aku hanya memberitahu kamu apa yang kita lalui selama ini, aku selalu ada untuk kamu. Kalau aku memang menginginkan sesuatu dari kamu, aku tidak akan bertele-tele," balas Edgar mengusap wajahnya kasar.

"Aku mau pulang ke rumah orang tuaku. Aku tetap kerja, tapi aku berangkat dari sana aja. terima kasih atas fasilitas yang kamu berikan untuk aku," kata Hanna.

"Hanna, kamu jangan membuat aku pusing. Aku muak dengan semua ucapan kamu yang membuat aku terpojok. Aku sangat mencintai kamu, apa itu tidak membuat kamu percaya semua yang aku lakukan juga?" tanya Edgar dengan tatapan sedih.

"Baiklah, aku akan di sini, tapi tidak untuk bersama kamu di dalam kamar ini. Kamu pindah ke kamar lain," jawab Hanna.

"Oke aku ke kamar lain, tapi kamu jadi pergi sama teman-teman kamu? Biarkan aku mengantar kamu," kata Edgar.

"Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri," balas Hanna.

"Oke aku akan tunggu kamu kembali. Hari ini aku tidak ke mana-mana. Nanti aku antar kamu pergi ke tempat kerja," kata Edgar.

"Sudah, tidak usah pura-pura peduli padaku seperti itu. Aku sudah tahu kalau aku itu seperti simpanan untuk kamu," balas Hanna.

"Terserah kamu mau menganggap aku apa," kata Edgar dengan raut wajah datar.

Hanna terdiam. Dia memalingkan wajahnya saat melihat Edgar sudah keluar dari kamar itu.

"Kenapa harus begini? Apa lagi yang kamu rahasiakan dari aku? Apakah aku memang bukan perempuan yang kamu inginkan?" gumam Hanna.

"Ya sudah aku harus menemui temanku dulu," kata Hanna pada Edgar.

Hanna berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

***

Bugh bugh bugh

Edgar yang berada di kamar lain memukul tembok dengan kencang. Dia sangat benci saat dijauhi seperti ini oleh Hanna.

"Lihat, Hanna, sekarang aku mengalah, tapi lihat nanti bagaimana kamu memohon padaku," kata Edgar.

***

Di kafe, Adel dan Helen menunggu Hanna. Mereka sudah memesan kopi untuk menemani mereka sembari menunggu.

"Hanna lama juga. Eh, aku dengar-dengar Hanna sudah punya kekasih," kata Helen.

"Iya dia sudah punya kekasih, cuma mereka terlihat tertutup," balas Adel.

"Apa kekasih dia orang kaya sampai tertutup gitu? Aku jadi takut Hanna dibohongi. Kita ini teman dia loh, kita harus peduli sama kehidupan Hanna," kata Helen.

"Iya kita harus peduli sama dia," balas Adel.

"Coba kamu telepon Hanna, dia sudah sampai mana? Kalau tahu dia lama, kita jemput aja tadi," kata Helen.

Edgar PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang